Kematian Papa

15.9K 571 10
                                    

Malam ini kakak pergi, entah kemana. Memang akhir-akhir ini ia sering menghilang. Ia memang pemberani dan tentu bisa menjaga dirinya sendiri. Tapi tetap saja aku khawatir, karena ia kakakku yang paling kusayangi dan laki-laki yang paling tulus menyayangiku.

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan.

Aku melempar tubuhku ke kasurku yang empuk. Aku memejamkan mataku. Tapi yang terbayang di fikiranku malah kejadian tadi pagi. Kejadian iti sangat jelas,dan akuu tidak bisa membuka mataku.

"Aaaaaaaaaaa...!!!!" aku berteriak histeris. Aku sangat ketakutan karena tidak bisa membuka mataku.

Kurasa ada yang menghampiriku. Dan aku masih belum bisa membuka mataku.

"Kenapa sayang? Ada apa?" ujar mami dengan nada khawatir.

Anehnya, setelah mami menepuk bahuku,aku langsung bisa membuka mataku.

"Aku hanya mimpi buruk." ujarku.

Maaf aku berbohong,mi. Aku tidak mau kau memikirkannya.

"Mami kira kau kenapa. Bikin panik aja,deh." ujar mami. Detik berikutnya mami beranjak dan pergi dari kamarku. Sekarang kakakku yang masuk -_-'

"Ada apa?" tanyanya.

"Tadi aku merebahkan tubuhku. Saat aku menutup mataku, aku melihat kejadian tadi pagi. Tapi parahnya,kau membunuh papa. Dan anehnya,mataku tidak bisa dibuka, jadi aku terus melihat kau mencabik tubuh papa dengan pisau tajam. Pada saat mami datang,mataku baru bisa terbuka. Ini sebuah pertanda,ya?" jelasku dan tanyaku dengan nada khawatir.

"Mungkin kau cuma bermimpi. Mimpi kan hanya bunga tidur." jawabnya.

"Iya juga,sih. Oh,iya. Kakak tadi kemana?" tanyaku. Kakak sedikit terkejut. Aku menatapnya penuh tanya 'ada apa?'.

"Tidak apa-apa. Tadi aku main ke rumah Lee." jawabnya.

Lee adalah teman kampusnya.

"Oh,ngapain?" tanyaku lagi. "Ku kira kau memata-matai papa." lanjutku.

Ia hanya menggeleng. Lalu pergi keluar kamarku.

Setelah sampai depan pintu, ia menoleh kearahku.

"Oh,iya. Tadi Luke menelfonku. Ia bertanya kenapa kau tidak masuk sekolah. Lalu kujawab ia sedang sakit. Ia bilang nanti jam 8 ia ke sini untuk menjengukmu." ujarnya. Lalu ia melihat jam tangannya. Aku terkejut.

"Ups. Ini sudah jam 8." lanjutnya. Dan aku makin terkejut.

Aku kalang kabut dan benar-benar panik.

"Kenapa panik? Bukannya kau suka padanya? Atau kau gugup bertemu dengannya?" ledeknya. Aku hanya diam.

"Ehem. Ada yang blushing nih" ledeknya.

Aku menutup wajahku karena aku malu. Pipiku akan memerah kalau aku diledek.

"Sudah ah. Aku mau menyambut Luke dulu. Kau dandan yang cantik ya." ujarnya lagi.

Benar-benar mengesalkan.

Ia menuju pintu untuk menjamu Luke. Sedangkan aku berbaring di kasurku karena yang Luke tau aku sakit. Aku memainkan handphoneku. Ternyata ada banyak pesan yang masuk. Dan salah satu pesan itu dari Luke. Saat aku ingin membaca pesan darinya, tiba-tiba Luke sudah di depan kamarku.

"Hallo,Mrs. Candice. Bagaimana keadaanmu?" ujarnya sambil berjalan kearahku.

Aku langsung mematikan handphoneku.

Tanpa kusuruh Luke sudah duduk di bibir kasurku.

"Kau sakit apa,Ry?" tanyanya.

"mungkin hanya kecapean. Atau banyak fikiran." jawabku. Ia mengangguk tanda mengerti.

"Oh iya, aku bawa buah untukmu. Di makan,ya. Biar kamu cepet pulih." ujarnya sambil menaruh bingkisan yang ia bawa di atas meja yang ada di samping kasurku.

"Terima kasih,Luke. Kau terlalu baik." ucapku.

Jujur aku jadi tidak enak hati karena ia repot-repot membawakanku ini. Padahal aku hanya berbohong. Sebenarnya bukan aku yang bohong, tapi kakakku yang jahil.

"Mau makan malam dengan kami,Luke?" tanya kakakku yang tiba-tiba ada di depan kamarku dan itu cukup membuat aku dan Luke terkejut.

"Hmm.. Tidak usah repot-repot, kak. Aku mau langsung pulang saja." ujarnya.

"Jangan pulang dulu." tiba-tiba aku mengucapkan kalimat itu. Dan aku juga menahan tangan Luke yang mulai berdiri. Jujur aku sangat terkejut. Aku spontan mengatakan itu. Kulihat wajah bingung Luke mulai melihatkan senyum manisnya dan ia juga perlahan duduk lagi. Aku juga tersenyum.

"Ehem.." kakak sengaja berdehem. Dan itu menyadarkanku kalau dia masih di situ.

"Hmm.. Baiklah aku akan makan malam di sini." ujar Luke.

*Di meja makan*

"Terima kasih,ya kak atas jamuannya." ujarnya.

Kami sudah selesai makan. "Iya,santai saja." ujar kakakku yang duduk di seberangku dan Luke.

"Kalau begitu aku mau pulang,ya. Sudah malam nih. Aku mau pamit sama tante juga dong." ujar Luke. "Mami sedang tidak di rumah. Ia sedang ke rumah bibi." ujar kakak.

Aku baru sadar kalau dari tadi aku belum melihat mami.

"Oh, yasudah, kak. Aku pamit pulang ya. Terima kasih atas jamuannya." ujarnya sambil bangkit dari duduknya.

Aku hanya diam memakan makan malamku yang belum habis. Sebenarnya aku sengaja melambatkan makan malamku.

"Iya. Hati-hati di jalan ya." ujar kakakku. Luke hanya mengangguk.

"kau tidak mengucapkan terima kasih pada Luke,Ry?" tanya kakak dengan nada meledek.

"Terima kasih." ujarku dengan nada jutek. "Cuma itu?" tanya kakak lagi. Aku memutar bola mataku. Mereka malah tertawa.

"yasudah. Selamat malam. Besok jangan lupa sekolah ya,Ry." ujar Luke. Aku hanya mengangguk. Lalu Luke keluar dari rumahku.

"Tidur sana." ujar kakakku. Aku mengangguk dan menuju kamarku.

Tiba-tiba bel rumahku berbunyi dan kakakku membukanya. Dan dua orang polisi berdiri di depan rumahku.

"Selamat malam,tuan. Benar ini rumah tuan Ceirus?" tanya seorang polisi. Kakakku menjawab iya.

"Kami menemukan mayat ayah kalian di Vila Lotus. Dan mayatnya sekarang ada di rumah sakit. Mama kalian sudah di rumah sakit. Mama kalian sudah menunggu kalian." ujar polisi itu.

Aku dan kakakku menganga tidak percaya. Ini seperti mimpi. Dan anehnya aku menganggap ini lelucon. Tapi kakakku malah tertawa tidak jelas.

Tiba-tiba Luke kembali ke rumahku.

"Ada apa ini,Ry? kenapa ada polisi?" tanyanya. "iya. Polisi-polisi ini bilang kalau mereka menemukan mayat papaku. Padahalkan tadi pagi kami masih bertemu." ujarku dengan nada remeh.

"Dan diduga papa kalian dibunuh okeh orang yang dekat dengannya." ujar polisi itu. Aku memutar bola mataku. Lucu sekali.

"Ayo. Mama kalian sudah menunggu." lanjut polisi itu.

Aku, kakakku dan Luke langsung menaiki mobil polisi itu. Sepanjang perjalanan, Luke terus merangkulku dan ia seperti sedang menenangkanku padahal aku biasa saja.

Sampai di rumah sakit, sudah banyak polisi. Aku masih tidak percaya. Aku melihat mami menangis histeris di ruang tunggu. Aku berlari menuju mami dan memeluknya.

"Ada apa,Mi?"tanyaku yang khawatir. "Pa-papa mu sudah pergi meninggalkan kita." isak mami. Aku mengerti maksud mami.

Aku ingin menangis tapi air mataku tidak mau keluar. Aku jadi ingat perilaku papa saat masih hidup. Aku tidak yakin kalau ia akan masuk ke surgaNya. Tapi aku tetap mendoakan yang terbaik untuk papa.

*~~~*
Hai....
Maaf kalo ngga seru ya.
vommentsnya jangan lupa ;)
Makasih...

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang