Hei, kau baik-baik saja kan? Kalau boleh tau kenapa mereka semua me-"
Pertanyaanku terhenti ketika wajah tersebut terangkat. Tiba-tiba lidah ku serasa sulit untuk mengatakan apapun.
"K-KAU?"
"J..ju..June"
***
[Warning typo bertebaran, belum sempat check ulang :v]
Kedua manik ku menatap dalam pada sosok di hadapanku yang sama terkejut nya dengan diriku. Napas kami berdua sama - sama memburu akibat perkelahian yang baru terjadi, terutama diriku.
Aku menatapnya intens dari ujung kakinya, ada beberapa sobekan pada black jeans yang ia kenakan, sobekannya nampak tak rapi yang membuat ku yakin bahwa para gerombolan preman tadi yang melakukannya. Jacket yang ia kenakan juga nampak lusuh dengan noda pasir dimana-mana. Hingga kedua mataku behenti pada kedua manik hazel pemuda dihadapanku.
Entah kenapa untuk kali ini ada yang berbeda dengan tatapan pemuda di hadapanku ini, kedua manik hazel nya yang biasanya menatap penuh kebencian untuk kali ini aku dapat melihat sedikit kilatan simpati padaku.
Ia nampak tak nyaman dengan tatapan intens ku hingga mengalihkan tatapan matanya ke arah lain seolah mengabaikan ku, dan untuk beberapa detik aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Otakku serasa berhenti bekerja, lidahku kelu bahkan untuk mengatakan satu huruf pun.
Pemuda tersebut baru mulai berlari menjauhiku, dengan sigap tangan kokoh ku segera menahan bahunya. Tubuhnya seakan membeku secara tiba-tiba. Kami berdua sama-sama diam.
Tangannya menyingkirkan tanganku yang menahan pundaknya, berusaha lari dariku. Namun dengan cepat aku menarik tangannya dan menghempaskan tubuhnya ke sudut gang sempit tersebut.
"Fuck"
Ia nampak meringis dengan perbuatan ku barusan.
Untuk kali ini aku berusaha tak menunjukkan muka kasihan atau ramah padanya. Yang ada hanya muka datar yang dihiasi tatapan tajam dari kedua mataku.
Aku menghimpit tubuh mungil itu ke dinding hingga jarak antara kedua muka kami hanya 5 cm, dengan sengaja aku menghembuskan nafas ku di hadapannya. Sambil berusaha menyamakan tinggi badan kami yang lumayan kontras.
Ia nampak tak nyaman dengan posisi kami berdua. Berulang kali bibir mungil itu terbuka ingin mengatakan sesuatu, namun segera ia urungkan lagi. Kali ini aku ingin membiarkan dirinya dulu yang berbicara.
Kedua lenganku mengukungnya yang membuat kedua manik hazel itu berusaha untuk tak menatapku.
"Lepaskan aku"
Ucapan datarnya terdengar jelas di kesunyian malam. Ini baru jam setengah sepuluh malam namun entah kenapa serasa seperti jam 12 malam. Mungkin karena hanya ada kami berdua.
"Ck, aku tidak punya waktu untuk menunggu otak lambat mu itu berpikir"
Kedua manik hazel itu menatapku tajam sesaat namun segera menatap kearah lain. Aku menatapnya datar seolah tak peduli dengan segala urusannya.
"Jadi begitu caramu berterima kasih kepada orang yang dengan susah payah menyelamatkanmu Kim Jinhwan?"
Jinhwan mengeluarkan ekspresi kesal dan jengah padaku, ia menghela nafas dengan keras.
"Memangnya aku meminta bantuanmu? Tidak kan. Kau sendiri yang datang dengan sok pahlawan, jadi untuk apa aku harus berterimakasih pada pria sialan se-"
PLAKK
Emosi ku sungguh tak terbendung kali ini, aku yang biasnya mengabaikan seribu satu kata umpatan dari bibir mungil itu kali ini benar-benar tak bisa menahan amarahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Complicated Love | •JunHwan•
FanfictionSelama empat tahun terakhir, Kim Jinhwan mati-matian berusaha menghapus kenangan buruk akan masa lalunya. Banyak hal telah ia ubah, Tiada lagi sifat lemah lembut yang dulu selalu menjadi ciri pribadinya. Namun tatkala sosok pemuda dari mimpi burukny...