"Pa ..."
"Hmm?" Mingyu menunduk, memandang putranya yang kini mendongak, melemparkan tanya lewat matanya yang serupa milik sang mama. Ia mengusap pipi tembam putranya dengan sayang. "Kenapa, sayang? Joonie mau sesuatu?"
Joon Eun terlihat menunduk malu-malu. Manik hazelnya bergerak ke sana ke mari. Entah kenapa ia malah merasa gugup. Padahal ia sudah merangkai katanya sejak jauh-jauh hari. Jauh sebelum mama papanya datang. "Itu ... hmm ..."
"Apa? Joonie mau robot transformer baru?"
"Bukan." Joonie menggelengkan kepalanya. Mau sih transformer baru, yang lamakan sudah lecet, tapi, untuk saat ini bukan itu yang Kim kecil inginkan.
"Lalu, Joonie mau apa, hm? Bilang saja, kenapa anak Papa tiba-tiba jadi pemalu begini?" tanya Mingyu selembut mungkin. Tidak ada yang tahu kan kalau mungkin saja Joon Eun tiba-tiba takut dengan papanya sendiri? Oke, lupakan.
"Joonie mau adik," cicit Joon Eun pelan, kepalanya tertunduk dalam.
Mingyu mematung mendengar cicitan anaknya. Tidak, ia tidak marah. Ia tahu kalau putranya ini merasa kesepian karena jauh dari mereka. Dan, bukannya ia tidak ingin punya anak lagi. Sejak usia Joon Eun menginjak lima tahun, Mingyu dan Wonwoo sudah berencana memberinya adik. Namun, sampai kini istri manisnya itu belum ada tanda-tanda, sedang membawa seseorang dalam perutnya. Apa mungkin insiden beberapa tahun yang lalu berpengaruh, ya?
"Eungh, sudahlah, Joonie mengantuk. Papa temani Mama sana," usir Joon Eun, yang sedikit kecewa dengan respon papanya yang malah melamun. Ia membalikkan badannya memunggungi Mingyu.
"Selamat malam, jagoan Papa." Mingyu turun dari ranjang Joon Eun, membungkukkan badannya agar bisa mengecup pucuk kepala sang putra. Setelahnya ia melangkah keluar, berjalan ke lantai dua menuju kamarnya. Dilihatnya sang istri sedang berbaring meringkuk di tengah kasur. "Sudah minum obatnya?"
Wonwoo tersentak pelan mendengar suara sang suami. Ia membalikkan badannya. "Sudah. Joonie sudah tidur? Dia mencariku?"
"Anak itu cepat mengerti, jangan pasang wajah bersalah seperti itu." Mingyu merangkak naik ke kasur, menarik tubuh istrinya yang seolah terlihat menciut dalam pelukan. Ia mengusap perut Wonwoo dengan lembut. Istri manisnya ini tidak boleh kelelahan. Lihatlah, karena terlalu aktif bermain dengan Joonie sepanjang hari, lantas membantu acara barbeque terlalu semangat, tubuhnya—terutama bagian perut—langsung kembali terasa sakit. Jam menunjukkan pukul 9, dan Wonwoo sudah meringkuk di kamarnya. Terlalu banyak insiden di masa lalu, yang membuat tubuh kesayangannya ini melemah. "Apa besok kamu tetap di sini saja, ya? Biar nanti aku bilang ke Seungcheol hyung sama manajer-nim, kalau kamu sakit."
Wonwoo menggelengkan kepalanya dan merapatkan tubuhnya dengan sang suami. "Besok kan kita cuma record. Gak enak sama Woozi, kan kita udah izin terlambat kemarin."
"Nanti kalau tambah sakit gimana?" Jujur, Mingyu gak sanggup kalau Wonwoo sampai drop lagi kaya comeback kemarin. Jika diibaratkan, Wonwoo adalah jantungnya dan Joon Eun adalah oksigennya. Kalau Wonwoo sakit, ia juga sakit. "Aku gak mau lho, kalau kamu sampai kayak comeback terakhir kali."
"Nggak, aku janji." Wonwoo menenggelamkan wajahnya di dada Mingyu, menghirup aroma manly yang selalu mampu membuatnya terbuai. Ditambah usapan Mingyu pada perutnya tidak berhenti, membuat kelopak matanya perlahan-lahan memberat. Namun, baru saja ia nyaris jatuh ke alam mimpi, perkataan sang suami selanjutnya membuat ia langsung mendongak.
"Joonie minta adik," ucap Mingyu serius.
"Kamu gak bohong kan? Lagi gak cari alasan buat nagih jatah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[SP] CHILD || Meanie
Fanfiction[SEQUEL BABY] BOOK 3 OF 4 FROM SERIAL PREGNANT Keseharian keluarga Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo di sela kesibukan mereka sebagai idola, bersama anak lucu mereka yang sudah sekolah. (Diwajibkan untuk membaca Book Pregnant dan Baby terlebih dahulu, agar...