Kalimat-kalimat indah itu, kini terdengar berisik. Begitu mengganggu dan menyebalkan. Itulah yang Chaeyoung rasakan akhir-akhir ini.
Dialog puitis buatannya sekarang tak terasa indah lagi. Ia gusar, gundah, dan kesal di waktu yang bersamaan. Dunia seakan mengujinya terus-menerus sejak bertemu dengan kekasihnya, Mina.
Hatinya tak pernah tenang sekali pun. Bisa itu karena terlampau senang, ataupun sedih. Chaeyoung membenci dirinya saat ini, begitu murung dan hal itu mempengaruhi teman-temannya. Suasana latihan menjadi tegang, dan tak pernah sesantai sebelumnya.
"kita masuk adegan lima ya!" teriak Chaeyoung dari kejauhan. Ia sengaja menjaga jarak dengan aktornya dengan alasan supaya para pemain dapat berdialog dengan lantang. Alasan lainnya adalah supaya wajahnya yang muram tak terlalu tampak dan membuat pemainnya tertekan.
Ryujin tampak kebingungan. Pasalnya, sang sutradara tidak menjelaskan detail tentang adegan selanjutnya, sedangkan ia tak berani membuka suara untuk sekadar bertanya.
"nunggu apa?!" tanya Chaeyoung sembari berdiri.
Para aktor menunduk. Beberapa menggaruk leher karena bingung.
"anu, anu bang.. adegan lima yang mana ya?" setelah disenggol lengannya oleh Minju, akhirnya Ryujin berani berbicara
Mendengar itu Chaeyoung menghembuskan napas pelan. Menepuk jidatnya sendiri karena sadar telah melakukan kesalahan.
"sory sory, aku lupa.." kata Chaeyoung.
Pemuda itu menarik napas dalam. Lalu menghembuskannya perlahan sebelum menjelaskan adegan yang akan diperagakan.
"adegan lima itu setelah raja tau kalo gandari gak perawan. yaitu, raja mengatakan bahwa dia masih cinta banget sama istrinya itu, tapi dia masih berpegang sama egonya, bahwa sumpahnya adalah menikahi perawan" Chaeyoung berhenti sejenak. Berjalan mendekat, membuat yang lain seketika menegakkan badan
"dan setelah berpikir panjang dengan menimbang banyak hal, akhirnya raja memutuskan satu hal, bahwa dia tidak akan meninggalkan sang istri, dengan satu syarat. yaitu, anak pertama mereka harus raja nikahi" jelas pemuda berambut biru yang sedikit luntur itu
Para aktor sedikit terkejut dengan memberi respon gumaman tak percaya pada plot yang dibuat oleh sang sutradara. Tapi mau bagaimana lagi, mereka harus menurutinya. Chaeyoung terlalu idealistis untuk ditentang, apalagi persoalan karya.
"sama irene, ini udah masuk kedalaman karakter mu, jadi kalo sebelumnya dia sedih, kali ini lebih frustasi. karena kamu harus sama-sama mengorbankan" ucap Chaeyoung.
Latihan dimulai. Chaeyoung tak banyak memotong selama latihan, ia hanya duduk, mencatat, berdiri, meminta diulang, dan duduk lagi.
--
Semua orang sudah mengorbankan waktu dan tenagannya. Mustahil jika Chaeyoung tidak menghargai itu hanya karena ia sedang patah hati.
"oke sebelumnya makasih" ucap Chaeyoung seperti biasa
"pagi.." seseorang mencela dengan konyol. Ketika ini sore hari dan Tzuyu datang dengan wajah tengilnya
"eh tzu, sini masuk" kata Chaeyoung mengayunkan tangan kirinya. Tzuyu dengan percaya diri masuk dan duduk di samping sahabatnya. Sudah biasa ia ikut latihan Chaeyoung. Karena dalam pertunjukan ini, Tzuyu dipercayai untuk menjadi penata cahaya. Tentu saja dia harus paham betul perpindahan adegan, dan lainnya. Sayangnya, hari ini dia agak telat
"oke lanjut, sebelumnya evaluasi, ada yang mau ditanyakan?" tawar Chaeyoung. Pandangannya mengedar ke seluruh aktor yang kini duduk melingkar di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Blue (michaeng)
FanfictionSo, wrap me in plastic and make me shine. We can make a dollhouse, follow your design maaf, konten agak sensitif, genben Let's build a dog out of sticks and twine I can call you master, you can call me mine