Pagi ini tanpa papa lagi. Papa pergi dengan emosi lagi. Semoga hari ini akan lebih baik.
Aku turun menuju meja makan. Sekarang aku sudah siap dengan seragam sekolahku.
"Pagi,Mi. Pagi Loettie ku sayang." sapaku pada mami dan Loettie yang sudah ada di meja makan. Mami dan Loettie menjawabnya dengan kata hai.
"Kakak mana,Mi?" tanyaku. Biasanya sih kakakku lebih dulu sampai di meja makan. "Iya. Sejak kejadian semalam,dia belum pulang sampai sekarang." jawabnya. Nampak khawatir di wajahnya. Aku juga khawatir sekaligus bingung, kemana dia ya?
"Hei! Lanjutkan makanmu,sayang." ujar mami yang mengagetkanku. Aku mengangguk dan melanjutkan makanku.
Tiba-tiba kakak masuk dari pintu dan wajahnya pucat dan kusut sekali. Aku senang ia pulang. Tapi ada apa ya? Kok dia kumal sekali. Seperti orang gila.
"Hai kak. Dari mana saja kau?" sapaku. Tapi ia mengacuhkanku dan terus berjalan menuju kamarnya.
"Kenapa dia?" tanya mami khawatir. "Aku tidak tahu,Mi. Biar aku tanya dulu ya." ujarku. Aku beranjak dari dudukku dan menuju kamar kak Deon.
Knock..knock..
Ia langsung membuka pintu kamarnya dan menarik tanganku ke dalam kamarnya lalu menutup kamarnya kembali.
"Ada apa sih kak?" tanyaku heran dan ketakutan. Jujur ini membuatku panik. Ia terlihat stres sekali. Kantung matanya yang menggantung,matanya yang memerah dan tangannya yang mengepal. Tunggu. Mengepal? Ia sedang menahan amarah rupanya.
"Kau sedang emosi?" tanyaku lagi. Namun ia hanya diam dan menatap ke luar jendelanya.
"Kemana kau semalam? Mami mengkhawatirkanmu." aku berusaha melembutkan ucapanku agar kakakku luluh.
Ia membalikkan badannya dan menghampiriku.
"Aku mengikuti papa semalaman ini." jawabnya singkat dan ia memelukku.
"Apa yang terjadi?" tanyaku yang menahan air mataku. Aku tahu kalau kakakku memelukku pasti ia sedang sedih.
"Kau tidak akan percaya dengan apa yang kulihat,Ry." lanjutnya.
Ia melepaskan pelukanku dan langsung mengambil handphone yang ada di sakunya. Lalu ia menunjukkan sebuah gambar yang memperlihatkan papa bersama seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya. Mereka terlihat mesra sekali.Aku benar-benar tidak percaya.
Air mataku sudah tumpah. Tubuhku mulai lemas saat ini. Aku benar-benar tidak menyangka kalau hal ini terjadi lagi. Batinku rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya memanggil mama.
Kakak memelukku dan mengelus punggungku.
"Papa akan menceraikan mami dan menikah dengan perempuan itu." ujarnya.
Aku makin tak sanggup lagi. Air mataku makin deras. Rasanya aku tak ingin bernafas lagi.
Aku merasakan nafas kakakku yang mulai menangis kecil. Sementara aku, menangis histeris.
"Aku.. Aku mendengarkan se..semuanya yang ia katakan." ujar kakakku yang mulai terbata karena tangisnya. Tangisku makin terisak.
"Kenapa papa tega melakukan itu pada mami? Apa kurangnya mami? Kenapa ia lakukan itu lagi?" ujarku.
Ia melepaskan pelukannya dan menahan pipiku.
"Papa memang bodoh. Tolong jangan beritahu mami akan hal ini." ujarnya. Aku mengangguk tanda mengerti. Tapi tangisku tidak bisa berhenti.
Aku berusaha menguatkan diriku dan berlari menuju kamarku lalu mengunci rapat kamarku.
"Vallery sayang. Kamu sudah kesiangan. Kamu tidak lupa sekolah kan?" tanya mami yang kurasa ada di depan pintu kamarku. Aku lupa kalau aku sudah memakai seragam sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionKisah kehidupan Vallery Candice Ceirus yang menyedihkan. Tentang keluarganya yang hancur. Dan kesedihan yang menimpanya membuatnya frustasi.