Brak
Pintu ruangan Doyoung dibuka dengan kasar. Si pemilik ruangan pun reflek mendongak. Menatap orang yang dengan kurang ajarnya membanting pintu ruangannya. Yedam yang duduk di depan Doyoung hanya menghembuskan napasnya.
Ia sudah tau siapa yang dengan beraninya membuka pintu seperti itu.
Dengan malas, Yedam memutar kursinya. Menghadap Haruto- pelaku pembantingan pintu ruangan Doyoung- yang kini menatap ia dan Doyoung dengan penuh emosi.
"Haruto-nim. Meski anda adalah atasan tertinggi di sini, tidak kah anda sepatutnya belajar sopan santun dengan mengetuk pintu lebih dulu?" tanya Yedam dengan nada santainya.
Haruto benar-benar dibuat kesal.
"Saya bisa membalik kata-kata anda, Yedam-ssi. Seorang sekretaris CEO seperti anda seharusnya berada di ruangan anda dan menyelesaikan pekerjaan anda. Bukan malah bermesraan dengan bawahan saya di sini. Ini juga berlaku untuk anda, Doyoung-ssi,"
Doyoung mengangkat sebelah alisnya kala namanya di bawa-bawa.
Berusaha membela diri dan juga Doyoung, Yedam kembali mengeluarkan suaranya.
"Sayangnya, di ruang saya terdapat tontonan tidak senonoh. Jadi- bukankah lebih baik saya pergi sesuai permintaan istri anda, Haruto-nim? Lagi pula- saya dan Doyoung-ssi tidak 'bermesraan' seperti kata anda,"
Tak tahan lagi, Haruto dengan kasarnya meraih pergelangan tangan Yedam dan mencengkramnya kuat. Membuat namja bermarga Bang itu merintih kesakitan.
Doyoung yang berdiri ingin mencegah keduanya, kalah cepat dengan Haruto yang lebih dulu menarik Yedam ke luar.
'Tahan, Doy. Ini kantor,'
Tak peduli dengan tatapan para karyawan Doyoung, Haruto terus menarik Yedam dan memasuki lift.
"Ruto! Lepas! Akh-"
Dengan effort yang cukup, Yedam akhirnya berhasil melepaskan cengkraman namja yang lebih tinggi darinya.
Yedam meringis menatap pergelangan tangannya yang terasa sakit.
"Maaf. Apa- sakit?"
"Terimakasih atas pertanyaan bodoh mu," kesal Yedam.
Haruto pun berinisiatif meraih kembali tangan Yedam dan mengelus pelan pergelangan tangan Yedam yang sakit karena perbuatannya. Beruntung nya, Yedam tidak menolak.
Biasanya, Yedam kalau mode marah, tak ingin Haruto sentuh.
Yedam mengerucutkan bibirnya. Ia menatap pergelangan tangannya yang tengah dielus Haruto. Sungguh, rasanya sakit. Ingin sekali Yedam menangis.
Cup
"Sakit, pergi dari Damie hyung.. hussh.."
Tanpa memperhatikan Yedam yang kini siap menangis, Haruto justru bertingkah konyol dengan mengusir sakit di pergelangan tangan Yedam setelah mengecupnya pelan.
Bukannya terhibur, Yedam justru semakin kesal.
"Ih! Gak ngaruh!"
"Hehe. Mianhae mianhae,"
Haruto pun menarik Yedam dalam pelukannya.
Sejak usahanya membujuk Jeongwoo untuk pulang berhasil, Haruto sibuk menghubungi ponsel Yedam. Namun, sialnya Yedam tak membawa ponsel nya. Terakhir ia tau, Yedam pergi ke departemen pemasaran untuk menyerahkan proposal yang telah ia tanda tangani.
Namun, sejam berlalu, Yedam tak kunjung kembali. Membuat Haruto harus rela repot menelpon kepala departemen pemasaran untuk menanyakan keberadaan Yedam. Setelah mendapat jawaban, Haruto mendesah kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Selfish• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionYedam lelah dengan terus-terusan jadi pihak yang mengalah. Ia ingin merasakan bagaimana egois itu. Tak peduli apa kata semesta, ia hanya ingin egois dengan mempertahankan Haruto, seperti Haruto yang juga egois karena tak melepaskan Yedam. . . . ➷...