.・゜15 ゜・

1.4K 145 40
                                    

Srek

"Ngapain di sobek?"

"Salah gambar, hyung. Hehe,"

Yedam mendengus mendengar alasan Doyoung. Ia kembali fokus pada laptopnya.

Sudah tiga hari terakhir ini, setiap malam Doyoung menemaninya di apartemen. Yedam sakit. Sedangkan Haruto, namja itu sedang ke luar kota dengan direkturnya. Memang seharusnya mengajak Yedam, tapi karena kondisi kekasih Haruto itu sedang tidak vit, ya- sudah.

Doyoung juga menemani Yedam hanya untuk jaga-jaga jika namja itu butuh sesuatu. Minusnya, keberadaan Doyoung sama sekali tak diketahui Haruto. Yedam tidak bilang, pun Doyoung.

"Hyung ga mau mandi gitu?"

Yedam nampak berpikir. Iya sih, dirinya belum mandi. Terakhir mandi tadi pagi. Entah karena jiwa magernya atau karena badan Yedam tidak enak untuk digerakkan.

"Tapi dah malem, by."

"Itulah bund, pentingnya mandi sore,"

Yedam mengerucutkan bibirnya sebal. Membiarkan hidungnya ditarik pelan oleh Doyoung. Namja Kim itu kemudian beranjak dari duduknya.

"Aku siapin air hangat deh. Oke?"

Mengangguk senang, Yedam pun mengacungkan kedua jempolnya.

Ia lalu menaruh laptopnya dan mencharge ponselnya yang sudah kehabisan daya. Perlahan, Yedam mengambil gelas miliknya dan juga Doyoung yang semula berisi coklat panas. Membawanya ke dapur.

Karena merasa pusingnya sudah lumayan damai, Yedam bisa beraktifitas dikit demi sedikit. Tadi pagi ia sudah mulai menyentuh laptopnya. Mengerjakan pekerjaannya yang selama dua hari ditinggalkan.

Kalau diingat dari jadwal Haruto, kekasihnya itu pulang besok.

"Hyung?"

Yedam menoleh, mendapati Doyoung yang muncul dengan sepiring camilan yang sudah habis isinya.

"Ku cari. Kirain di culik makhluk tak kasat mata," ujarnya canda sembari berjalan ke arah Yedam yang memang sedang mencuci gelas di wastafel.

"Gak usah mengada-ada kamu," kesal Yedam.

"Airnya udah siap by the way. Buruan gih, keburu dingin," ujar Doyoung sembari mengambil alih gelas yang sudah Yedam cuci bersih untuk ditaruh di tempatnya.

Yedam mangut-mangut saja. Ia lalu mengeringkan tangannya dan kemudian memasuki kamar mandi. Mulai mengguyur badannya dengan air hangat di malam yang dingin. Rasanya menenangkan, ia jadi ingin berendamberendam lama.

Saat hendak meratakan sabun ke tubuhnya, tangan Yedam berhenti pada liontin kalung miliknya yang Haruto berikan.

Ia bimbang ingin melapasmya tidak. Biasanya, dirinya tidak melepaskan kalung itu saat mandi.

Hanya saja, entah kenapa, tangan Yedam bergerak melepas kalung itu. Menaruhnya dengan hati-hati di samping wasttafel depan cermin. Semoga saja dirinya ingat untuk mengenakannya lagi.

●○ ○●

"Kalau begitu, saya duluan, Haruto-nim,"

Namja dengan postur tubuh yang lebih pendek dari Haruto membungkuk hormat sebelum akhirnya masuk ke dalam taksi dan pergi meninggal Haruto.

Ia berdiri menunggu supirnya yang seharusnya sudah hampir sampai di bandara.

Sembari menunggu, Haruto mengaktifkan ponselnya yang selama penerbangan ia matikan. Mengecek apa ada pesan penting atau sebatas pesan dari Yedam.

•Selfish• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang