P.S : Part ini cukup panjang, silakan dibaca di waktu luang dengan posisi sesantai dan senyaman mungkin, oke?
Selamat membaca 😚Selama 4 hari ini, ketegangan mengikuti angkatan 00 BEM kemanapun mereka pergi. 2 hari pertama, mereka diliputi rasa tegang dan gugup karena penyampaian LPJ yang cukup menghabiskan banyak waktu dan tenaga, namun mengeluarkan hasil yang memuaskan karena laporan akhir mereka diterima oleh para anggota dan alumni BEM. 2 hari terakhir, ketegangan mulai kabur dari diri para angkatan 00 BEM, kecuali 2 pasangan kandidat yang akan mencalonkan diri menjadi pemimpin BEM selanjutnya. Waktu tidur Rendi terkuras habis karena harus menyiapkan pidatonya nanti, Jenan harus berjuang menyembunyikan kantung matanya akibat stress ringan yang menimpa dirinya, Jovin harus merelakan waktu santainya untuk memikir proker yang lebih mantap, dan Rina harus rela melupakan skincare rutinnya untuk bergadang menemani Jovin. Perjuangan mereka membuat diri mereka lebih siap sekaligus panik di hari H, hari perdebatan dan pemilihan Presiden – Wakil Presiden BEM periode 2019 – 2020.
Sedari pagi, mereka sibuk dengan pasangan masing – masing, menyiapkan diri dan segala pembicaraan yang akan mereka jelaskan di depan banyak orang. Rendi yang pernah mengalami ini sebelumnya, terlihat sedikit lebih santai, berbeda dengan Jenan yang sedari dulu belum pernah ikut debat. Sewaktu masih di Himpunan pun Jenan tidak mencalonkan diri menjadi Ketua Himpunan, melainkan hanya menjadi Ketua Divisi Ekonomi bersama Indah. Sudah jelas, kalau Rendi yang pernah jadi wakil ketua ekskul PMR, ketua OSIS SMP – SMA, bahkan wakil ketua Himpunan ini lebih professional dalam menghadapi situasi tegang seperti ini.
"Santai aja kali bos. Tu tangan gemetar mulu dari tadi."
Jenan mengalihkan pandangannya, menatap Rendi yang terlihat rapih dan santai, dengan kacamata yang bertengger di hidungnya dan kemeja merah yang sengaja dikancingkan untuk menutupi kaus hitam dibaliknya. Rambut hitamnya yang legam terlihat rapih dan lembut. Baru kali ini Jenan melihat Rendi serapih ini.
"Tremor gue njir."
"Pasti sih, first time. Gue gak akan larang lu gugup, tapi pas kegiatan udah dimulai, kontrol tremor lu itu. Minimal suara lu jangan bergetar. Tegas, oke?"
"Iye Ren. Paham gue. Njiran gemetar mulu ni tangan."
Rendi tertawa pelan melihatnya. Pandangannya beralih ke arah depan, sedikit mendongak saat kandidat lawan menghampiri meja mereka. "Good luck boys. Kita berdebat seru hari ini."
Rendi membalas juluran tangan Jovin sambil memeluknya sebentar. "Adil ya Vin.... Jangan buka handphone di tengah debat buat cari jawabannya."
"Ngadi – ngadi lu. Mana berani gue."
"Siapa tau gitu. Dan Rin, sukses ya. Anggep aja kita lagi debatin bagaimana caranya biar Jenan bisa lempar ini meja."
Jenan yang sedang menepuk lengan Rina langsung menajamkan matanya, membuat mereka bertiga tertawa pelan. "Sure. Good luck for you Ren, Jen."
Setelah berbincang sebentar untuk saling memberi support, mereka duduk di meja masing – masing yang di depannya sudah ada papan nama mereka, dengan jabatan yang akan mereka pegang nanti. Para rekan – rekannya duduk di barisan depan sambil melambaikan tangan, memberi mereka berempat semangat mahasiswa.
"Improv Ren?"
"Harus improv."
📜
Acara dimulai. Diawali dengan sambutan hangat dari Dika dan Farid, penjelasan tentang proker, visi, dan misi masing – masing kandidat dimulai. Jovin dan Rina yang pertama kali berbicara, menjelaskan dengan tenang dan lengkap tanpa terlewat satu kata pun. Setelah selesai, giliran Rendi dan Jenan yang angkat bicara. Bergiliran memberi penjelasan tentang proker mereka yang harus terlaksana di waktu mendatangan. Rincian mereka tak kalah lengkap, membuat orang – orang di ruangan itu terkagum dengan kedua kandidat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shakuntala ; 00 Line
Ficção Adolescente"Burung aja rela terbang saat hujan demi dapetin makanan. Masa masalah gini doang bikin kalian berhenti berjuang?" "Lu juga sama, masa hanya karena dia ditaksir orang lain bikin lu berhenti berjuang? Mundur pula." Hanya kisah tentang para remaja yan...