Event berjalan dengan lancar. Tidak adak kendala yang benar – benar serius, yang membuat mereka kelimpungan untuk mengatasinya. Segala kekurangan sudah mereka bahas, menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Setelah membahas perayaan yang akan mereka lakukan besok malam, mereka berhamburan keluar dari kampus dengan tampang lelah dan penampilan yang berantakan. Jenan sudah beberapa kali mengusak rambutnya, namun bukannya rapih, rambutnya malah semakin terlihat kusut. Akhirnya ia menyerah dan tak memperdulikan penampilannya yang sudah tidak jelas bagaimana bentuknya.
Saat hendak membuka pintu mobilnya, ia melihat perempuan dengan rambut coklat terikat itu berdiri sendirian di halaman kampus. Mukanya yang lelah tercetak dengan jelas. Menjadi ketua event, membantu Presiden dan Wakil Presiden dalam mengsukseskan proker utama memanglah tidak mudah. Perempuan itu harus rela membuang jam tidurnya dan mengikis jam santainya. Muka lelah itu menjelaskan semua penderitaan yang telah ia alami. Dan karena itu, Jenan berjalan menuju perempuan itu yang sibuk dengan handphonenya.
"Vira."
Panggilan pelan itu berhasil mengalihkan perhatiannya, mata tajam yang terlihat lembut di mata Jenan terlihat lelah malam ini. Tapi bibirnya masih bisa mengukir senyuman manis. "Iya Jen?"
"Bareng yu? Jam segini bus yang lewat hampir gak ada, taksi online juga bahaya kalau dinaikin sendirian. Bareng gue aja mau?"
"Ah gak usah Jen. Gapapa kok, gue kan bisa bela diri."
"Tetep aja bahaya. Udah bareng gue aja gapapa."
"Beneran? Kos – kosan kita kan beda arah. Nanti lu muter balik, kejauhan."
Jeno menggerakan tangannya ke samping kanan dan kiri sambil mengulas senyuman lembut. "Gapapa. Daripada lu pulang sendiri."
Vira akhirnya mengangguk pelan. "Ya udah. Kalo gitu gue ambil jaket di ruang kumpul dulu ya."
Jenan mengangguk. Vira memasukan handphonenya ke dalam saku lalu berjalan pergi menjauhi Jenan. Tatapannya masih terkunci, membuat ia tidak sadar kalau lelaki dengan rambut hitam legam yang sedikit lebih pendek darinya, sudah berdiri manis di sebelahnya sambil mengikuti arah pandangan Jenan.
"PDKT banget nih bos?"
Sontak Jenan terkejut dan sedikit berjalan mundur, namun mukanya langsung berubah kesal saat melihat Rendi dengan kacamatanya sudah berdiri di dekatnya. "Dateng gak ada suara lu."
"Langkah gue dari tadi ngegema. Pendengaran lu nya aja yang kurang sehat."
Jenan mendengus kesal, lalu kembali berdiri di tempatnya semula. Vira belum kembali, dan waktu ini Jenan gunakan untuk mengobrol sebentar dengan Rendi.
"Minggu depan."
"Apa?"
"Laporan terakhir sekaligus debat kandidat."
"So?"
"Lu gak cemas gitu? I mean saingan kita Jovin Rina. 2 orang yang chance buat menangnya gede."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shakuntala ; 00 Line
Teen Fiction"Burung aja rela terbang saat hujan demi dapetin makanan. Masa masalah gini doang bikin kalian berhenti berjuang?" "Lu juga sama, masa hanya karena dia ditaksir orang lain bikin lu berhenti berjuang? Mundur pula." Hanya kisah tentang para remaja yan...