Chapter 08 : It's Okay to Be Not Okay

2.7K 282 41
                                    

Lagi.

Joon Eun memandang kedua tangannya yang kotor, dan mendesah pelan saat dua manik hazelnya menemukan beberapa memar di sana. Tertawa pelan saat menyadari sekolahnya mulai sepi. Bocah itu memutuskan untuk membersihkan kedua tangannya, juga baju putihnya yang tidak luput dari noda. Lantas berjalan menuju gerbang yang terbuka lebar.

"Halmeoni."

Senyum mengembang di bibirnya, saat ia melihat neneknya sudah tiba menjemput. Dengan cepat ia menghampiri neneknya, memeluknya dengan sayang.

"Aigoo, cucu halmeoni. Maaf ya, halmeoni terlamat jemput Joonie," ucap Ny. Kim, sembari mengusap kepala cucunya.

"Gak papa kok," sahut Joon Eun, dengan senyum yang senantiasa bersinar terang. Ia menerima uluran tangan neneknya, dan berjalan masuk ke dalam taksi online yang wanita tua itu order. Berangkat pulang menuju ke rumah.

Yah, rumah kakek dan neneknya tentu saja. Tidak mungkin yang di Seoul, sedangkan orangtuanya juga jarang pulang ke sana.

Haha.

***

Ny. Kim hanya bisa menghela napas melihat cucunya yang sedang bermain robot di ruang tengah, seorang diri. Ada denyut sakit yang hinggap di hatinya melihat itu. Bukannya ia tidak tahu. Sebagai seorang ibu yang membesarkan dua anak, menebak perasaan cucunya tidaklah sulit.

Meski Joon Eun tidak pernah mengatakannya, ia tahu anak itu kesepian. Setiap hari bermain seorang diri di rumah. Teman-temannya terlalu segan untuk berkunjung. Merasa tidak sebanding dengan Kim Joon Eun yang seorang putra tunggal pasangan fenomenal Kim Mingyu Jeon Wonwoo.

Ah, cucunya yang malang.

"Joonie-ya," panggilnya lembut, sembari mendudukkan diri di sofa belakang sang cucu. Niatnya ia ingin memberikan sedikit penghiburan, namun batal saat melihat memar di tangan kecil itu. "Itu tangannya kenapa, sayang?"

Langsung dipangkunya sang cucu tersayang, memandangnya dengan penuh kecemasan.

"Ini Joonie cuma jatuh kok, halmeoni, gak papa," sahut Joon Eun dengan senyum lebar mengembang.

"Joonie gak bohong, kan?" tanya Ny. Kim memastikan.

Joon Eun mengangguk, masih dengan senyum yang sama. "Iya, halmeoni. Halmeoni gak usah khawatir, Joonie juga udah biasa kok."

***

Mingyu tersenyum tipis melihat istrinya yang tertidur pulas di atas meja kerjanya, lengkap dengan laptop yang masih menampilkan draft novelnya, juga lembaran kertas berisi outline dan hasil risetnya. Ia berjalan pelan menghampiri Wonwoo, mengangkatnya dan membawanya ke kamar mereka. Membaringkan tubuh itu perlahan-lahan ke atas ranjang.

"Eungh~" Wonwoo menggeliat pelan, langsung mencari posisi nyaman dengan sendirinya, meski mata masih terpejam. Meringkuk memeluk boneka rubah yang setia menemani sejak masa pacarannya dengan Mingyu.

Laki-laki jangkung itu hanya bisa menahan gemas, lantas buru-buru kembali ke kantor pribadi Wonwoo. Merapikan lembaran kertas yang berserakan. Saat ia berniat mematikan laptopnya, iseng, ia mendudukkan diri di sana mulai membaca. Rasa penasarannya membuat ia lupa pesan yang selalu di sampaikan Wonwoo, semenjak laki-laki itu mulai terjun ke dunia kepenulisan. "Jangan baca draft novelku, nanti, tunggu yang udah terbit aja."

Hika mengaktifkan pemicu pistolnya. Pandangannya mengedar ke segala penjuru ruangan, dengan lampu yang dibiarkan menyala terang. Ia memandang Ray, yang kini tiba-tiba menjerit sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebuah bayangan berkelebat di kotak itu.

Dengan cepat Hika melompat ke kanan, dan sebuah kapak menancap dilantai dimana ia berdiri. Seorang pria separuh baya yang merupakan kepala sekolah -John Franklyn- berdiri dengan pandangan kosong. Pria itu menggertakkan giginya, dan melayangkan sebuah tinju kearah Hika. Wanita itu sontak menunduk, dan menendang tubuh besar itu hingga mundur beberapa langkah. Namun, pria itu langsung berlari menerjangnya, hingga tubuh mungilnya menabrak sebuah lemari besar disamping kotak Ray.

Segumpal darah menyembur dari mulut Hika. Diusapnya darah itu dengan kasar. Belum sempat ia menegakkan tubuhnya, sebuah tinju kembali meluncur kearahnya. Ia reflek memindahkan tubuhnya ke samping. Ditendangnya kaki kepala sekolahnya itu dengan kuat, hingga pria itu jatuh menghantam lantai.

"Harusnya ini bakal lebih booming dari The He," gumam Mingyu, dan kembali pada niat awalnya untuk mematikan laptop. Ia mendesah lelah dan kembali ke kamarnya.

Dipeluknya tubuh Wonwoo dengan sayang, memandang wajah terlelap itu dengan penuh cinta. "Terimakasih untuk semuanya, Wonwoo-ya, aku menyayangimu."

To be continue

Chapter paling random, gaje. :)

Eh, btw, ada yang punya instrument lagu² SEVENTEEN atau idol lain (yang enak gitu)?

Kalau ada DM ya, nanti disana kukasih nomer buat kirimnya. Hehe

Berbagi itu indah lho

Selamat malam, mimpi indah semuanya

Selamat malam, mimpi indah semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[SP] CHILD || MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang