Selamat membaca!
Jangan lupa klik bintang di bawah ya, setiap vote adalah energi untuk penulis😊
***
Sejak kejadian menyesakkan tempo hari, Asia benar-benar berubah, ia lebih banyak melamun, terkadang air mata meluruh begitu saja, rasanya gadis itu belum bisa menerima kepergian kakak perempuannya, hal tersebut membuat Ruslan dan Meisya merasa semakin khawatir akan keadaan putri yang kini hanya menjadi satu-satunya.
Mengenai kondisi Ruslan---ayah Asia, pria tua itu sempat syok ketika mendapatkan kabar bahwa putri sulungnya telah pergi menghadap Illahi Rabbi, satu hari ia dirawat di rumah sakit, dan kini keadaannya berangsur membaik.
Asia mengambil salah satu bingkai foto berukuran 10R yang terpajang di meja belajar Namira, ia memandangi fotonya bersama dengan kakak tersayangnya dengan tatapan kosong, air mata terasa mengambang di pelupuk mata ketika mengingat kenangan-kenangan akan Namira. Gadis itu memeluk bingkai foto itu dengan sangat erat.
"Kakak hati-hati ya, jangan lupa oleh-olehnya ... surabi Bandung, peuyeum, pisang bolen, seblak, sama Bandung Makuta ya, Kak ...," pintanya dengan gerakan menghitung jari.
"Buset deh, itu makanan semua? Tau ah berangkat juga belum, kamu mah ih makanan mulu yang dipikirin."
Asia nyengir sambil menampilkan puppy eyes. "Ayolah, mumpung Kakak ke Bandung kan, sumpah itu makanan bikin aku kangen, aku aja pengin ke Bandung lagi tapi belum kesampaian."
"Iya iya, tungguin aja ya."
"Thank you, Kak. Seminggu doang kan perginya?"
"Iya seminggu doang, kok."
Sebelum pergi Asia memeluk sayang Namira. "Cepat kembali, nanti aku kangen ... kangen oleh-olehnya ha ha ha."
Namira tergelak. "Pasti, jika Allah berkehendak."
"Hati-hati, hatinya dijaga jangan jalan-jalan ke tempat yang nggak seharusnya," goda Asia.
"Ih apa-apaan sih kamu, nggak jelas banget deh."
Asia meraba pilu foto penuh kenangan itu. "Kakak bohong! Katanya seminggu, tapi apa?"
Netranya terpejam, berusaha menghalau badai dari dalam kelopaknya. Bagaimana tidak hancur hatinya, Asia dan Namira sudah bersama-sama semenjak kecil.
Gadis itu ingat saat begitu pedulinya Namira terhadap dirinya, salah satu contohnya adalah dulu ... ketika beberapa hari sebelum Asia hendak melangsungkan Ujian Nasional, Namira selalu menemaninya belajar, terkadang sampai larut, padahal Namira sudah mewanti-wanti kalau sudah menginjak kelas duabelas, Asia harus lebih rajin belajar.
Memang ... kalau sudah menyangkut dirinya, kakak perempuannya itu bisa menjadi sangat cerewet, tapi ... memang Asia saja yang sering kali gagal membangun moodnya untuk belajar, alhasil tak jarang Asia menggunakan metode SKS atau sistem kebut semalam sebelum melakukan kuis atau ujian.
Bukan hanya menemaninya belajar, Namira sampai tidur di kamar Asia juga, selain itu ketika Asia terbangun di malam hari, tak sengaja beberapa kali ia melihat Namira melakukan salat tahajud, dan mendoa'kannya dengan penuh ketulusan.
Manis sekali bukan? Asia sangat menyayangi kakaknya. Bagaimana bisa Asia menerima takdir yang begitu kejamnya memisahkan dia dari sosok sebaik Namira? Siapa yang akan mendengarkan curahan hatinya lagi kalau selama ini Namira lah teman cerita terbaik yang ia miliki.
Sister goals, begitulah orang-orang memandang kedekatan antara Asia dan Namira, tapi siapa sangka kalau saat kecil dulu Namira sering membuat adiknya ngambek, bahkan sampai menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuki, Almahyra
Spiritual[TELAH SELESAI - REPUBLISH] Alur kisah setiap anak manusia memang penuh misteri. Tidak ada kesedihan yang abadi, juga kebahagiaan yang terus membersamai. Sejatinya perpisahan memang selalu mengundang duka, namun mengapa tak jarang kata 'pisah' bisa...