Part 28A. Beast and His Crazy Sunday Feast.

4.6K 528 127
                                    

****"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam... seratus! Siap atau tidak, daddy akan mencari kalian."

Kala membuka matanya, dan memandang sekitar.

Hm.. dua mahluk cantik itu kenapa cepat sekali sembunyinya?

Kemana mereka?

Kala membungkukkan badan, memeriksa belakang sofa, serta bawah meja.

Nihil.

Berjalan memutari ruang tamu, ia melongok ke beberapa ceruk tembok yang menjorok agak ke dalam.

Dimana kekasih dan anaknya bersembunyi?

"Awas ya kalau sampai ketemu. Kalian nggak akan selamat dari gelitikan tangan maut daddy!" Kala kembali berteriak mengancam sembari terus mencari.

Padahal tak banyak tempat untuk bersembunyi di area ruang tamu, tapi Kala tak juga melihat penampakan keduanya.

"Hihihihi..."

Kala mendengar cekikikan Rosie dari arah sudut ruangan.

Di bawah piano?

Nope.

Mata Kala memindai sekitar tangga dan piano.

Gotcha!

Sepertinya mereka berdua bersembunyi dibalik tirai jendela. Ada gundukan besar disana.

Koda yang berjongkok, sementara Rosie berdiri, merangkulkan tangan ke leher kakak cantiknya.

Bergerak pelan Kala berjongkok dan menyingkap tirai dengan kecepatan ninja.

"I got you!" Seru Kala, menangkap keduanya dalam pelukan.

Both Koda dan Rosie mencoba lepas dari pelukan erat Kala sambil ketiganya tertawa bahagia.

"Princess pake hihihi sih, jadi ketauan kan kita sembunyi dimana." Koda menyalahkan si kecil setelah tawanya mereda.

"Tadi itu aku niatnya ketawa hantu biar daddy takut." Jawab Rosie menjelaskan aksinya.

"Mana ada daddy takut sama hantu, apalagi yang suaranya cempreng kayak kamu. No way!" Kala menyahut tak terima.

Rosie memanyunkan bibir, tidak suka diingatkan bahwa suaranya memang tidaklah merdu.

Mencubit bibir gadis kecilnya, Kala kembali berkata,

"Nggak usah manyun bebek. Ayok gantian princess yang jaga. Tutup mata, hitung sampai dua puluh."

Bukannya menurut, bibir Rosie malah semakin manyun, tangan bersedekap di dada.

"Kan ketangkepnya berdua sama kakak cantik. Masa Rosie doang yang jaga?" Si kecil memprotes tak terima.

TALE AS OLD AS TIME (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang