"Burung aja rela terbang saat hujan demi dapetin makanan. Masa masalah gini doang bikin kalian berhenti berjuang?"
"Lu juga sama, masa hanya karena dia ditaksir orang lain bikin lu berhenti berjuang? Mundur pula."
Hanya kisah tentang para remaja yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"HEEYYOO WASSAP!"
Suara heboh itu berhasil membuat telinga siswa – siswa di kantin hampir tuli. Fadli dengan jaket abu dan topi hitamnya, asyik membuat suara heboh yang mungkin menggelegar hingga lantai atas. Rendi yang melihat itu memijat pangkal hidungnya sembari menggeleng. Chandra berusaha tidak merespon, karena ia tau kalau Fadli sedang melakukan tugasnya sebagai anggota tim sukses Jovin. "Promosi publik kah?"
"Gak usah ikut – ikutan. Promosi personal ke 1 orang atau 1 circle lebih menguntungkan, obrolannya lebih mendalam dan serius."
"Pokoknya tenang aja Ren, Jen. Tugas bakal kita lakuin sesuai rencana. Yoi Chan?"
Chandra membalas telapak tangan Indah dengan tepukan. "Yoi dong."
"Yowes bagus. Btw gue kelas duluan ye."
"Siap."
Rendi bangkit dan pergi keluar kantin, meninggalkan mereka bertiga yang sibuk dengan pikirannya masing – masing. Setelah Chandra pergi, barulah Indah berani memecah kesunyian diantara mereka. "Jen."
"Hm?"
"Lu tau rahasia soal Rendi kagak?"
"Tau. Tapi namanya juga rahasia, jelas gak akan gue kasih tau."
"Iya sih." Indah menegak habis teh susunya yang tandas tak bersisa. "Padahal dulu gue juga sekelas ama dia, pernah satu bangku juga. Tapi kayanya lu lebih tau dia dibanding gue."
"Lu tau Rendi itu gimana. Tertutup banget. Bahkan nilai ujian aja kadang gak mau dia bongkar."
"Gak berubah dia."
"Kenapa emangnya? Lu penasaran soal dia ama Rina?"
Indah sontak terbatuk, tersedak karena ludahnya sendiri. Jenan mengulurkan tangannya dan menepuk – nepuk punggung Indah pelan. "Kaget amat bos."
"Anjir, bisa baca pikiran lu?"
Jenan terkekeh pelan. "Denger pembicaraan lu ama Nanda kemarin."
Indah mencibir pelan, mengelap mulutnya yang sempat terkena cipratan akibat batuknya sendiri. "Ya kepo aja sih. Tu anak berdua beneran pacaran apa gimana. Tertutup banget abisnya. Jadi negative thinking mulu kan gue."
"Bukan hal yang penting untuk dipikirin, tapi kenapa lu sibuk banget cari jawabannya?"
"Jawaban atas pertanyaan?"
"Hubungan Rendi ama Rina."
Ada jeda yang membuat suasana di antara mereka berdua tiba – tiba hening. Hampir saja Jenan membuka mulutnya, disaat yang bersamaan Indah menjawab pertanyaannya. "Pengen tau aja. Gue sahabatnya, tapi gue gak tau apa – apa soal dia."
"Ya namanya juga Rendi Juanda Aksara. Semua hal yang menurut dia gak penting dan pribadi pasti ditutupin dan dirahasian, dikunci rapat di tenggorokannya."