01

33.2K 3K 359
                                    

Makan malam di mansion keluarga Seo, terlihat Haechan sedang mencebikkan bibirnya dengan Johnny dan Ten yang duduk tenang di hadapan putra bungsu mereka. Sedangkan kakaknya, Hendery, belum terlihat batang hidungnya sejak pergi bersama sang kekasih, Xiaojun.

"Ayah~" Johnny menghela nafasnya kasar lalu menatap Haechan yang merajuk.

"Memangnya kau akan pergi bersama siapa?" tanyanya.

"Tentu saja sendiri! Aku butuh liburan tau! Sejak ayah menyuruhku bekerja di perusahaan satu tahun lalu aku tidak pernah lagi liburan!" kata Haechan.

"Kemana kau akan pergi?" Hendery yang baru datang menatapnya bingung. Haechan tersenyum lebar.

"Kanada!"

Hening.

"Kau bercanda?" tanya Hendery lalu duduk di bangku miliknya. Pukulan ia dapatkan sebagai jawaban dari sang adik, wajah Haechan merengut kesal.

"Tentu saja tidak! Aku ingin mencoba pancake yang terkenal disana!" salah satu alasan terbodoh yang pernah Hendery dengar.

"Di Korea juga ada Pancake, kita juga bisa menyuruh koki membuatkan pancake itu" ucap Ten kebingungan. "Tentu saja beda, pa!"

Johnny menggeleng heran lalu melanjutkan acara makannya yang tertunda.

***

"Benarkah?!" pekik Jaemin begitu Haechan menyelesaikan perkataannya. Haechan tersenyum bangga.

"Tentu saja! Tidak sia-sia aku merajuk pada mereka" setelah itu ia terkekeh. Kini Jaemin dan Haechan sedang berada di kantor.

"Aish, aku juga ingin jalan-jalan sepertimu" kata Jaemin lalu menyenderkan tubuh pada sandaran bangku. "Hei, suamimu itu kan kaya. Ajak saja dia" usul Haechan tanpa melepas pandangan dari pekerjaannya.

Jaemin memang sudah mempunyai pasangan hidupnya. Ia dan Jeno menikah tahun lalu karena di jodohkan oleh orang tua mereka, untungnya kedua orang ini tidak sulit untuk saling jatuh cinta. Awalnya memang cukup sulit untuk menerima Jeno, namun karena segala perlakuan Jeno yang membuat Jaemin merasa nyaman, akhirnya keduanya saling jatuh cinta. Haechan bahkan menangis terharu mendengar itu.

"Dia dan aku sama-sama sibuk. Bahkan belakangan ini Jeno sulit dihubungi" ia mencebikkan bibirnya.

"Lagi pula aku bingung denganmu. Sudah punya suami kaya masih saja bekerja. Kalau aku jadi kau mungkin aku akan belanja setiap harinya dan tidak memikirkan uang yang akan habis" Jaemin menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar itu, lalu ia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Yak, aku tidak boleh bergantung pada suamiku. Bagaimanapun juga aku tetap seorang lelaki. Aku harus tau cara mencari uang"

"Kau bisa mencari uang lewat dompet suamimu!" Haechan tersenyum lebar melihat wajah datar sahabatnya.

"Terserah lah"

"Heiiii, jangan merajuk seperti itu" jemari Haechan menoel-noel pipi tembam Jaemin yang langsung ditepis.

"Kapan kau akan pergi?" tanya Jaemin.

"Kau mengusirku?!"

Plak!

"Argh! Sakit, bodoh!"

"Kau membuatku kesal saja dari tadi" Haechan menghela nafas kasar.

"Besok"

"Naik apa?" pertanyaan itu membuat Haechan menatap Jaemin dengan pandangan 'apa kau serius?'

"Terkadang aku bingung mengapa ayahku bisa membiarkan manusia dengan otak sepertimu bekerja di perusahaan ini" pukulan ia dapatkan untuk kedua kalinya.

"Maksudku menggunakan pesawat umum atau pesawat pribadi?!"

"Kau harusnya bertanya dengan benar!"

"Aku sudah—"

"Lee Jaemin! Seo Donghyuck!"

***

Tubuh Haechan berguling-guling di kasur. Kedua mata bulatnya tidak lepas dari ponsel sejak bermenit-menit lalu. Setelah pulang bekerja, yang ia lakukan hanyalah berguling-guling malas di kasur sambil berselancar ke dunia maya.

"Donghuck!" panggil Ten dari bawah.

"Ya?!" balasnya. Setelah itu tidak terdengar apapun lagi, ia berdecak kesal.

"Donghyuck!"

"Apa?!" tidak ada balasan. Haechan mengerang kesal sebelum membangkitkan tubuhnya dengan terpaksa dan berjalan ke bawah untuk menghampiri Ten.

Asli, kesel bgt ga sih kalo digituin? :))

"Ada apa?"

"Papa mau ke salon, mau ikut?" Haechan menimang-nimang tawarannya.

"Baiklah, tunggu aku ya!" setelah itu ia berlari ke atas untuk mengganti pakaiannya.

"Cepat lah!" astaga, ia baru naik beberapa detik lalu!

Kini kedua pasang anak dan ayah itu berada di mobil dengan seorang supir kepercayaan keluarga mereka yang menyetir.

"Apa yang akan kau ubah dari rambutmu?" tanya Ten penasaran.

"Aku ingin mengecatnya. Aku akan mengubahnya menjadi sewarna cokelat madu" tangannya menyetuh rambutnya yang kini berwarna blonde. Ten mengangguk setuju lalu mengusak rambut Haechan.

"Aku setuju. Warna itu akan lebih cocok denganmu"

"Tuan, apa yang akan tuan muda Haechan lakukan di Kanada nanti?" tanya sang supir, Kim Mingyu.

"Mungkin mengunjungi tempat-tempat yang terkenal disana. Aku tidak tau tujuan-tujuanku, hanya akan berjalan-jalan" ujar Haechan lalu menggedikkan kedua bahunya.

"Ah begitu, saya pikir tuan muda ingin bertemu dengan seseorang disana" setelahnya percakapan-percakapan ringan mengisi kesunyian mobil mewah itu.

tbc.

canada || markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang