Aku membungkukkan badan ketika para perawat membungkukkan badannya juga padaku ketika keluar dari ruang operasi, aku tersenyum simpul di balik masker sambil merespon sapaan-sapaan perawat yang membantuku untuk menangani pasien tadi.
"Terima kasih atas kerja samanya." Ucapku sebelum pamit dan membuang sarung tangan karet dan masker ke sebuah tong besar di samping pintu operasi.
Aku menghempaskan tubuhku di kursi ruangan ku lalu memijit pelipis untuk meredakan sedikit pusing di kepalaku. Aku lalu memutar kursi ke belakang, memandang langit malam yang cukup cerah tapi masih ada sedikit salju yang turun.
Seperti malam itu, salju turun tidak banyak dan suasana antara aku dan dia sangat hangat.
10 tahun lagi, aku akan menemui mu.
Aku tanpa sadar tersenyum miris ketika mengingat perkataanya hari itu.
Besok adalah tepat 10 tahun dimana dia berjanji padaku untuk datang padaku, di saat kepergian ku, di depan pintu kereta dengan air mata dan lambaian tangan yang terasa berat untuk di lambaikan.
Tok
Tok
Tok"Ya?" Aku menoleh dan mengangkat alisku ketika melihat Matsuri yang tersenyum miring dengan mantel dan juga syal nya.
"Kau pulang? Anak-anak akan pergi ke kedai sebelah untuk merayakan naiknya jabatan Utakata-san, kau iku?" Aku memiringkan kepala sambil berfikir dan membayangkan bagaimana jika aku ikut.
"Aku rasa tidak, hari ini benar-benar melelahkan aku akan pulang dan langsung tidur." Tolakku dengan ringisan karena merasa tidak enak, tapi Matsuri hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya paham.
"Kalau begitu beristirahatlah, aku akan bilang pada Utakata-san." Aku menganggukkan kepala dan melambaikan tangan ketika dia pergi setelah menutup pintu ruangan ku.
TING!
Aku mengambil ponselku di jas dan tersenyum tipis melihat pesan yang masuk.
Aku diluar, ayo kita makan malam.
Aku mendengus lalu dengan cepat membalas pesannya, membuka jasku lalu mengambil mantel dan juga tasku. Setelah mematikan lampu dan AC, aku keluar dari ruangan ku sambil merapatkan mantelku.
..
.
.
"Kau tidak lihat kantung mataku?" Aku menunjuk bawah mataku pada Gaara yang malah tersenyum geli."Aku tahu, oleh karena itu aku ingin membuatnya tambah tebal." Aku memutar mata malas lalu berjalan menuju mobilku yang terparkir di samping mobilnya.
"Aku menghargai ajakkanmu, tapi tadi kekasihmu saja aku tolak, dan itu juga akan berlaku padamu." Gaara tampak menghelakan nafas lalu mengangkat bahu.
"Aku kesini memang ingin menjemputnya, aku tahu dia gila saat mabuk." Aku tertawa lalu membuka pintu mobil hitam ku.
"Kalau begitu bagus, aku pergi." Pamitku setelah melambaikan tangan yang dibalas lambaian juga darinya. Entah aku gila atau apa, padahal cuaca bisa dibilang dingin, tapi aku malah sengaja membuka kaca jendela dan menancap gas agar anginnya lebih kencang.
10 tahun sudah berlalu, usiaku sudah 28 tahun dan banyak hal yang sudah terjadi di kehidupanku, teman-temanku, dan juga keluarga ku. Setelah lulus aku langsung diangkat menjadi dokter di rumah sakit dimana nenekku bekerja, aku menjadi dokter bedah seperti impianku. Ya aku berhasil, aku berhasil menjadi dokter dan menikmati hidupku yang sekarang, berusaha tenang dan tidak terlalu banyak memikirkan masa lalu, aku tahu itu akan berpengaruh ketika aku bekerja dan aku tidak ingin pasien ku tidak ditangani dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORDINARY✅
RomanceJika diminta untuk mendeskripsikan satu kata tentang hidupku, maka aku akan menjawab biasa. Aku bukan siswa cantik seperti Ino yang hampir digilai oleh semua laki-laki disekolah. Aku bukan siswa pendiam tapi memiliki darah bangsawan kaya seperti H...