Awal Sang Ninja

1.6K 60 8
                                    

Prankk!!!

"Dasar bodoh!! Cepat bereskan pecahan piring itu dan buang". Teriak seorang pria berseragam hitam itu pada seorang pemuda yang tak sengaja memecahkan piring cuciannya.

"ii.. iya tuan". Ucap pemuda itu sambil membereskan pecahan piring yang berserakan di lantai dan membuangnya

"Sekarang kau pergi ke sungai! Ambil air dari sungai itu sebanyak yang kau bisa! Waktumu 10 menit!". Bentak penjaga itu

"Ba.. Baik tuan". Ucapnya sambil berlari keluar menuju sungai.

Masrur, begitu orang-orang memanggil pemuda itu, rambutnya merah menyala, ia merupakan salah satu penduduk dari desa Merders . Desa merders dulunya merupakan desa yang tenang, namun semua berubah sampai para penjajah yang kejam datang dan mengacaukan keadaan desa kecil ini. Para penduduknya dipaksa menjadi budak para penjajah, tak terkecuali Masrur ini, ia sebenarnya bisa saja hidup tenang dan enak karena dia adalah anak kepala desa merders yang sudah bekerja sama dengan para penjajah ini, namun ia tidak melakukannya ia tak mau dirinya hidup enak sementara orang orang yang dikenalnya hidup dalam penderitaan.

Walaupun berhati mulia ia merupakan orang yang ceroboh, sehingga tak ada hari tanpa bentakan para penjaga baginya.

"Hufft.. Aku bosan dimarahi oleh para penjajah ini.." keluh Masrur sambil membawa dua ember di tangannya dan berjalan menuju sungai.

Sampai di sungai ia pun mengisi kedua ember yang dibawanya, hingga keduanya terisi penuh, ketika ia hendak pergi, ia melihat ke sungai itu sejenak.

"Andai saja hidup orang orang di desa seperti air di sungai ini, mengalir dengan deras, tenang... tentram... damai... fyuuh..." Gumam masrur.

"Walau air sungai itu mengalir dengan deras, tapi mereka harus melalui bebatuan terlebih dahulu untuk pergi ke tujuan mereka" ucap seseorang dari belakang masrur tiba-tiba, masrur pun langsung menengok ke belakang, didapatinya seorang lelaki dengan kaos motif harimau dan celana panjang yang duduk di atas sebuah batu, di sebelah batu itu ada kampak raksasa yang menancap ke tanah, pada kampak itu terlihat aura petir yang sangat kuat.

"Oh, ternyata kau Iru.. kau mengagetkanku saja" ucap masrur pada temannya yang bernama Iru itu.

"Lagipula kamu juga, melamun di depan sungai dan berpikir yang macam-macam" ucap iru

"Untuk mencapai suatu tujuan, kita akan mendapati berbagai masalah, tapi apabila kita berusaha dengan semangat yang deras, masalah itu akan mudah terlewati" tambahnya

Masrur tersenyum mendengarnya.

"Seperti air sungai ini ya.. "

"Benar" ucap iru sambil membalas senyumannya, "nah kalau begitu sebaiknya sekarang kau kembali ke desa, daripada nanti kau dimarahi lagi" ucap iru sambil menyeringai.

"astaga!! Kau benar !! bisa mati aku kalau aku kembali terlambat, kalau begitu aku pergi dulu ya Iru.. lain kali aku akan kembali kesini" ucap masrur sambil buru-buru membawa ember yang penuh dengan air dan berlari kembali ke desa.

"Tetaplah menjadi pemuda yang periang, masrur.." ucap iru, lalu ia menghilang dari atas batu yang didudukinya itu, begitu juga aura petir yang menyelimuti kampak disebelahnya, di batu yang di duduki Iru tertulis

Rest In Peace, Our Hero -Iru Raseiya- 'The Autumn Hero'.

Masrur kembali ke desanya dan benar saja, ia dimarahi oleh pria berseragam itu habis-habisan karena terlambat 15 detik, dan sebagai hukumannya ia disuruh membantu pembangunan jembatan sampai malam.

Malam harinya, semua pekerja yang mebangun jembatan dipulangkan, termasuk masrur yang telah bermandikan keringat di sekujur tubuhnya. Iapun tiba di rumahnya.

Story of RufialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang