"ANJING!!
"DAHYUN!" teriak seseorang sembari menekan hidungnya. Siapa lagi yang memiliki suara melengking seperti itu jika bukan Nayeon sementara Dahyun cekikikan di depannya karena baru saja kentut, "maaf, keperawananku bersiul" begitu katanya. Ada-ada saja mereka berdua.
Disaat yang lain bersenda gurau dan asik bermake-up. Chaeyoung di sudut ruangan dengan tangan yang dilipat, pelipis yang diplester, dan tak ada senyum sedikitpun. Panik, pening, dan sudah menyiapkan perasaan kecewa jika pertunjukanya akan dicap 'buruk'. Namun, Chaeyoung selalu menyembunyikan kekecewaannya, ia selalu memberikan kalimat positif pada semua yang telah membantunya, bahwa mereka telah bekerja keras dan bermain dengan baik, dan itu benar-benar tulus dari hatinya.
"Kak! Ini gimana?" teriak seseorang dari kejauhan. Chaeyoung menoleh, mendapati juniornya membawa sebilah pisau.
"Dapet?" tanya Chaeyoung semangat.
"Ini gimana kak? Dalemnya ada per, jadi kalo ini misal nusuk gini" Ryujin mempraktikannya, menusuk perutnya.
"Nah bakal masuk ke dalam, jadi gak ketusuk. Gimans??" kedua alis diangkat, Ryujin bangga dengan penemuannya.
Chaeyoung akhirnya dapat tersenyum. Setidaknya satu masalah terselesaikan, meskipun pementasannya akan berlangsung kurang dari dua jam lagi.
"Oke simpen, nanti kasihin kak irene, sekarang make up sana" kata Chaeyoung pada Ryujin sembari mengusap kepala anak itu. Ryujin menurut dan masuk ke ruang make up.
Semua canda tawa, keras suara cek musik audio, semakin mendebarkan hati Chaeyoung. Ia naik ke lantai atas, menuju panggung. Matanya mengedar ke seluruh kursi penonton, panggung, dan Tzuyu yang sedang mengatur lampu dan cahaya di atas scaffolding.
Ia hanya berharap semua pertunjukannya diberikan kelancaran dan semua halangan bisa diatasi oleh para aktornya di atas panggung. Ia merogoh saku celananya, melihat waktu, dan kurang 1 jam lagi pertunjukan di mulai.
--
Ketukan heals menggema di ruangan gelap itu. Gadis tinggi semampai berjalan santai ke arah panggung. Tangan kanannya menenteng sebuah plastik berisikan kotak cokelat.
Tzuyu menyipitkan matanya ke arah gadis itu, kemudian berteriak ke arah operator, "Ji, nyalain lampunya", kembali ia menatap arah kedatangan gadis tadi.
Bola matanya membulat. Alis terangkat tinggi-tinggi ketika menatap seseorang berjalan ke arahnya dengan pakaian mini dan rambut panjang hitam legam yang diurai.
"Turun!" bentak Sana ketika sampai di bawah Tzuyu yang masih di atas scaffolding.
Tzuyu menyembunyikan senyumnya. Walau tampak jutek wajah Sana, ia tahu bahwa kekasihnya itu hendak mengajaknya berdamai.
Kaki menyentuh lantai vinyl, Tzuyu membuang wajahnya, "apa?"
Sana menunduk, ia malu untuk berbicara, tapi tak suka perang dingin dengan kekasihnya. Tangan disodorkan ke arah Tzuyu, "nih, semangat" dengan nada yang ketus, lalu meninggalkan Tzuyu setelah pemuda itu menerima.
Tzuyu sedikit menganga dan senyum sedikit-sedikit mengembang menghiasi wajahnya. Meski malu, Tzuyu sadar betul hatinya berbunga-bunga. Baru kali ini kekasihnya yang manja itu mau menurunkan egonya untuk mengajak berdamai terlebih dahulu.
"Tzu!! lanjut! malah cengar cengir" protes seseorang dari arah operator. Menyadarkan Tzuyu yang masih kasmaran.
"Hahaha oke" balas Tzuyu tanpa menghiraukan kawannya yang menggerutu.
--
Chaeyoung duduk disudut ruang make up, mengamati dengan saksama. Dan belum lega hatinya ketika aktornya belum lengkap dan waktu pementasan kurang dari 40 menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Blue (michaeng)
FanfictionSo, wrap me in plastic and make me shine. We can make a dollhouse, follow your design maaf, konten agak sensitif, genben Let's build a dog out of sticks and twine I can call you master, you can call me mine