Haruto menyandarkan punggungnya lelah. Tangannya bergerak melonggarkan dasi yang sedari tadi terpasang rapi di kerah bajunya. Tak lupa, dua kancing kemeja teratasnya di buka.
Menghela napasnya lelah dan kemudian menggerakkan kepalanya, menoleh ke sebuah ruangan di samping ruangannya yang hanya dibatasi dinding kaca. Memperhatikan sekretaris nya yang kini membereskan barangnya.
Ah- iya juga. Langit sudah mulai menunjukkan cahaya orange dari senjanya. Cahaya senja itu menembus jendela kaca yang ada di balik kursi Haruto.
Senyum Haruto terukir kala melihat sekretaris nya yang terlihat memanyunkan bibirnya karena tak kunjung menemukan sesuatu yang ia cari. Beberapa kali namja itu berdecak kesal. Kembali membongkar barang yang ia bereskan tadi.
Haruto hanya terus menonton aksi si sekretaris yang masih berusaha mencari entah apa. Dan kala menemukan nya, ia tersenyum senang. Bukan lagi senyum, kini Haruto tertawa kecil.
Rasanya, semua lelah yang tadi datang, menguap begitu saja.
Haruto sangat berterima kasih pada sekretaris untuk adegan baru saja.
Sangat berterimakasih pada Yedam-nya.
Menyadari Yedam hendak keluar lebih dulu, membuat Haruto menghentikan kegiatan tertawanya.
"Hyung udah mau pulang?"
Yedam mendengus kesal. Memang kemana lagi ia kalau bukan pulang? Mana udah mau malem.
"Iya lah. Masa mau main ke taman anak-anak,"
"Ya- kan sapa tau. Masih cocok kok kalau mau main di sana. Hehe," ujar Haruto sembari ikut beranjak.
"Ku antar,"
Yedam mengangkat sebelah alisnya. Ia kemudian menggeleng dan membuat Haruto menghentikan gerakan nya yang hendak membuka pintu.
"Engga ah,"
"Kenapa?"
"Nanti kamu dicari Jeongwoo mu itu," jawab Yedam dan kemudian keluar ruangan lebih dulu.
Haruto dengan segera menghentikan Yedam. Ia memegang kedua bahu Yedam dan membawa namja itu berbalik, menghadapnya.
"Bisa gak sih hyung, kalau gak bawa-bawa Jeongwoo?" tanya Haruto dengan low tone nya.
Yedam mendongak. Menatap Haruto sinis.
"Kenapa? Dia kan pasanganmu- yang baru aja lusa kemarin pulang dari kampung halamannya. Pasti kangen kan dia sama kamu? Kamu juga kalik," ujar Yedam yang kemudian menipis kasar kedua tangan Haruto yang menahan bahunya.
Berjalan dengan segera ke lift. Dan- sialnya, ia kalah cepat dengan Haruto yang kini dengan seenak jidat, menarik dan menciumnya.
"Aku gak rindu sama Jeongwoo. Jelas? Dan lagi- urusan dia melepas rindu denganku, sudah kemarin. Jelas?"
Yedam menggeleng pelan sembari memutar bola matanya malas.
"Aku mau pulang. Minggir," ujar Yedam.
Haruto mencoba tidak emosi. Ia mulai merasa tak enak pada Yedam yang kini mengeluarkan nada lelahnya. Oke oke. Haruto paham Yedam lelah.
Ia lalu menggenggam tangan Yedam. Menautkan jemari mereka yang terlibat begitu pas saat bertaut.
"Aku akan mengantarmu. Titik no koma," final Haruto dengan senyumnya dan kemudian menarik Yedam masuk ke lift.
Yedam menghela napasnya. Menurunkan kedua pundaknya yang sedari tadi sigap. Ia hanya menurut saja. Lelah jika harus kembali adu mulut dengan Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Selfish• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionYedam lelah dengan terus-terusan jadi pihak yang mengalah. Ia ingin merasakan bagaimana egois itu. Tak peduli apa kata semesta, ia hanya ingin egois dengan mempertahankan Haruto, seperti Haruto yang juga egois karena tak melepaskan Yedam. . . . ➷...