13

15.2K 2.1K 78
                                    

Haechan melepas kaca mata bulatnya dan melempar benda itu ke atas meja. Lima bulan lalu ia menjabat sebagai CEO dan sekarang ayahnya mengancam akan memecatnya dari perusahaan jika ia tidak berhenti bekerja seperti orang gila.

Tok tok tok

"Masuk" ucap Haechan lalu menyeruput minumannya.

"Haechan-ah, ada undangan makan malam" Jaemin masuk ke dalam ruangan itu dengan membawa sebuah undangan berbentuk surat.

"Lucu sekali masih menggunakan surat di era seperti ini" katanya ketika menerima surat yang disodorkan Jaemin.

"Aku juga berpikir hal yang sama. Kalau begitu aku keluar dulu, langsung berikan jawabannya jangan lupa!"

Brak

"Ck, apa-apaan anak itu"

Mata Haechan menyipit ketika tidak ada nama yang tertera disana, ia mengumpat.

"Si anak sialan itu, bagaimana jika aku diculik— hm?"

Dibawah surat itu terdapat sebuah simbol. Simbol yang sama persis dengan simbol yang ada di gelangnya sekarang ini.

"Kebetulan kah?"

***

Pukul 7 malam, Haechan telah duduk menunggu client yang mengajaknya makan malam di sebuah ruang VVIP restoran mewah. Ia mendengus keras. Ia paling tidak suka orang yang terlambat. Untuk menghilangi rasa bosannya, Haechan mengambil tablet kerjanya dan mengecek beberapa pekerjaan yang sudah dituntaskannya.

"Kau bahkan bekerja saat makan malam?" tanya seseorang membuat Haechan membeku seketika.

Ia terlalu larut dalam kegiatannya hingga tak sadar orang yang ditunggunya telah datang.

"Mark Jung. Direktur utama JMH Group" Mark mengulurkan tangannya. Haechan mengerjapkan mata bulatnya beberapa kali dan berdiri untuk membalas jabatan itu. Keduanya duduk dengan Haechan yang merasa canggung.

Setelah beberapa saat, seorang pelayan menghidangkan makan malam dan keduanya memulai acara makan itu.

"Ehem. Jadi, tujuan anda mengajak saya makan malam adalah..?" tanya Haechan yang dijawab senyuman tipis.

"Saya ingin menjalankan kerja sama dengan perusahaan anda, dengan.."

".. Dengan menikahi anda mungkin?"

Uhuk uhuk

Mark dengan segera menyodorkan minuman kepada Haechan yang langsung diteguk dengan rakus.

"Apa?!" serunya setelah batuk itu hilang. Mark terkekeh.

"Aku ingin menikahimu" Haechan tertawa.

"Lucu sekali. Kau bercanda kan?" hilang sudah pembicaraan formal mereka.

"Tidak sama sekali. Aku telah meminta restu orang tua-mu, mereka merestuiku"

"Bagaimana bisa?!"

"Dengan bantuan sahabatmu, Jaemin. Aku mengajaknya bertemu satu bulan lalu dan menceritakan semua tentang kita. Ia percaya, karena ia sudah pernah mendengar tentangku darimu dan dia membantuku, salah satunya dengan selalu mengabari kabarmu dan memberikanmu surat undangan hari ini. Lalu beberapa minggu lalu aku pergi ke rumah orang tuamu bersama orang tuaku. Dan ya, mereka merestuiku" jelas Mark diakhiri dengan senyuman manis. Haechan menganga. Tidak percaya dengan semua yang ia dengar.

"Mark.. Kau benar-benar melakukan semua itu?"

"Kau bisa bertanya kepada orang tuamu"

"Tapi, aku punya banyak sekali pertanyaan saat ini!"

"Tanyakan lah satu persatu"

"Sejak kapan kau di Korea?"

"Dua bulan lalu"

"Apa yang kau lakukan selama itu?"

"Mengurus segala urusan perpindahan kantor pusat ke Korea, dan menyusun rencana untuk menikahimu" ia terbungkam.

"Kita.. Kita bahkan belum mengenal sejauh itu" lirihnya.

"Kita bisa melakukan itu nanti, Chan" Mark mengelus tangan Haechan yang ada di atas meja.

"Tidak apa jika kau belum siap, kita bisa menunda-"

"Tidak. Bukan itu.. Hanya saja, aku masih merasa bersalah karena meninggalkanmu tiba-tiba saat itu" Haechan menunduk. Mark menarik tangannya kembali, bisa Haechan asumsikan Mark sedang kesal dengannya padahal tidak.

"Jujur saja, aku sempat kesal denganmu. Tapi kejadian itu membuatku merasa lebih bersemangat untuk menyusulmu kesini. Aku pernah berjanji padamu untuk memulai kisah baru tentang kita. Ku rasa ini awal yang tepat bukan?"

Mark berdiri dari duduknya lalu berlutut di sebelah Haechan. Ditangannya terdapat sebuah kotak beludru merah dengan cincin indah di dalamnya.

"So Seo Donghyuck, would you like to be my husband?" Haechan menggigit bibir bawahnya dan mengangguk antusias setelahnya.

Perasaan senang membuncah dalam diri keduanya. Mark memasangkan cincin itu pada jari manis Haechan dan Haechan sendiri langsung berdiri lalu memeluk Mark erat-erat. Penantian keduanya selama ini tidak sia-sia.

Tangan Mark mengarahkan dagu Haechan untuk mendongak dan menyatukan kedua belah bibir mereka. Malam itu menjadi malam terbaik bagi Haechan maupun Mark.

tbc.

selesain hari ini aja kali ya

canada || markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang