.・゜11 ⚠ ゜・

1.8K 138 15
                                    

Haruto membuka kamar Yedam perlahan. Takut membangun kan si penghuni yang mungkin sudah tidur. Terlebih, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam lebih. Ya, Haruto pergi diam-diam lagi dari rumah. Tak peduli jika papanya dan Jeongwoo akan kembali mengomelinya seperti beberapa waktu lalu.

Tapi ternyata, Yedam belum tidur.

Namja bermarga Bang itu tengah berdiri di pintu balkon kamar. Menyadarkan dirinya pada sisi pintu kaca yang membatasi balkon dengan kamar. Menatap kosong pada langit malam yang cukup cerah.

Yedam bahkan tak peduli dengan angin malam yang tak sehat yang kini menembus kulitnya. Ia hanya mengenakan piyama kelabu dengan lengan pendek. Tak sampai ke siku.

Haruto terdiam beberapa saat di dekat pintu. Bahkan Yedam belum menyadari kehadirannya.

Ia melepaskan jaket yang dipakainya. Menaruhnya di kursi yang ada di depan meja rias Yedam.

Langkahnya berjalan mendekati Yedam. Kedua tangannya lalu meraih bahu Yedam. Membuat Yedam agak tersentak kaget.

Haruto membawanya ke ranjang. Mendorong pelan tubuh Yedam ke ranjang dan kemudian dirinya menindihi Yedam.

Cup

Yedam terdiam menatap Haruto yang terpejam yang tengah menciumnya. Hanya ciuman lembut tanpa nafsu di sana.

Tak lama, Haruto menarik wajahnya. Menyadari Yedam tak membalas ciumannya. Ia menatap Yedam yang juga menatapnya. Hanya saja, tatapan yang Yedam tunjukkan terlihat kosong.

"Hyungie," panggil Haruto dengan low tone nya.

Yedam lalu berkedip beberapa kali. Ia terpejam sejenak. Berusaha mengembalikan fokusnya.

"Mianhae," ujarnya parau.

Haruto menghela napasnya. Yedam pasti kepikiran dengan yang mama nya katakan. Bukan hal penting bagi Haruto. Tapi bagi Yedam, itu terdengar begitu menekannya. Mamanya hanya memberi peringatan dan mengingatkan Yedam jika Haruto sudah menikah dengan orang lain. Jadi, Yedam tidak boleh melewati batasnya. Beliau memang tak keberatan jika Yedam bekerja sebagai sekretaris Haruto.

Mama Haruto itu tetap tinggal di Jepang saat Haruto dan papanya memutuskan pindah ke Korea Selatan beberapa tahun lalu. Haruto menamatkan sekolah menengah atas nya dan kuliahnya di negeri gingseng.

Mamanya adalah seorang psikolog di Fukuoka. Beliau punya banyak pasien yang membutuhkan keahlian beliau. Itu yang menyebabkan beliau menolak ikut pindah. Haruto tak pernah memberitahu mamanya wajah Yedam melalui foto atau video. Ia hanya sering bercerita tentang kesenangannya bisa menjalin hubungan dengan Yedam.

Begitu pun sebaliknya, Yedam tak pernah diberitahu Haruto seperti apa wajah mamanya. Haruto hanya bercerita sebaik apa mamanya itu.

Niat Haruto adalah mempertemukan keduanya di hari pernikahan Haruto dengan Yedam langsung. Sayangnya, hal itu terjadi. Membuat kesalahpahaman yang serius antara keluarga Haruto dengan Yedam.

Tujuan Haruto ke apartemen Yedam, karena ia khawatir dengan Yedam. Kekasihnya itu tipe orang yang mudah sekali memikirkan apa yang orang lain katakan. Terlebih jika itu menyangkut hubungan Yedam dengan Haruto.

Haruto mendekatkan kedua belah bibir nya pada telinga kanan Yedam. Berbisik dengan nada rendah nya di sana.

"Aku ingin menyentuh mu. Sekarang. Jadi jangan pikirkan apapun. Pikirkan saja bagaimana nikmatnya sentuhan ku padamu malam ini, hyung."

●○ ○●

Yedam terbangun dari tidur nya. Dering ponsel Haruto mengusiknya. Ia menyipitkan matanya dan berkedip beberapa kali. Menyesuaikan cahaya yang masuk.

•Selfish• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang