"saya chaeyoung, son chaeyoung" ucapnya sembari mengulurkan tangan
Ibu Mina hanya melirik. Membuat Chaeyoung menarik kembali tangannya. Diusapkan di belakang kepala. Jelas, Dia menangkap bahwa ibu Mina tidak menyukainya, entah karena dia lancang datang tanpa ijin, atau karena membawa anak gadisnya pulang terlalu sore. Padahal mereka berangkat dari jam 12. Sedangkan rumah Mina hanya perlu satu jam perjalan, normalnya. Macet, sialan
"mina.. anak saya, belum pernah membawa seorang lelaki ke rumah" kata ibu Mina. Ekspresinya begitu datar. Tak sedikitpun senyum ada di wajahnya
Terlihat jelas dia membuang muka. Dadanya naik turun seperti menahan emosi. Tapi, wajahnya tampak tenang
"berapa umur kamu?"
"dua puluh satu tan.. te," bukan gugup. Chaeyoung hanya ragu respon seperti apa yang harus dia tunjukan ketika dihadapkan seorang wanita misterius nan sepertinya galak ini. Sekalipun hanya menyebut nama panggilan
"sudah bekerja?"
"saya masih kuliah"
"jurusan"
"seni teater"
"tinggal di mana?"
"satu jam perjalanan kereta dari kampus yang sama dengan mina"
"lebih muda, tidak punya pekerjaan, dan seperti juga tak akan punya orientasi pekerjaan, memanggil 'mina'" jelas ibu Mina tiba-tiba. Masih, tanpa memandang Chaeyoung. Kemudian dia terkekeh pelan
Tak yakin itu sebuah hinaan maupun tes uji kemampuan mengenal anak gadisnya untuk Chaeyoung. Yang pasti, ibu Mina tak menyukai kehadirannya, itu yang ada di pikiran Chaeyoung saat ini
Dia masih menunggu kalimat selanjutnya dari wanita itu. Bersikap santai. Diam. Mendengarkan
Kini ibu Mina sedikit mendongak. Berdeham lagi. Mencoba tersenyum, terpaksa, itu jelas
"mina adalah anak kesayangan saya" seakan sulit diucapkan, ibu Mina berhenti sebentar untuk mengatur napas dan kembali memaksa senyum
"maksud saya, anak saya satu-satunya. dia juga sayang dengan saya. karena saya yang membesarkannya dengan penuh kasih sayang. kalo ada yang mencoba menyakitinya tidak akan saya biarkan. karena sekali lagi, mina adalah anak saya satu-satunya" yang tadinya mendongak kini menunduk. Seperti menahan untuk tidak terisak
"dia dulu adalah bayi kecil yang imut. dia juga penurut, suka dengan boneka beruang, susu coklat sebelum tidur, dan kadang saya nyanyikan lagu kalo dia mau tidur, soalnya dia tidak bisa tidur kalo belum saya nyanyikan" sambungnya. Menatap ke langit-langit sambil mengenang apa yang diceritakan
Dari apa yang sudah diceritakan panjang lebar oleh ibu Mina. Chaeyoung tidak mendapatkan konklusi apapun. Dia semakin bingung dengan maksud ibu Mina yang menceritakan hal itu. Iya, seorang anak pastinya di sayang orang tua. Tapi, apa yang baru saja dijelaskan itu Mina saat ini, atau hanya sedang mengenang masa lalu?
Chaeyoung yang masih bergelut pada pikirannya dibuyarkan dengan kehadiran Mina. Sang ibu hanya melenggang pergi meninggalkan mereka berdua
"sorry.." Mina duduk di depan Chaeyoung yang juga ikut duduk
"buat?" heran Chaeyoung
Mina hanya melirik ke arah pemuda itu tanpa menjawab
"kamu nggak apa-apa kan mina?"
Mina hanya menggeleng. Dia memandangi wajah tampan Chaeyoung yang terlihat cemas dan justru membuatnya lebih tidak enak hati dan khawatir
"abis ini kita balik aja ya.." ajak Mina. Dia bangun untuk mengambil tasnya, tapi sang ibu juga keluar membawa nampan dengan tiga mangkuk berisi sayur. Wajahnya lebih ceria
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Blue (michaeng)
FanfictionSo, wrap me in plastic and make me shine. We can make a dollhouse, follow your design maaf, konten agak sensitif, genben Let's build a dog out of sticks and twine I can call you master, you can call me mine