Chapter 22 : Runaway

102 23 15
                                    

Setelah gagal up berkali-kali, akhirnya...

Selamat membaca-!

•••

"Lewat sini," seru Kim Jinhwan.

Sosok pemuda jangkung di belakangnya mendekat ke jendela berukuran sedang yang telah di pasangi tali tambang sampai beberapa puluh senti di atas tanah. Ia nampak terkesiap untuk beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk.

"Wah, hebat juga-- kau bahkan punya jalan kabur dari situasi tak terduga."

"Kau pikir bagaimana aku bisa bertahan dari tagihan rentenir selama ini," kalimat barusan sama sekali tak terdengar sebagai pertanyaan bagi June.

Tentu ia ingat saat dimana dirinya tanpa sengaja menjumpai pemuda Kim itu di kejar-kejar para pria berbadan besar. Jinhwan terlihat menyedihkan waktu itu, tapi jelas saja June tak begitu bodoh untuk terang-terangan mengasihani pemuda itu. Jinhwan benci dikasihani.

BRAK

Bunyi pintu roboh dari lantai bawah membuat keduanya saling memberi isyarat mata, Jinhwan mengangguk kemudian langsung membawa tubuh kecilnya menyusuri tali tambang itu dengan lincah. June tak terkejut, Jinhwan pasti sudah berpengalaman dalam hal melarikan diri. Pemuda Kim itu menjatuhkan diri ke tanah tanpa suara, tangannya memberi isyarat pada June untuk segera menyusul.

'ini tak akan sulit June,' batinnya.

Tangan dan kakinya mulai bergerak menuruni tali tambang tersebut, gerakan June tak selincah Jinhwan-- juga lebih lama. Ketika menjatuhkan diri ke tanah, June membuat suara yang cukup keras-- membuat pemuda di hadapannya menggeleng miris.

"Aw," keluhnya mendapati pantatnya yang menabrak tanah.

"Cepat!"

Keduanya segera berlari ke arah pagar kayu di bagian belakang rumah, Jinhwan melemparkan badannya terlebih dahulu dan mendarat sempurna di halaman belakang tetangganya. June sempat ngeri membayangkan kalau ia tak berhati-hati, ujung runcing pagar itu bisa-bisa menancap di bagian intimnya.

"Hei! Berhenti kalian!"

June tak mau repot-repot mengecek wajah anak buah ayahnya yang berteriak dari kamar jendela kamar Jinhwan, ia langsung melompat melewati pagar tersebut. Keduanya berlari menjauh.

Sungguh sial mengingat kakinya baru saja pulih dari cedera dan sekarang harus kembali berlari sekencang mungkin. Mereka keluar melalui pagar depan, yang segera di sambut dengan jejeran rumah-rumah bercorak sama khas perumahan.

Ia tak perlu bertanya kemana mereka akan pergi, karena Jinhwan nampak tau lebih banyak. Mereka berlari ke sebelah kiri, cukup lama hingga keduanya nyaris tertabrak mobil saat menjumpai perempatan jalan. June membeku beberapa saat namun Jinhwan segera meraih lengannya, membawa keduanya ke belokan kanan yang ramai oleh pejalan kaki serta kendaraan. June tak ingat pernah kesini sebelumnya, melihat dari banyaknya pertokoan berdempetan dan pedagang kaki lima-- ia rasa ini adalah salah satu pusat keramaian kota bagi kalangan menengah kebawah.

Mereka berdua sama-sama memperlambat kecepatan dan kini berjalan biasa di tengah kerumunan pejalan kaki. June tengah berusaha menormalkan napas nya yang kini ngos-ngosan, lain halnya dengan pemuda di sampingnya yang terus memperhatikan setiap sudut di sekitar mereka.

"Kuharap kakimu tak parah-parah amat," celetuk Jinhwan, masih dengan mata yang was-was.

"Huh, makasih atas doa mu."

"Kau masih berhutang cerita padaku, Koo. Jangan pikir aku akan lupa begitu saja."

"Ya, ya, aku tau."

a Complicated Love | •JunHwan•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang