"Ya ampun! Ada apa ini? Apa yang terjadi,Ganym?" tanya Mrs. Aghni. Mrs.Aghni tampak khawatir pada keadaan Ganym yang sekarang berbaring di unit kesehatan sekolah dengan darah dan memar di wajahnya. Aku juga mengkhawatirkannya. Aku melihatnya tersungkur di lorong loker. Ganym tersenyum melihat Mrs. Aghni.
"Aku tidak apa-apa." ujarnya. Aku menunduk. Aku merasa bersalah. Harusnya aku menjaganya.
"Baiklah, saya panggilkan pengurus kesehatan dulu,ya. Agar kamu cepat diobati." Ucap Mrs.Aghni lalu keluar ruangan. Kini tinggal aku dan Ganym. Hanya berdua.
"Apa yang terjadi,Ganym?" tanyaku cemas padanya. Ia hanya tersenyum.
"Tadi saat aku mau mengambil sesuatu di lokerku,ada seorang anak yang tidak sengaja membuka pintu lokernya. Sayangnya,pintunya menghantam wajahku. Jadilah sepertu ini."ujarnya.
"Kau tidak ahli dalam berbohong." tukasku. Ia memutar bolamatanya. "Tadi bukannya kau pergi bersama Luke?" lanjutku. Ia mengangguk.
"Lalu?"tanyaku. Ia hanya diam menatapku. Memasang wajah melas.
"Ia menghajarku." ujarnya lirih. Aku bingung+panik+kesal bercampur aduk.
Dia mulai menceritakan kejadian tadi. Ia bilang,Luke menghajarnya sampai ia seperti ini. Luke menghajarnya karena Luke cemburu padanya. Ia memberikanku kalung yang berliontin G. Dsn tanpa disadari Luke melihat kita di taman pagi tadi. Ganym bilang Luke mempunyai suatu perasaan suka padaku. Luke tidak terima kalau Ganym memperlakukan aku seperti itu. Luke marah lalu akhirnya menghajar Ganym sampai Ganym seperti ini.
Aku menghela nafasku dan memandang Ganym. Aku kesal sekali pada Luke. Aku mau menghajarnya seperti ia menghajar Ganym.
"Aku mau keluar sebentar ya. Tunggu di sini sampai kau mendapatkan pertolongan dari pengurus kesehatan sekolah." ujarku lalu bangkit dan pergi meninggalkan ia.
Aku berjalan dengan membawa amarahku. Mencari-cari Luke dan akhirnya aku menemukannya. Ia menghadap ke arah luar sekolah dan bersandar di pembatas balkon.
"Luke." teriakku. Ia membalikkan badannya dan aku melihat wajah berantakannya. Kantung matanya mengait membuatnya terlihat kumal. Aku sempat tidak tega memarahinya. Tapi rasa kesalku membuatku ingin menghajarnya.
Aku berjalan cepat ke arahnya. Aku melihat sesimpul senyum dibibirnya. Namun senyuman itu seketika hilang ketika aku menampar pipi kanannya.
Ia memegangi pipi kanannya yang memerah lalu ia memberikan tatapan ada apa padaku.
"Luke. Kenapa kau membuat Ganym seperti itu? Sadarkah kau kalau itu membuatku kesal padamu? Aku tahu kau tidak pantas mendapatkan tamparan itu. Tapi kau pantas mendapatkan yang lebih parah daripada sebuah tamparan!" bentakku. Aku baru kali ini membentaknya. Aku tahu ini tidak pantas. Tapi perbuatannya sudah kelewatan.
Ia kearahku lalu ia menatapku tajam.
"KAU TAHU?! AKU LEBIH SAKIT DARIPADA GANYM! IA TELAH MENGAMBILMU DARIKU! ITU PANTAS IA DAPATKAN! BAHKAN SANGAT PANTAS! KAU HARUS TAHU INI KULAKUKAN KARNA AKU MENYUKAIMU!" bentaknya lalu mendorongku sampai aku tersungkur di lantai. Lalu ia menyejajarkan tubuhnya denganku. Aku merasakan sakit di punggungku. Air mataku sudah mulai turun. Aku takut. Matanya memerah. Ia terlihat seperti orang yang sedang dirasuk oleh sebuah arwah setan. Ia juga mengeluarkan air mata. Aku ingin mengusap air matanya tapi ia menampar tanganku. Tubuhku mengikuti gerak tanganku,lalu kepalaku terbentur dinding. Rasa sakit luar biasa di kepalaku. Aku aku melihat Luke pergi menjauhiku. Aku memengang daerah kepalaku yang membentur dinding dan aku melihat cairan merah kental di tanganku. Saat itu pandanganku buram dan seketika semuanya gelap.****
Kayaknya sebentar lagi udah mau abis nih ceritanya :(
Jangan lupa voment ya. :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionKisah kehidupan Vallery Candice Ceirus yang menyedihkan. Tentang keluarganya yang hancur. Dan kesedihan yang menimpanya membuatnya frustasi.