Chapter 9 : a Coincidence

262 38 3
                                    

Enjoy.
.
.
.

•••

(Belum di revisi)

Sore hari ini cukup hangat, Jinhwan melambaikan tangannya kepada Yunhyeong dan Chanwoo yang berdiri di depan gerbang. Setelah itu Jinhwan berjalan menjauh dengan ransel di punggungnya.

Untuk pertamanya pemuda bersurai coklat itu melemparkan pandangan ke sekitar nya, selama ini ia bisa dibilang tak pernah memperhatikan apapun atau siapapun yang menurutnya tak penting. Bahkan Saat ini Jinhwan mempertanyakan apa sebenarnya tujuan hidupnya? Ia tak bisa menjawab, selama ini ia hanya ingin balas dendam pada masa lalu, namun tak ada satu hal pun yang benar-benar ia inginkan.

Ia berubah menjadi sosok Jay juga bukan sepenuhnya keinginan nya, Hal itu membuat Jinhwan memikirkannya selama perjalanan pulangnya.

Kali ini pemuda itu benar-benar pulang ke rumahnya, Ia menolak tawaran kedua sahabatnya yang mengajaknya menginap.

Tanpa ia sadari, kedua kakinya telah membawanya ke tujuan. Jinhwan berhenti sejenak, menatap rumahnya seperti ia belum pernah kesini. Karena memang dia jarang pulang.

Ia menghela nafas pelan, lalu naik ke teras rumahnya. Pergelangan tangan itu memutar kenop rumah yang tak terkunci. Buat apa dikunci kalau tak ada yang berharga di rumah, begitulah pikiran Jinhwan.

Begitu masuk maniknya disambut dengan keadaan ruang tamu yang sangat kurang layak untuk disebut demikian. Pakaian dan kaos kaki menghiasi sofa yang penuh remahan makanan, sementara lantai dan dinding dipenuhi debu yang cukup tebal, jangan lupakan layar televisi yang sama kotornya.

Lagi-lagi Jinhwan menghela napas, ia memang tak pernah membersihkan rumahnya. Setidaknya tidak dalam 1 atau 2 tahun terakhir, kalaupun pernah pasti hanya asal-asalan.

Namun entah kenapa ia kini memandang ruang tamu kotor ini dengan cara berbeda.

Ia berjalan ke salah satu lemari kaca yang juga di penuhi debu, dibukanya pintu lemari tersebut. Jemarinya menyentuh sebuah pistol mainan yang dipenuhi sarang laba-laba, mengeluarkan nya lalu melihatnya begitu intens. Sontak sebuah memori muncul.

"Jinanie", seru wanita paruh baya yang sedang mengaduk sup di dapur. Tak mendapat balasan ia kembali memanggil nama putranya.

"Jinhwan, kau kemana nak? Makanan sudah hampir matang.", Serunya sekali lagi.

Wanita tersebut mematikan kompor, ia mengelap tangannya ke sebuah kain .

Pranggg

Ia segera berlari begitu mendengar suara sesuatu yang pecah. "Jinan, bunyi apa itu?", Serunya khawatir.

Terbayang di benaknya, bagaimana kalau anaknya yang masih 5 tahun itu celaka atau mungkin berdarah. Namun ia berusaha tenang. Akhirnya ia menemukan bocah imut yang sedang menunduk ketakutan.

Matanya melirik ke samping, ditemukannya pecahan vas bunga, yang juga terdapat tanah serta Bungan yang tergeletak di lantai. Sementara Jinhwan kecil menunduk ketakutan sambil memeluk erat pistol mainan yang lumayan besar.

Paham apa yang sedang terjadi, wanita itu tersenyum lembut lalu mendekati putranya.

"Hiks..."

Wanita itu mensejajarkan tingginya lalu menangkup pipi tembem putranya yang sedang menangis sesenggukan.

"Jinan, kenapa menangis, hum?", Tanya nya lembut. Jinhwan menatap eommanya sejenak lalu menatap pistol mainan dipelukannya.

a Complicated Love | •JunHwan•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang