Selamat membaca!
Tolong berikan koreksi ya jika sekiranya ada yang perlu saya koreksi😊
Senja melepas terang, malam perlahan muncul menenggelamkan matahari, Asia sudah sampai di depan rumah setelah beberapa saat berteduh di halte.
"Assalamu'alaikum," ucap Asia pelan bersamaan dengan kecupan hangat yang ia berikan di punggung tangan sang ibu.
"Wa'alaikumussalam," balas wanita paruh baya itu sembari mengelus puncak kepala putrinya. "Kok bajunya basah begini sih, Nak?"
"Iya, Bun. Tadi kehujanan di jalan."
Wanita paruh baya itu menghela napasnya sejenak. "Ya sudah kamu cepat mandi, terus ganti baju ya, udah mau maghrib tuh, nanti masuk angin."
Asia mengangguk dan mulai melangkah melewati ibunya, namun detik berikutnya Asia tersadar, gadis itu mengerutkan alisnya kemudian berbalik. "Bunda kok rapi banget, mau kemana?"
"Oh itu, ada laki-laki yang mau datang melamar kakakmu."
Terdiam sebentar, terkejut bukan main. "Wah, beneran? Kok aku nggak dikasih tau sih, Bun? Bang Zaydan mau melamar Kak Namira? Terus Kak Namira dimana? Udah siap-siap, Bun?" tanyanya tanpa jeda.
Wanita paruh baya itu mengangguk. "Udah ... itu kakakmu lagi siap-siap juga, nanti habis Isya mereka datang."
Asia berbinar senang. "Alhamdulillah, akhirnya. Yaudah Asia ke belakang dulu ya, Bun," pamitnya dengan ekspresi bahagia yang mungkin ... berlebihan.
"Itu anak seneng amat ya kakaknya mau dikhitbah."
Di sebuah kamar bernuansa warna pink, seorang gadis nampak sedang menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin besar di hadapannya, senyuman terus mengembang dari sudut bibirnya, tak sia-sia ia menurunkan semua isi lemarinya, malam ini ia terlihat begitu anggun dengan gaun berwarna merah dan kerudung berwarna moka yang menjulur menutupi dada.
"Kak Namira."
Pandangan gadis itu menjurus pada pintu yang terbuka. "Eh, Asia."
Asia menghambur memeluk kakak tersayangnya. "Kak, alhamdulillah aku seneng banget deh liat Kakak."
Namira hanya tersenyum seraya membalas pelukan adiknya.
Beberapa detik kemudian, Asia melepaskan pelukannya. "Cie cantik banget sih, akhirnya Bang Zaydan datang melamar nih?"
Namira nampak semakin melebarkan senyumnya.
"Sini duduk." Bukan menjawab, Namira malah menarik tangan Asia untuk duduk di sampingnya, di atas tepian ranjang.
"Bang Zaydan mau dateng sama siapa, Kak?" tanya Asia penasaran.
"Sama keluarganya, abinya, umminya, adik-adiknya. Sumpah deh As, aku masih nggak nyangka kalau Bang Zaydan akan seserius ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuki, Almahyra
Spiritual[TELAH SELESAI - REPUBLISH] Alur kisah setiap anak manusia memang penuh misteri. Tidak ada kesedihan yang abadi, juga kebahagiaan yang terus membersamai. Sejatinya perpisahan memang selalu mengundang duka, namun mengapa tak jarang kata 'pisah' bisa...