Mark menatapi Haechan yang sedang bergelut dengan peralatan masak dari meja makan.
"Kau memasak apa?" tanyanya.
"Bulgogi, Soondubu Jjigae, dan Japchae. Aku pikir kau sudah lama tidak memakan masakan Korea jadi aku membuatnya"
"Sebenarnya aku tidak cocok dengan masakan Korea" usil Mark. Bisa ia lihat Haechan berhenti bergerak lalu memutar tubuhnya sambil berkacak pinggang.
"Kenapa tidak bilang dari tadi?! Aku sudah membeli banyak barang tau! Ini buang-buang uang dan waktu namanya! Kau ini bagaimana sih? Aish harusnya memang aku—"
"Hei hei hei, aku bercanda" setelah itu sebuah sendok melayang ke arah Mark.
"Bagaimana?" tanya Haechan hati-hati ketika Mark mulai memakan masakannya. Bukan jawaban yang ia harapkan, Mark malah hanya menggedikkan bahunya.
"Jawab yang benar ish!"
"Enak" singkatnya. Pandangan jengkel memenuhi raut Haechan, ia mendengus lalu memakan sarapannya sendiri. Mark yang mengetahui orang dihadapannya ini tengah merajuk tersenyum tipis.
"Seperti masakan rumah" kepala Haechan terdongak.
"Apa?"
"Masakanmu mengingatkanku pada rumahku. Aku menyukainya" singkat namun cukup untuk membangkitkan kembali mood Haechan.
***
Tadi pagi setelah sarapan, Haechan menemukan sebuah tempat yang menarik dan tempat itu berada di sekitar bukit. Akhirnya ia pun memaksa Mark untuk pergi bersamanya kesana. Dan disinilah mereka, water park!
"Besar sekali!" kagum Haechan ketika melihat water slide yang tinggi.
"Ingin naik itu lebih dulu?" tanya Mark. Tanpa pikir panjang Haechan mengangguk antusias.
Mereka berdua menuju loker tempat penyimpanan barang, Mark membuka bajunya menyisakan sebuah celana pendek. Sedangkan Haechan, ia tetap berpakaian lengkap. Kaos dan celana pendek.
"Kau memiliki abs, tidak seperti milikku" selesai berkata seperti itu Haechan menusuk-nusuk perutnya sendiri dengan bibir yang mengerucut.
"Memang milikmu seperti apa? Sini biar ku lihat" Mark berjalan mendekat.
"Yak yak yak! Tidak boleh!" seru Haechan sambil terus menghindari Mark, namun lelaki itu ikut mengejarnya dan menggelitiki perutnya hingga ia terbahak-bahak. Jika di tempat itu banyak orang, Haechan tidak tau lagi mau ditaruh dimana wajahnya.
"Sudah sudah, cukup. Bantu aku berdiri" Haechan mengulurkan kedua tangannya dan Mark langsung membantu Haechan.
***
Selama mereka menaiki wahana tadi, Haechan tidak sedetik pun melepaskan pelukannya pada pinggang Mark. Karena wahana itu menggunakan sebuah ban karet untuk diduduki, hal itu juga membuat tubuh mereka berdua berdempetan.
"Berhenti menggodaku!" seru Haechan lalu mendorong Mark menjauh. Kini dua anak adam itu melangkah entah kemana, untungnya panas matahari yang sedikit menyengat membuat mereka berdua tetap hangat sekalipun tubuh mereka basah.
"Padahal kau bilang 'aku tidak takut! Lihat saja nanti' kemudian kau memelukku? Ckck Seo Donghyuck" Mark menggeleng-geleng. Langkah Haechan terhenti.
"Tunggu" tangan itu menahan lengan Mark membuat sang empu berbalik dengan pandangan bingungnya.
"Kau barusan memanggilku Donghyuck?" keduanya terdiam. Diam-diam Haechan memperhatikan wajah Mark yang terlihat bingung untuk menjelaskan.
"Ah, itu.. aku tidak sengaja melihat chat dari ayahmu memanggilmu Donghyuck jadi ku pikir itu nama aslimu" Mark tersenyum canggung lalu mengajaknya berjalan kembali.
"Bohong! Mana mungkin begitu. Cepat katakan alasannya!" seru Haechan sambil mengejar Mark yang berjalan menjauh.
***
"Wah, hangatnya"
Sore menjelang malam pun tiba. Mereka telah menaiki hampir seluruh wahana disana dan Mark memutuskan untuk mengajak Haechan berendam di sebuah kolam air hangat. Kolam itu terletak sedikit lebih jauh dari tempat bermain dan berada di sekitar pinggir bukit.
Haechan berjalan ke pinggir infinite pool tersebut lalu menumpu dagu di kaca pembatas. Mark menghampiri.
"Aku baru memesan dinner, mungkin setengah jam lagi baru datang" gumaman hanya ia dapat sebagai jawaban.
Suasana tenang dan jauh dari hiruk pikuk membuat Haechan senang. Ia sangat berterima kasih pada orang disebelahnya yang telah menyewa tempat VVIP ini.
"Aku akan mengganti semua uangmu saat aku pulang nanti"
"Tidak perlu"
"Mana bisa begitu. Aku ini masih orang asing kau tau" Mark menatap sebentar Haechan yang tidak membalas pandangannya.
"Anggap saja kau ini temanku dan aku mengajakmu tinggal di tempatku dengan suka rela"
"Ck, apa-apaan itu"
Hening pun kembali melanda.
"Kau tau kan setelah aku kembali ke Korea kita akan menjadi orang asing lagi?" tanyanya, Mark berdeham.
"Mengapa rasanya aku tidak rela? Jika aku kembali ke Korea, kita tidak bertemu lagi. Jika pun kita bertemu lagi, pasti suasana akan canggung. Sekalipun bisa bertukar pesan, aku pasti sibuk bekerja nantinya dan kau pun juga sibuk. Lalu aku suka tempat ini, aku tidak ingin pulang saja" bibir itu mencebik.
"Kau suka tempat ini atau kau suka saat berada denganku?" jahil Mark mengundang kekehan.
"Percaya diri sekali. Tapi sepertinya kau benar, aku suka saat berada denganmu. Rasanya berbeda ketika saat dengan sahabatku. Tapi satu hal yang sama, aku merasa nyaman"
"So you're confessing right now?"
"What?"
"You start to fell in love with me?" tanya Mark sambil menghadap Haechan dan sedikit mendekat. Haechan memandang mata kelam itu dalam.
"I—"
"Because I do"
Haechan terkejut. Mulutnya bahkan sedikit terbuka mendengar itu. Ia semakin kaget ketika wajah Mark mendekat dan menarik tengkuknya. Setelah itu yang Haechan rasakan hanyalah ciuman panjang yang memabukkan.
tbc.
Gila, ini ga jelas bgt WKWK maaf ya, gaada ide dari kemaren :(
KAMU SEDANG MEMBACA
canada || markhyuck
Fanfiction[fluffy] [markhyuck area] Haechan meminta liburan kepada sang ayah, ia pun akhirnya pergi ke sebuah kota di Kanada bernama Vancouver. Kota yang juga mempertemukan dirinya dengan seorang pemuda akibat kecerobohannya sendiri. please leave if you don'...