Chapter 3 : We meet again...

476 56 1
                                    

Yuhuuu setelah lama ga up

Enjoy ~

"Aku rasa kau benar bin, selama ini aku terlalu baik dengan semua orang. Tapi itu tidak akan terjadi lagi, mulai hari ini dan seterusnya aku Kim Jinhwan akan membenci Koo Junhoe"

******

Setiap manusia punya sudut pandang tersendiri mengenai sebuah masa lalu. bagi beberapa orang masa lalu merupakan pelajaran supaya masa depan menjadi lebih indah. Namun ada juga yang berfikiran bahwa masa lalu merupakan kunci kegagalan serta kehancuran masa depan.

Tak jarang banyak orang yang mengalami mimpi buruk tentang masa lalu. Orang-orang tersebut selalu berusaha menghapus memori masa lalu dari kehidupannya, juga menghindari nya karena sebuah ketakutan yang tak dapat di jelaskan. Ketakutan berlebih tersebut tak jarang membawa kita ke dalam sebuah lubang kehancuran. Jarang kita sadari, Kebencian, dendam serta ketakutan tersebut lah yang akan menghancurkan diri kita perlahan.

.
.
.
.

Seorang pemuda berpostur tegap dengan kacamata hitam nya baru saja sampai di bandara kota Busan. Ia menyeret koper besar berwarna hitam yang berisi barang-barang nya tak lupa tas ransel hitam yang berada di pundaknya. Lelaki tersebut melangkah sambil mengamati sekitar, suasana yang ramai. Tiba-tiba terdengar bunyi panggilan masuk melalui handphone nya. Ia melirik ke layar handphone dan mendapati kontak bernama 'appa' tengah menghubunginya. Pemuda tersebut segera menggeser ikon berwarna hijau di layar handphone nya.

"Kau sudah sampai?"

Suara tegas itu segera menyambut indra pendengarannya begitu panggilan tersambung.

"Ya, aku sudah di bandara"

Tidak ada jawaban untuk beberapa saat dari appanya.

"Baiklah kalau begitu segera pergi ke apartemen mu"

Pemuda tersebut memutar bola matanya malas, sebenarnya appa nya bukanlah orang yang overprotective terutama kepada dirinya yang tak lain merupakan anak sulung di keluarganya. Tetapi semenjak peristiwa 3 tahun yang lalu, bisa dibilang appanya menjadi otoriter, meski tahu tujuan appanya baik June tetap tidak suka terlalu di awasi kehidupannya.

Ya, dia adalah June.

"Aku mengerti appa"

June baru akan menutup sambungan telepon.

"Ingat, kalau sampai kau bertemu dengan mantan pacarmu itu. Kau tahu kan apa yang akan appa mu lakukan?"

Oke, June muak. Demi apa ini Busan bukan Seoul, sementara 'mantan pacar' nya itu kan tinggal di Seoul. Meski terkadang sempat terlintas di kepala June bahwa mungkin ia akan bertemu dengan nya di Busan. June masih gagal move on dari masa lalunya. Lantas ia pun menyingkirkan bayangan tersebut, mereka satu kota saja belum pasti bertemu apalagi berbeda kota.

"Iya appa, aku mengerti"

Sadar kalau ia menjelaskan panjang lebar pun, appanya juga tetap seperti itu kan.

Sambungan telepon pun terputus sepihak oleh appanya. June segera memasukkan handphone nya ke dalam saku jaket nya. Ia melanjutkan langkahnya.

June kini sudah berada di depan bandara, ia pun menuju ke salah satu taxi. June menunjukkan alamat apartemennya ke pada sang supir. Dalam perjalanan June sibuk memperhatikan jalanan kota Busan. Tidak jauh berbeda dengan Seoul atau Tokyo. June sempat tinggal di Tokyo selama tiga tahun terakhir ini.

Sekitar 15 menit kemudian, June telah sampai di depan apartmennya. Ia memberikan uang lebih kepada supir taxi, tentunya sang supir mengucapkan banyak terimakasih kepada June.

a Complicated Love | •JunHwan•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang