After

409 39 4
                                    

Siang dan malam berganti ditemani rintik hujan yang berisik. Belum cukup tanah kering, tetesan air kembali siap mengguyur. Dari jendela dapat terlihat pantulan kilat yang menyambar.

Kini, sore yang dingin bersama berita bunuh diri yang telah menyebar luas sampai luar kampus menjadi mimpi buruk untuk Chaeyoung. Rasa sakit akibat luka yang belum kering harus dihujani pertanyaan-pertanyaan orang asing tentang dirinya dan juga Mina.

"ya kalo dari saya, jujur saya kurang suka, bukan gimana loh Chaeyoung, tapi pertunjukan waktu itu ketika kamu bilang subjektif, tapi terlalu egois" Chaeyoung terdiam, bukan tersinggung. Ia hanya tak punya gairah untuk membahas pertunjukan itu.

Sang dosen pembimbing kembali berceloteh tentang bagaimana respon masyarakat yang tidak suka pada pertunjukan Chaeyoung, dosen-dosen lain yang merasa karya itu tidak layak untuk lulus.

"ya kalau saya, terserah bapak saja, saya ga bisa memaksa bagaimana-bagaimananya"

Dosen itu tampak berpikir. Mungkin sebelumnya mengira Chaeyoung akan memohon agar diberi kelulusan atau nilai yang bagus. Sayangnya, itu bukan Chaeyoung. Ia tak mungkin melakukan hal itu.

"ya paling nanti saya minta buat kamu ngerjain tugas sesuai risetnya aja, ya yang kemarin sudah cukup si, ya tambah wawancara sama beberapa orang sesuai bidangnya saja". Begitu katanya, Chaeyoung hanya mengangguk.

"Oh iya, kemarin itu? pacar kamu yang hmm nyoba bunuh diri?" Chaeyoung yang hampir melamun mendongak, menatap dosennya lekat-lekat.

Berita itu sudah benar-benar menyebar kemana-mana. Persoalan pribadi yang tak perlu orang tahu kini menjadi bahasan publik. "iya itu kekasih saya pak, tapi dia tidak bunuh diri, kemarin cuma kesalahan teknis saja.. salah ambil pisau"

Tak kuat dengan segala rasa ingin tahu sang dosen. Chaeyoung pamit pulang setelah mengklarifikasi segalanya. Ia resah pada keadaan, bisa saja itu berhasil untuk dosennya. Tapi, yang lainnya? Bagaimana? Apa Chaeyoung juga harus menjelaskan satu persatu?

Persetan, ia tidak peduli. Chaeyoung menyalakan sepeda motornya dan menuju ke rumah sakit.

--

Tangannya gemetar. Hatinya masih belum bisa tenang. Chaeyoung berdiri di depan pintu kamar rumah sakit. Meski hampir setiap hari di sana, namun setiap hari juga ia takut untuk masuk.

Hari ini kekasihnya cukup mampu diajak berkomunikasi. Mina sudah hampir pulih. Chaeyoung masuk dengan langkah pelan. Kemudian duduk di sebelah Mina yang terbaring lemah.

Hembusan napas terdengar. Mina menoleh pada kekasihnya, "kamu kalo mau pulang gapapa, aku juga udah nyuruh Sana ke sini"

Chaeyoung masih menunduk, "aku engga pingin pulang Mina, aku masih mau di sini, nemenin kamu. Tapi," tak mampu melanjutkan, Chaeyoung benci dirinya sendiri.

"tapi apa?" desak Mina.

"tapi aku gatau kenapa hati aku sakit banget. aku gatau harus gimana ke kamu, aku sayang sama kamu, a-aku minta maaf atas perbuatan aku kemarin, aku gatau kenapa kamu kaya gini", ingin menangis rasanya. Chaeyoung bahkan tak mampu menatap mata Mina

"Chaeng, aku takut sama sikap kamu, aku takut kamu jadiin aku bahan bercandaan ke temen-temen setelah tau aku kaya gimana, dan harusnya kamu biarin aku mati aja, biar aku gak nanggung rasa malu", mendengar Mina mulai terisak. Serasa dihantam dadanya, Chaeyoung berdiri menunduk untuk melihat lebih dekat wajah kekasihnya.

"aku bukan orang kaya gitu Mina, mau aku pacar kamu atau bukan aku gabakal kaya gitu, aku tetep akan jaga privasi kita berdua", Chaeyoung merasa, bahwa Mina ternyata belum sepenuhnya percaya padanya, dan itu juga melukai hatinya.

Masih terisak, Mina mengusap pipinya dengan tangan kanan, "Chaeyoung, mending kamu pulang aja, abis ini Sana jemput aku dan aku bakal pulang, dan lagi.. biar kita sendiri-sendiri dulu, karena aku gatau harus gimana sama hubungan ini"

Sejujurnya, ini yang Chaeyoung takutkan. Ia tak mau, dan tak bisa menghentikan Mina. Entah kenapa, ia selalu lemah di hadapan Mina. Sosoknya yang gagah menjadi rapuh ketika bersama Mina, "aku gatau harus ngomong gimana lagi, kalo itu mau kamu.."

Chaeyoung berdiri, mengusap pipi Mina yang basah dengan jari telunjuknya sebelum kemudian pergi dari ruangan itu.

--

Hari mulai gelap, matahari perlahan tenggelam ketika sepeda motor kesayangannya kini tak berdaya tergeletak di bahu jalan. Chaeyoung berjongkok di samping kendaraannya. Mogok. Ia tak tahu harus membawanya ke mana.

Duduk, menunduk lemas sementara orang-orang berlalu-lalang di depannya. Chaeyoung masih memikirkan Mina. Gadis itu masih dan akan terus menjadi favoritnya.

Cukup lama Chaeyoung di sana, hingga seorang penjual kaki lima menyadarkannya, "maaf, ini tempat saya berjualan"

Chaeyoung berdiri segera, "oh iya maaf" setelah itu mendorong sepeda motornya menjauh. Ia meraih ponsel, dan menghubungi Tzuyu untuk menjemputnya.

Selesai menelepon sahabatnya, Chaeyoung masih memandangi ponsel itu dan kembali melamun menatap wajah gadis di layar hp nya.

Hatinya berkata, membiarkan kamu terus seperti ini adalah hal yang tidak mungkin dilakukan oleh aku yang sangat mencintai kamu.


END
Let It Blue
🌹

Jadi Gengs, cerita ini END di sini ya, tp sbenernya ada sekuel dari cerita ini, menurut kalian aku apdet yg mana dulu nih? wkwk

sekuel atau cerita baru??

Let It Blue (michaeng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang