Chapter 12 : Miscarriage

2.8K 296 49
                                    

“Wonwoo-ya, kamu sedang apa?” tanya Ny. Kim sembari melangkah masuk ke dalam kamar anaknya. Berjalan menghampiri Wonwoo, yang terlihat sedang berkutat dengan laptopnya. Di tangannya ada sebuah nampan berisi kukis dan juga segelas susu.

“Sedang menyelesaikan novel Eomma.” Wonwoo menerima nampan itu dengan perlahan, dan meletakannya di atas meja. “Aduh, Wonu jadi ngerepotin ya, Eomma.”

Ny. Kim tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Istirahat, jangan terlalu capek, oke?”

“Terimakasih, Eomma.”

***

“Jadi ... Joshua hyung takut pada keluarganya yang strict?” Simpul Mingyu setelah mendengar cerita Seungcheol. Ia paham, Joshua sejak awal di kenal yang paling agamis di banding yang lain. Awalnya ia pikir, karena keluarga Joshua sudah lama tinggal di Amerika, budaya timur mereka sudah tidak sekental itu. “Juga pada Carat yang kebanyakan adalah shipper JeongCheol dan SeokSoo.”

Salah satu keuntungan Mingyu dan Wonwoo adalah, mereka sudah di couplekan Carat sejak zaman pre-debut.

“Sebenarnya ... aku dan Wonwoo dulu juga sama-sama takut—terlebih saat Wonwoo bilang dia hamil. Saat itu, rasanya karir yang sudah kami rintis—juga nama baik Seventeen—akan hancur.” Mingyu tidak mau sok bijak, karena memang ia tidak. Terlebih yang sedang berkeluh adalah Seungcheol sendiri. Mungkin menceritakan apa yang ia pernah alami, bukankah itu lebih baik? Ia tidak bisa menarik Seungcheol dari kegelapan, namun, ia bisa menemaninya di sana. “Ayah Wonwoo saat itu juga strict. Dan melihat orang yang kucintai stress, hanya membuatku semakin tertekan.”

Mingyu menoleh memandang Seungcheol tepat di matanya. “Kalian tahu, kalian semua tahu bagaimana kami berdua bisa sampai sejauh ini. Mungkin kami berdua beruntung, memiliki anak biologis. Yang bisa kalian lakukan hanyalah saling percaya.”

“Hyung tahu kalau aku dan Wonwoo nyaris hancur, karena aku tidak percaya padanya. Kalian harus percaya bahwa keluarga Shua hyung akan menerima hubungan kalian, kalau Carat akan menerima. Percaya kalau semua akan berjalan dengan baik.” Mingyu mengumpati dalam hati, tentang nada suaranya yang terdengar menggurui. “Kalian hanya punya dua tangan. Mungkin tidak bisa membungkam mulut mereka. Tapi, kalian bisa menggunakannya untuk menutup telinga. Sesekali jadi egois tidak masalah. Bawa kabur Shua hyung juga tak apa, kalau itu memang jalan keluar yang terbaik.”

“Bukannya dapat restu, yang ada aku digantung,” sahut Seungcheol. Namun, ada senyum yang terbit setelahnya. Ia tahu, mungkin ia yang tertua di Seventeen. Akan tetapi Mingyu lebih banyak memiliki pengalaman dalam kehidupan. Tidak salahkan ia lari ke rumah adiknya ini semalam?

Mingyu ikut tersenyum. “Beri Shua hyung waktu sedikit lebih lama lagi. Ajak dia ngobrol pelan-pelan. Bukannya Shua hyung orangnya jauh lebih tenang dan pendengar dibanding Wonwoo? Itu keuntunganmu, hyung.”

“Ya, terimakasih, Mingyu. Setidaknya pernikahanmu dengan Wonwoo yang lebih awal, membantu orang-orang di sekelilingmu,” ujar Seungcheol, lantas meminum segelas kopi yang sudah dingin. Efek terlalu lama di abaikan.
“Tapi, aku masih ingin menumpang di sini beberapa hari.”

“Terserahmu, hyung. Anggap saja rumah sendiri.” Mingyu meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit kaku. Ia melirik jam yang menggantung di dinding. Masih ada dua jam lagi sebelum jadwalnya di mulai.
Hpnya tiba-tiba berdering nyaring. Memunculkan nama sang istri di sana. Membuat senyum menawan muncul di bibir Mingyu.

“Halo, sayang?”

“Mingyu ...”

Dahi Mingyu mengerut saat alih-alih mendengar suara istrinya, malah suara Ibunya yang terdengar.
“Eomma?”

[SP] CHILD || MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang