Aku,Ganym,Luke,kak Aurel dan kak Deon duduk di sofa yang da di ruang keluarga.
Aku duduk di sebelah kak Aurel. Dan di depanku ada Ganym dan Luke. Kak Deon sedang ke dapur. Entah sedang apa. Yang jelas ia menyuruh kami berempat untuk menunggu di sini.
Yang ada di ruangan ini hanyalah hembusan angin yang seakan ia memberitahu kita kalau kita tidak baik berada di sini.
Kak Deon duduk di bangkunya. Ia menatap Luke,aku,kak Aurel dan Ganym secara bergantian dengab tapan yang sinis.
"Kau baik-baik saja,kan,Deon?" tanya kak Aurel yang terlihat sedikit panik. Aku yakin semua yang ada di sini takut dengan sikap kak Deon.
"Aku kecewa." ujar kak Deon dengab nada dingin. "Kenapa?"tanyaku. "Aku melihat adikku tersakiti." jawabnya masih dengan tatapan dan nada yang sama seperti tadi. Keheningan terjadi beberapa saat. Sampai akhirnya Luke mengeluarkan suaranya.
"Maafkan aku kak. Aku sudah melukai adikmu." ujarnya dengan nada yang sangat lirih. Bahkan kalau kau kau tidak serius mendengarkannya, maka kau tidak akan mendengarnya. Dan ini hampir seperti gumaman.
Setelah mendengarkan ucapan Luke,Kak Deon bangun dari duduknya dan berjalan ke arah Luke. Lalu ia mencengkeram leher Luke dengan tangan kanannya dan itu membut Luke bangun dari duduknya. Aku,kak Aurel dan Ganym yang saat itu sedang diam langsung terkejut melihat kejadian ini.
"KAU MENCOBA MEMBUNUH ADIKKU!!" bentak kak Deon yang membuat kak Aurel berdiri dari duduknya lalu mengampiri kakakku. "Stop! Lepaskan dia,Deon! Kau yang mencoba membunuhnya!" ujar kak Aure yang berusaha melepaskan cengkeraman kak Deon dari leher Luke. Luke meringis dan ia terlihat mulai sesak napas.
"DIAM KAU JIKA KAU TIDAK MAU MENJADI YANG SELANJUTNYA!" bentak kak Deon seraya mendorong kak Aurel. Kak Aurel terjatuh dan meringis kesakitan pada bagian pinggulnya. Ia menangis. Mungkin menangis karna takut dan sedih.
Aku dan Ganym langsung bergerak cepat ke arah kak Aurel. Terlihat jelas sekali di mata Ganyn kalau ia sedang kecewa. Aku yakin ia kecewa padaku dan kakakku.
"Kak. Terjagalah."ujar Ganym seraya menangkup pipi kak Aurel.
"KAK! LEPASKAN LUKE!!" perintahku.
Kak Deon menghempaskan Luke yang sudah lemah ke lantai.
Seketika jendela di dekat kami terbuka. Ini karena angin. Saat itu memang cuacanya sedang ada badai kecil. Angin masuk menusuk kulitku saat itu. Dan membuat keadaan menjadi semakin mengerikan. Bayangkan saja. Lampu tiba-tiba meredup perlahan;kemarahan kak Deon pada Luke semakin menjadi;isakan kak Aurel semakin terdengar melemah. Dan isakankulah yang paling terdengar seruangan itu saat itu.
Aku menatap mata kak Deon yang memerah dan tangannya yang mengepal. Aku terpaku. Saat itu ku terisak dan tak tau harus berbuat apa. Aku juga melihat kak Aurel yang tak sadarkan diri dan aku melihat Luke yang terbatuk-batuk di lantai. Dan Ganym berusaha membuat kak Aurel sadar.
Kak Deon terlihat sedikit kembali normal. Ia melihat keadaan sekeliling dan pandangannya terhenti ketika melihat kak Aurel terkulai di pangkuan Ganym.
Saat itu,aku masih terisak di tempatku dan tak tau harus berbuat apa."Bangun,Aurel. Maafkan aku. Tolong bangunlah. Hey.. " ujarnya yang menggerakkan tubuh kak Aurel. "DASAR BODOH!!" bentakku.
"INI SEMUA GARA-GARA KAU,LUKE!! JIKA SAJA KAU TIDAK BERUSAHA MEMBUNUH ADIKKU, SEMUA INI TIDAK AKAN TERJADI!" Kakak kembali marah. Ia menarik kerah baju Luke dan menghantam tubuh Luke ke dinding di dekat jendela. Luke meringis. Ada cairan merah yang keluar dari mulutnya.
"Aku tidak mencoba untuk membunuhnya." ucap Luke yang mulai melemah.
"KAU MELUKAINYA!! ITU BERARTI KAU MENCOBA UNTUK MEMBUNUHNYA!!" bentak kak Deon
"HENTIKAN!" Teriakku.
"Aku dulu bangga padamu. Aku menyukai sifatmu,kak. Tapi sekarang kau bukanlah Deon yang ku kenal." lanjutku yang diselai isakku.
Ganym merangkulku. Ia meninggalkan kak Aurel yang pingsan. Ia berusaha menenangkanku.
"AKU BEGINI KARNA KAU!" ujar kak Deon.
"AKU BERUSAHA MENGHINDARI ORANG YANG BERUSAHA MENYAKITIMU. TERMASUK PAPA. AKI YANG MEMBUNUHNYA KARNA IA TELAH MENYAKITIMU!" pengakuannya membuat aku merasa seperti orang yang dijemur di musim panas,lalu di tusuk duri bunga mawar.
"KAU HARUS MENGHINDARI ORANG SEPERTI ITU!!" tegas kak Deon sambil mengarahkan pisau ke Luke. Pisau itu hampir menusuk Luke.
"Justru kau yang harus kuhindari." cetusku sambil berlari kearah Luke. Aku mendengar Ganym meneriakkan namaku. Tapi aku tidak peduli.
Aku menarik tangan kakak yang sudah siap menancapkan pisau yang ia bawa ke tubuh Luke.
Tapi,tangan kakak mendorongku. Kakiku tergelincir. Aku tidak bisa mengontrol gerak badanku. Aku terjungkal kebelakang. Dan, tepat di belakangku adalah jendela yang terbuka dan sudah menyiapkan air dingin yang dibuat untuk menangkapku. Aku berteriak. Saat itu yang kudengr hanyalah suara teriakan Ganym yang memanggil namaku.
Tubuhku terhantam aspal. Aku tidak sadar lagi. Tapi aku ingat, aku pasti akan menyusul mama.
Terima kasih dunia, atas keindahan dan pengakuan pahitmu.Seketika semuanya gelap.
****
Writer Note:
Haii.. Makasih ya yang udahbaca cerita ini. Ceritanya udah abis. Tapi ini bukan chapter yang terkhir. Masih ada 1 chapter lagi. Chapter itu isinya kehidupan mereka setelah Valley meninggal. Akan aku post kalau chapter ini yang ngevote 8+.Thanks ya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionKisah kehidupan Vallery Candice Ceirus yang menyedihkan. Tentang keluarganya yang hancur. Dan kesedihan yang menimpanya membuatnya frustasi.