Banyak hal yang sudah terlewati. Apa yang aku mau, apa yang ingin aku bagi, dan apa yang ingin aku lindungi akhirnya bisa aku lakukan.
Aku menemukannya ayah, ibu.
Seseorang yang bisa aku bagi rasa sakit, seseorang yang bisa menjaga dan mengomeli ku, yang mengerti dan tidak menuntut apapun dariku. Seperti apa yang kalian lakukan dulu padaku.
Aku sembuh, berkat dirinya.
Sepanjang hari yang aku habiskan bersamanya adalah definisi dari sebuah kebahagiaan. Selama hampir 6 bulan menjalin kasih dengan gadis bernama Haruno Sakura, aku tidak pernah merasakan takut dan gelisah lagi. Aku tersenyum, terkekeh, dan juga tertawa ketika bersamanya.
Mengagumi wajahnya adalah kebiasaan ku, dan melindungi nya adalah keharusan ku.
Tapi, sepertinya itu tidak akan berlangsung lama.
Karena masa lalu ku kembali datang, masa lalu yang sangat aku benci tapi aku tidak bisa lepas darinya.
Hal itu menghancurkan segalanya, tidak ada lagi senyum dari wajahnya ketika kami berpapasan, hanya ada wajah bingung dan khawatir seolah-olah meminta penjelasan atas apa yang terjadi.
Dan juga hanya ada tangis, aku muak dengan diriku sendiri ketika melihatnya diam-diam menangis di bus, melihatnya menangis dengan tatapan memohon padaku agar aku tidak menyakiti dirimu sendiri.
Ya, dia menangis karena aku menyakiti diriku sendiri bukan menyakitinya.
Dia sudah bisa menjaga dirinya sendiri dan dia sudah tidak perlu khawatir pada dirinya sendiri.
Oleh karena itu dia selalu menjaga dan memastikan bahwa aku tidak sakit, memastikan bahwa aku tidak menyakiti diri sendiri dan selalu merasa bahagia. Dia menjagaku dari rasa takut akan bayang-bayang masa lalu.
Dia bukan gadis egois, dia cinta damai dan selalu sabar. Bisa memaafkan dan bisa memaklumi, oleh karena itu aku tidak khawatir ketika meninggalkannya sebentar bersama Shion. Karena aku tahu Sakura pasti mengerti, Sakura pasti bisa mengetahui apa isi pikiran dan perasaanku. Dia yang paling paham, dan hanya dia yang bisa paham.
Ya dia, kekasihku. Milikku.
"Sasuke!"
Aku dengan cepat menutup buku ku lalu menoleh pada seseorang yang memanggilku dari ambang pintu.
Juugo. Teman sekamar sekaligus teman di sekolah militer ini.
"Cepatlah, yang lain sudah menunggu untuk lari rutin. Aku tidak ingin dapat Omelan dari kapten dan aku yakin kau juga tidak mau." Aku tersenyum geli lalu mengangguk-anggukan kepala.
Aku meletakan buku kecil bewarna coklat kedalam lemari ku dan mengambil topi khusus militer ku.
"Aku datang." Aku berlari kecil keluar kamar sambil memakai topi bewarna hijau army itu.
Jadi aku yakin, aku benar-benar yakin bahwa Sakura akan paham dan masih menungguku untuk pulang.
Sebentar lagi Sakura, sebentar lagi.
..
.
.
Jealous.
Aku menatap tajam dua makhluk berbeda gender didepan ku, tepatnya pada laki-laki brengsek yang berdiri di samping Sakura.
Untuk apa si setan merah ini bersama Sakura?
KAMU SEDANG MEMBACA
ORDINARY✅
RomanceJika diminta untuk mendeskripsikan satu kata tentang hidupku, maka aku akan menjawab biasa. Aku bukan siswa cantik seperti Ino yang hampir digilai oleh semua laki-laki disekolah. Aku bukan siswa pendiam tapi memiliki darah bangsawan kaya seperti H...