Drrt.. Drrr..
Handphoneku berbunyi. Ternyata itu telfon dari Luke.
"Hallo." ujarku.
"Hallo,Candice." ujar seseorang di sebrang sana. Ini bukan suara Luke.
"Iya. Siapa ini?" tanyaku.
"Tolong jangan dekati Luke lagi. Atau ku hajar kau." ujarnya dengan nada yang mengancam.
"Hallo. Ini siapa?" tanyaku.
Tapi telfonnya sudah terputus.
Aku langsung berjalan menuju studio musik. Biasanya Luke ada di sana.
Aku membuka pintu studio dan aku melihat Luke berciuman dengan Chrissie. Entah kenapa aku merasa buruk. Aku tidak suka melihat ini.
"Maaf mengganggu." ujarku pelan. Mereka menoleh ke arahku. Aku melihat wajah kaget dari Luke.
Aku menutup pintu studio lalu berlari menjauhi mereka berdua. Berlari tanpa arah.
Aku tahu Luke memanggilku. Tapi aku tidak memperdulikannya.
Aku terhenti dan duduk di salah satu bangku taman. Aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku. Rambutku berantakan karena angin saat aku berlari. Aku tidak habis pikir melihat kejadian tadi. Mataku sudah ternodai dengan perbuatan mereka. Ini menyakitkan. Tunggu! Apa ini? Mengapa menyakitkan? Ada apa? Apa aku mulai menyukai Luke? Tapi tidak mungkin.
Keringatku mulai berjatuhan. Rasanya lelah berlari menghindari apa yang tidak kuinginkan. Tapi itu harus terjadi. Aku menenangkan nafasku yang terengah. Aku memandangi sekitar taman ini. Taman yang masih sepi karna ini masih jam 6 pagi. Aku sengaja datang pagi karena aku mau mengerjakan tugas bersama Luke.untuk minggu depan. Tapi tidak jadi.
"Ini masih pagi dan kau sudah berantakan. Apa kau tidak mandi?" tanya seseorang di belkangku. Aku menoleh dan melihat seorang laki-laki yang tidak asing bagiku. Itu adalah Ganym. Aku baru ingat kalau hari ini dia masuk ke sekolah ini.
"Kenapa diam?" ujarnya. Aku mengerjapkan mataku yang sedari tadi memerhatikan dia. "Tidak apa-apa." ujarku.
Ia duduk di sebelahku. Ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Benda berbentuk kotak dan dilapisi kertas berwarna merah itu ia berikan kepadaku.
"Ini dari kak Aurel. Ia bilang ini adalah ucapan selamat berkenalan." ujarnya sambil menaruh benda itu di sampingku. Aku tersenyum.
"Kita kan sudah kenal." ujarku.
"Ya,aku tahu. Tapi ini dari kakakku. Bukan dari aku." ujarnya. Aku mengangguk dan mengambil benda itu.
"Apa isinya?" tanyaku. "Aku tidak tahu. Coba saja buka. Aku penasaran." ujarnya. Aku mengangguk lalu membuka benda ini.
Saat aku buka,isinya adalah kalung yang indah. Liontin dari kalung ini adalah huruf G. Aku pikir ini diambil dari huruf pertama nama Ganym.
"Kenapa huruf G?" tanyaku. Ia mengangkat bahunya. "Mau ku pakaikan?" tanyanya. "Boleh."ujarku. Ia memakaikan kalung itu untukku.
"Selesai." ujarnya. "Lihat! Indah sekali!" lanjutnya. "Terima kasih Ganym." ujarku dengan senyum malu."Ya,sama-sama." ujarnya.
Ada keheningan beberapa saat antara kita.
"Ry,antarkan aku ke ruang guru,yuk" ujarnya aku mengangguk lalu aku berdiri.
"Tunggu!" ujarnya. Aku memberi tatapan 'ada apa' padanya. "Benahi rambutmu!" ujarnya. Aku lupa kalau rambutku berantakan. Aku menyisir rambutku dengan jari. "Sudah. Ayo." ujarnya menarik tanganku menuju ruang guru.
Langkah kami berhenti ketika sampai di ruang guru. "Terima kasih." ujarnya. "Ya,aku ke kelas dulu ya. Bye." ujarku sambil meninggalkannya.
Aku berjalan menuju kelas. Dan sampai di kelas,aku melihat Luke duduk di sebelah bangku yang akan ku duduki. Ia menatapku dengan tatapan tajam. Aku mulai takut. Dan banyak pertanyaan di pikiranku. Aku jadi ingat kalau aku sedang menjauhi Luke,sahabatku satu-satunya.
Aku duduk di sebelahnya lalu mengeluarkan buku Melody. Aku pura-pura membaca agar pikiranku tidak tertuju pada Luke.
"Kalung yang bagus." ujar Luke dengan nada dingin. Aku tidak memerdulikannya.
Bel tanda pelajaran akan dimulai sudah berbunyi. Semua siswa memasuki kelas dan menempatkan diri di tempat duduknya masing-masing. Mrs. Laura datang dengan Ganym di sebelahnya. Aku tahu sebelumnya kalau Ganym akan sekelas denganku. Jadi aku tidak merasa kaget.
Ganym memperkenalkan dirinya lalu duduk di sebelah bangkuku yang kosong. Jadi aku duduk di antara Ganym dan Luke. Aku melihat Luke menatap Ganym dengan tatapan tidak suka.
Pelajaran dimulai dan aku siap untuk belajar..
**
Sekarang waktu istirahat. Rencananya aku mau mengajak Dia untuk makan di kantin. Tapi Luke mengajaknya lebih dulu. Aku tidak tahu mereka kemana. Yang jelas aku jadi kekantin sendiri.
Aku membereskan mejaku lalu aku berjalan ke arah kantin.
Di perjalanan menuju kantin, aku berpapasan dengan Luke. Ia menyeringai kepadaku. Aku tidak tahu ada apa dengannya. Ia berjalan ke arah kelas sendirian. Tunggu!! Sendirian?! Tadi kan ia bersama Ganym. Kemana Ganym. Aku takut ia nyasar. Ia kan belum tahu seluk-beluk sekolah ini. Aku mencarinya ke atas,tapi tidak ada. Mencarinya ke aula juga tidak ada. Saat aku mencarinya ke kelasnya Levin,Dia juga tidak ada. Aku makin khawatir padanya.
Aku berjalan dengan nafasku yang terengah di koridor loker. Tiba-tiba aku mendengar suara yang tak asing meringis kesakitan. Aku mencari sumber suara itu. Aku melihat sesuatu. Bukan!! Tapi seseorang,dengan sedikit darah di mulutnya.
Ya ampun!!!! Itu kan........
****
Voments ;) :* :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionKisah kehidupan Vallery Candice Ceirus yang menyedihkan. Tentang keluarganya yang hancur. Dan kesedihan yang menimpanya membuatnya frustasi.