12

14K 2.2K 41
                                    

Angin malam berhembus menerpa kulit putih pucat seorang pemuda yang kini berada di balcon kamarnya. Matanya menatap pemandangan di depan tetapi pikirannya sedang berkelana.

"Mark, tidak dingin?" sebuah tangan memeluknya erat dari belakang menerbitkan senyuman kecil.

"Tidak"

Mereka berpindah posisi menjadi Mark yang memeluk Haechan dari belakang. Keduanya hanya terdiam selama beberapa menit sebelum salah satu membuka obrolan.

"Besok aku pulang" ia membalikkan tubuhnya lalu menangkup wajah yang lebih tua.

"Kita tidak akan bertemu lagi"

"Kita akan bertemu lagi. Hanya saja entah kapan"

"Setelah ini kita akan kembali ke kehidupan kita sebelumnya. Aku akan merindukan tempat ini, aku akan merindukanmu dan segala perlakuan manismu itu.."

"Aku tidak ingin pergi. Aku ingin bersamamu" lirihnya bertepatan dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Sebenarnya ia ingin memperpanjang liburannya ini, tetapi semua rencana perusahaan sudah tersusun rapih membuatnya mau tidak mau harus segera kembali dan mempelajari segala urusan perusahaan.

"Chan, aku pun begitu. Percayalah. Aku juga ingin terus bersamamu, menjalani hari-hari denganmu tapi aku tak bisa. Kau dan aku memiliki kewajiban masing-masing. Kita berdua memiliki tanggung jawab besar, kau memiliki tanggung jawabmu di sana, dan aku memiliki tanggung jawabku disini. Tapi aku berjanji, kita akan bertemu lagi lalu memulai kisah yang baru.. tentang kita"

Ya, mereka memiliki tanggung jawab besar. Haechan yang harus memimpin perusahaan ayahnya karena sang kakak memiliki perusahaan sendiri dan Mark yang harus berada di Kanada untuk memegang kendali dari kantor pusat.

Mark lalu membawanya ke ciuman panjang, namun satu hal yang tidak diketahui Mark, bahwa itu adalah tanda perpisahan mereka.

***

Keesokan harinya Mark tidak bisa menemukan Haechan dikamarnya. Ia sudah bertanya kepada seluruh staff namun tidak ada yang mengetahui kemana Haechan pergi. Lelaki manis itu hanya meninggalkan surat berisi kata selamat tinggal.

Tanpa pikir panjang, ia mengambil kunci mobil dan berangkat ke bandara dengan kecepatan diatas rata-rata. Sesampainya disana ia berlari mencari-cari Haechan.

"Please.. please"

Ia berhenti. Begitu melihat seseorang berambut cokelat madu sedang akan berjalan memasuki pesawat.

"Donghyuck!" seru Mark. Tubuh pria itu sempat menegang beberapa saat lalu kembali berjalan.

"Chan... Haechan!"

"Sorry sir, but you're not allowed to go inside!" tegur seorang petugas.

"I don't care! I need to see that guy now!"

"Sir! At least you need to give me your ticket before you go in!"

"Open this f*cking door now!" serunya dengan emosi terpampang jelas. Teriakan itu membuat beberapa orang memperhatikan dirinya.

Haechan membalikan tubuhnya untuk melihat Mark terakhir kali. Ia tau bahwa ia menyebalkan namun jika harus pergi bersama Mark, Haechan tau ia tidak akan rela meninggalkannya.

"Sampai jumpa" gumam Haechan lalu tersenyum miris. Mark pun terdiam di tempatnya.

***

1 bulan kemudian..

"Sekarang mari kita sambut pemimpin baru kita... anak bungsu dari keluarga Seo, Seo Donghyuck!" riuh tepuk tangan mengiringi langkah Haechan naik ke atas podium. Jari lentiknya mengetuk mic beberapa kali.

"Saya Seo Donghyuck, anak bungsu dari keluarga Seo. Saya ingin berterima kasih kepada seluruh orang yang telah mendukung karir saya dari awal hingga sekarang dapat menggantikan posisi ayah. Untuk ke depannya, ku harap kita semua dapat bekerja sama dengan baik. Mohon bantuannya" kata Haechan kemudian tepuk tangan kembali terdengar. Johnny, Ten, Hendery, dan beberapa orang lainnya memberinya selamat. Haechan tersenyum lalu mengelus gelangnya. Andai satu orang lagi dapat memberinya selamat juga.

Di lain tempat..

"Mark, ini proposal yang kau minta" Lucas menaruh sejumlah kertas di meja kerja Mark.

"Hm, terima kasih Luke" bukannya pergi, asistennya itu malah dengan santai duduk di kursi yang berhadapan dengan Mark.

"Sebenarnya apa yang kau rencanakan?"

"Well, kau jelas sudah tau"

"Memindahkan kantor pusat ke Korea Selatan? Untuk apa?"

"Supaya aku lebih mudah bertemu orang tuaku" ucapan Mark memang tidak sepenuhnya salah karena Jaehyun dan Taeyong telah pensiun dan memutuskan tinggal di tempat kelahiran mereka.

"Bilang saja kau ingin menemui kekasihmu itu"

"Aku tidak punya kekasih"

"Ck, kalau begitu kau akan menemui si Seo Donghyuck bukan?" sudut bibir Mark tertarik sedikit.

tbc.

Cringe ga?

canada || markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang