Kondisi sang ayah, Order of Black dan Pesanan Pertama

355 38 4
                                    

Max tersenyum dan mengambil kain itu. Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, terlihat naomi berdiri di pintu itu. Max sontak kaget dan buru buru memasukkan kembali tongkatnya itu ke dalam jubahnya.

"Kalau kau sudah beres, beri..." Naomi menghentikan kata-katanya melihat kain yang ada di tangan Max.

Max kemudian melihat ke arah naomi dan tersenyum.

"Sudah selesai, nyonya naomi, ini.." ucapnya sambil memperlihatkan kain yang sudah memiliki motif jahitan begitu indah.

Naomi masih terpaku, lalu ia tersenyum.

"Luar biasa, sangat cepat, sangat rapi, sangat indah, apa kau menggunakan magic? Haha aku tak peduli, kain ini begitu cantik" ucapnya sambil mengambil kain itu dari tangan Max.

"Tapi, kurasa kau lebih cantik nyonya Naomi" goda Max sambil tersenyum.
Wajah Naomi terlihat memerah lalu ia kembali memukul lengannya pelan.

"Kau ini ya, haha ya sudah, kau diterima bekerja disini, kau akan membantuku menjahit, ok? Soal gaji tak perlu khawatir, kau akan mendapat 30% dari setiap pesanan" ucap naomi.

"Nah kalau begitu, besok kembalilah kesini, untuk hari pertamamu bekerja. Untuk saat ini, kita belum memiliki pesanan pakaian apapun, jadi kurasa kau boleh pulang" lanjutnya lagi.

Max tersenyum dan mengangguk tanda mengerti.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu, nyonya" ucapnya sambil berjalan melewati nyonya naomi yang masih memperhatikan kain buatannya.
Ketika Max sudah berada di pintu butik itu, tiba-tiba.

"Hei tunggu!"  ucap nyonya naomi pada Max.

Max menghentikan langkahnya, seluruh tubuhnya terasa dingin, ia takut apabila Naomi menyadari kalau ia menjahit itu menggunakan magic, lalu ia memberanikan diri untuk menoleh.

Terlihat Naomi sedang memasang tampang serius.

"Y..ya, nyonya?" tanyanya sedikit bergetar. Tiba-tiba wajah Naomi yang terlihat serius itu menjadi normal kembali, dan ia tersenyum.

"Tak usah gemetar gitu, aku cuma bercanda hahah, aku hanya ingin bertanya siapa namamu? Tadi perkenalan kita sempat terpotong."
Max bernafas lega, dan sepertinya kita juga dapat bernafas lega.

"Oh, haha nyonya naomi ini bikin takut
saja, namaku, Max, nyonya." Jawab Max.

"Ah, baiklah Max, besok jangan sampai telat ya" ucap naomi sambil tersenyum ramah.

Max mengangguk lalu meninggalkan butik tersebut, dan ia berjalan menuju rumahnya.

"Aku pulang.." Ucap max ketika sudah memasuki rumah kecilnya yang sederhana, tiba-tiba, ia melihat ibunya keluar dari kamar dengan tergesa-gesa.

"Max.. Max.." Ucap ibu nya sambil berlari ke arah anaknya itu.

"Ada apa bu?" Ucap max heran.

"Ayahmu.. Ayahmu.." Ucap ibunya tergesa-gesa sambil menunjuk-nunjuk kamar orang tua max.

"Ayah!?" Tanpa menunggu apapun ia langsung berlari menuju kamar orang tuanya.

"Ayah!" Ucap max setengah berteriak ketika sampai di kamar itu.
Disana terlihat ayah max sedang duduk di kasur sambil memakan roti yang diberi olehnya. Ia lalu melihat ke arah max dan tersenyum.

"Ibumu bilang, kau yang memberiku roti ini? Benarkah itu max? Hahaha" canda ayahnya yang sudah terbangun itu. Max tak percaya akan apa yang dilihatnya.

"Ayahmu baru saja membaik dan berhasil bangun barusan" ucap ibunya yang sudah ada disamping max.

Max tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya tersenyum bahagia, terlihat matanya berkaca-kaca, lalu ia mendekati ayahnya, dan memeluknya.

Story of RufialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang