P.S : Part ini lumayan panjang, silakan dibaca di waktu luang dengan posisi sesantai dan senyaman mungkin, oke?
P.S.S : Part ini tidak melalui proses edit, jadi kalo ada typo mohon dimaklumi
Selamat membaca 😚Pemilihan suara sudah dilakukan. Kini waktunya penghitungan suara. Pembacaan nomor di kertas yang diikuti oleh penulisan angka di papan tulis berlanjut dengan lancar. Nilai yang didapat kedua kandidat hampir selalu sama. Terkadang Rendi Jenan memimpin, namun tak lama, poin Jovin Rina menjadi yang tertinggi. Hal ini terus berulang, hingga kertas tersisa 3 dan poin atau suara yang mereka raih sama, alias seri.
Jenan menatap risih angka – angka yang tertulis di papan tulis. Sedari tadi ia tidak mengalihkan pandangannya, fokus mengitung angka – angka di papan tulis. Dan kini, saat ia menyadari kalau poin mereka sama, membuat rasa panik mendadak menyerang Jenan. Walau air mukanya terlihat tenang, namun kepalan tangannya mengalami tremor dan kakinya tidak berhenti bergerak naik – turun. Rendi yang menyadari itu langsung mengarahkan tangan kanannya ke tangan Jenan yang terkepal kuat, memposisikannya di bagian atas dan mengelusnya pelan, membuat Jenan agak terkejut.
"Santai Jen, santai. Apapun pilihannya, diterima dengan ikhlas."
"Panik gue Ren."
"Jangan panik, jangan dipikirin. Bawa santai."
Jenan menurut, memisahkan kedua tangannya dan mengatur nafasnya, berusaha membuat dirinya rileks. Namun suara MC yang menggelegar berhasil membuat dirinya kembali panik.
"Gila nih... Seri bos poinnya. Dan 3 suara terakhir yang akan menentukan siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden BEM Universitas Yogyakarta periode 2019 – 2020, berada di tangan tiga orang yang sangat berjasa untuk BEM periode sebelumnya. Boleh buat Mas Dika, Mas Farid, dan Mbak Hera buat sebutin nomor berapa yang kalian pilih."
Penjelasan itu jelas membuat mereka berempat yang duduk di meja depan terkejut bukan main. Tidak mereka sangka, kalau 3 seniornya ini tidak memasukan kertas berisikan pilihan mereka. Itu artinya, mereka sendiri yang akan mengumumkan siapa kandidat yang terpilih.
Sial. Rendi ikut – ikutan panik mendadak.
Hera yang pertama berdiri, memegang kertas yang dilipat rapih dengan kedua tangannya dan diletakan di depan dada. "Saya memilih ini secara adil, tanpa unsur paksaan atau adik emas. Saya memilih kandidat sesuai keinginan dan kemauan saya, menggunakan akal logika. Siapapun yang saya pilih, selamat karena poin sudah bertambah."
Hera membuka lipatan kertas, yang membuat Rendi dan Jenan menghela nafas lega karena angka 2 tercetak besar di kertas putih itu. Hera tersenyum melihat reaksi kandidat yang dipilihnya. "Selamat ya."
"Oke... terima kasih untuk Mbak Hera, karena sudah menambah 1 poin untuk kandidat nomor 2. Selanjut, Wakil Presiden BEM UY 2018 – 2019, Mas Farid."
Farid berdiri, membungkuk terlebih dahulu lalu tersenyum manis. "Halo, semuanya. Ni 4 orang yang di depan mukanya tegang banget. Santai dikit dong hehe."
4 orang di depan hanya bisa tersenyum simpul yang dipaksakan, menunjukan kalau mereka sama sekali susah untuk menyantaikan diri. Farid berdeham sebentar, mengangkat lipatan kertas miliknya dan bersiap untuk membuka. "Saya gak akan panjang lebar. Saya memilih tulus dari hati saya. Dan maaf ya, poin kalian jadi seimbang lagi."
Tanpa dibuka pun semua orang tau siapa yang Farid pilih, sesuai perkataannya itu. Dan betul perkiraan mereka, kalau Farid menuliskan angka 1 di kertasnya. Yang kembali membuat poin kedua kandidat seri.
![](https://img.wattpad.com/cover/251950199-288-k666150.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shakuntala ; 00 Line
Teen Fiction"Burung aja rela terbang saat hujan demi dapetin makanan. Masa masalah gini doang bikin kalian berhenti berjuang?" "Lu juga sama, masa hanya karena dia ditaksir orang lain bikin lu berhenti berjuang? Mundur pula." Hanya kisah tentang para remaja yan...