5 Tahun Kemudian

23.7K 860 8
                                    

Sekarang aku mempunyai adik cantik bernama Loettie Lonelly. Ia berambut pirang dan beriris biru. Persis seperti mamanya. Ia manis dan lucu. Ia berusia 3 tahun sekarang.

Mami Lula baik terhadap aku dan kakakku. Ia menganggap kami sebagai anak kandungnya. Ia juga baik terhadap keluarga kami yang lain.

Pagi ini mami bilang papa belum pulang. Jadi tidak ada yang mengantar kami ke sekolah. Sekolah kami sangat jauh dari rumah. Rumah kami berada di pedesaan, sedangkan sekolah kami berada di kota. Yasudah, terpaksa kami sehari saja tidak sekolah.

"Mami masak apa?" tanya kak Deon pada mami. "Mami belum masak. Mami belum sempat ke supermarket." jawab mami. Kakak mengangguk mengerti dan segera naik ke atas menuju kamarnya.
"Mi,Valley lapar." rengekku. "Yasudah,makan pake sup instan dulu ya. Tunggu di ruang keluarga dulu.Ajak kakakmu juga. " ujar mami. Aku mengangguk dan segera menuju ke kamar kakakku.

Knock knock..

Aku mengetuk pintu kamar kakakku. Lalu aku melihat laki-laki berambut hitam yang kelaparan. "Mau makan?" tanyaku. Aku melihat ekspresi kakakku yang bingung. "Makan?Makan apa? Mami kan tidak masak." ada nada kesal di pembicaraannya. "Mami membuatkan kita sup. Meskipun sup instan tapi lumayan untuk menahan lapar." Ujarku dengan nada senang. Kakak langsung  tersenyum lebar dan segera keluar dari kamarnya. Kami menuju ke bawah. "Kak,mami bilang kita tunggu di ruang keluarga." Ujarku. Kakak hanya mengangguk. Ia memang tidak suka terlalu banyak bicara.

Makanan kami sudah siap. Saat kami ingin makan, tiba-tiba Loettie menyempar mangkuk sup kami dan akhirnya tumpah semua. Aku jadi tidak makan. Punya kakakku juga.

"Ya ampun. Kenapa ini? Kalian kok makanan dibuang-buang sih? Mami capek membuatkannya." ujar mami sambil menggendong Loetie. "Cepat bereskan!" bentak mami. Aku sedikit terkejut mendengarnya. Karna baru kali ini mami membentakku dan kakak.
"Mungkin dia sedang banyak masalah,Ry. Positif thinking ya." ujar kakak. Aku hanya mengangguk. " Yasudah,ayo bereskan sebelum ia marah." lanjutnya. Aku hanya mengangguk lagi.

Setelah semuanya selesai, aku dan kakakku kembali ke kamar kami masing-masing.

~**~

Malamnya papa pulang. Aku dan kakakku segera bergabung dengan mami,papa dan Loettie yang sudah ada di bawah.

PRANG!!

"Jangan dekati anakku!! Dia tidak salah!!" ujar seseorang histeris. Aku dan kakakku segera berlari ke sumber suara. Ternyata itu adalah suara mami. Aku melihat sebuah mangkuk bubur yang berserakan di lantai dapur. Mami menangis sambil memeluk erat Loettie yang sudah menangis juga. Papa menghampiri mami,lalu papa mendorong mami hingga mami dan Loetie jatuh.

Aku jadi ingat kejadian serupa yang yang menimpa aku dan mama. Aku tidak kuasa menahan tangisku. Aku ingin berlari ke arah mami lalu memeluknya, sama seperti apa yang kulakukan saat hal ini terjadi pada mama. Tapi kakak menarik tanganku dan menahanku. Jadi, aku hanya menatap mereka berdua. Aku sangat tidak tega.

Papa membentak mami,memukulnya lalu pergi.

"Apakah kita akan mengalami hal yang sama lagi?" tanyaku yang sudah sangat terisak. Aku menatap mata Deon yang memerah. Ia memelukku. "Jangan biarkan itu terjadi lagi. Tenanglah dan berusahalah." ujarnya yang berusaha menenangkanku. Ia melepaskan pelukannya dan pergi keluar rumah. Aku tidak tahu ia kemana.

Aku segera menghampiri mami dan Loettie yang sedang menangis di bawah meja makan.

"Aku pernah mengalami ini,Mi. A.. Aku juga merasakan perasaan Loettie. Bahkan aku lebih parah dari ini. Setiap hari aku,mama dan kakakku diperlakukan keras oleh papa. Tapi mama tetap sabar. Meskipun aku menolak hal itu. Tapi itu harus kujalani. Dan itu sangat menyakitkan,Mi." aku menangis sejadi-jadinya. Mami menghetikan tangisannya dan menatapku. "Dan aku tidak mau itu terulang pada kita." lanjutku. Mami menahan pipiku dan menghapus air mataku dengan jarinya. Lalu ia memelukku.

"Kau benar,sayang. Aku akan berusaha untuk merubah keadaan ini untuk kau,Deon dan Loetie." ujar mami yang membuatku sedikit tenang.

Aku melihat mama di diri mami.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang