4. Let's Move On

1.2K 277 238
                                    

Selamat membaca!

Tolong berikan koreksi ya, jika sekiranya ada yang perlu saya koreksi😊

Sudah beberapa kali Namira mengetuk pintu kamar adiknya, namun tak ada sahutan apa pun dari dalam kamar tersebut sehingga membuatnya khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah beberapa kali Namira mengetuk pintu kamar adiknya, namun tak ada sahutan apa pun dari dalam kamar tersebut sehingga membuatnya khawatir.

Ceklek!

Ah ternyata nggak dikunci, gumamnya dalam hati.

"Dek!"

"Subhanallah, Dek. Kakak panggil dari tadi juga ... malah diem aja. Ngapain sih?" tegur Namira.

Sang adik menoleh ke arah pintu sambil menghapus air mata dan ingusnya dengan punggung tangannya. "Eh, Kakak."

Satu alis Namira terangkat lalu ia melangkah mendekat pada adiknya. "Kamu nangis?"

Asia menganguk dengan kedua sudut bibir melengkung ke bawah. "Iya, soalnya filmnya sedih banget," tunjuknya pada layar laptop yang terpampang di hadapannya.

Namira terkekeh halus. "Eh, kakak boleh minta tolong nggak, Dek, besok?"

Asia menoleh pada kakaknya. "Minta tolong apa sih, Kak?"

"Anterin tester makanan untuk acara pernikahan kakak nanti ke rumahnya Bang Zaydan ya? Kasih ke Tante Zaitun aja," pinta Namira.

Asia mengernyit. "Ke rumah Bang Zaydan? Emang Kakak nggak bisa ya? Harus aku gitu?" tanyanya dengan nada yang tidak bisa dibilang santai.

Namira mengangguk. "Kakak ada meeting besok, boleh ya kakak minta tolong?"

Asia masih diam dan nampak memikirkan sesuatu.

"Dek! Gimana? Mau ya?"

"Kak ... sebenarnya aku malu tau kalau ke rumah Bang Zaydan."

"Please!" mohon Namira pada adiknya.

Asia mengembuskan napasnya berat. "Iyadeh ... insyaa Allah. Kalau nggak lupa ya," jawabnya terpaksa.

Nggak masalah sih kalau cuma mengantar makanan doang, tapi satu masalahku itu adalah ... Kairo, huft. Semoga aja dia besok nggak di rumah, males banget kalau ketemu dia lagi, batin Asia.

"Nggak akan lupa, nanti Kakak ingetin terus. Kamu jangan berencana untuk lupa dong!"

"Iya."

***

Mengapa aku begini,
Hilang berani dekat denganmu.

Inginku memilikimu, tapi aku tak tahu ... bagaimana caranya?

Malam itu Arash hanya duduk santai di dalam kamarnya sambil bersenandung dan memainkan gitar kesayangannya, di sampingnya ada sepupunya yang sedang merebahkan diri santai sembari memainkan game di ponselnya.

Uhibbuki, AlmahyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang