Selamat membaca!
Tolong berikan koreksi ya, jika sekiranya ada yang perlu saya koreksi😊Asia mengembuskan napasnya sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Langkah kaki membawanya masuk ke dalam sebuah kedai kafe di daerah Jakarta Selatan.
Gadis itu mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan untuk mendapatkan sosok yang sudah menunggunya di dalam. Dapat! Itu dia!
"Hai Naina, hai Awan ..." sapanya ramah sembari menyuguhkan senyuman manis.
Perempuan berkemeja biru kotak-kotak itu melambaikan tangannya. "Sini duduk, Asia."
Asia mengangguk kemudian melangkah mendekat. "Nyebelin deh, ngapain sih ngerjain tugas di kafe. Bukannya rencana awal kita di taman ya?"
"Lo nggak liat? itu udah mendung gelap begitu, mau hujan, di taman kehujanan lah," timpal Awan dengan nada yang ... sebenarnya tidak enak di dengar.
Asia mengangguk, benar juga kata Awan.
"Iya sih. Tapi biasa aja dong." Lalu ia mendudukkan dirinya di tempat yang telah dipilihkan teman-temannya, pas di depan panggung kecil yang sering digunakan untuk live performance. Pandangannya tak bisa lepas dari setiap ornamen yang disuguhkan oleh pemilik café kepada pengunjungnya. Menurutnya itu terlihat unik.
"Nih, mau pesen apa lo?" Awan menyodorkan buku menu kepada Asia.
Asia menoleh pada Awan dan mengambil buku menu tersebut kemudian membolak balik lembaran mencoba menentukan menu yang akan ia pilih. Musik mengalun begitu lembut, aroma-aroma kopi nan harum tertangkap langsung oleh indra penciumannya.
"Lo tinggal milih menu aja lama bener sih?" seloroh Awan.
Asia menghela napasnya kesal. "Berisik lo, ya udah itu gimana tugas kelompok? Gue nanti aja pesennya, kerjain dulu!"
"Eh... nggak gitu Asia, gapapa kok kalau lo mau makan dulu," sela Naina lembut.
Asia tersenyum. "Udah nggak usah, Nai, aku nggak laper kok."
Jangan heran saat mendapati gaya bicara Asia yang akan berubah-ubah, biasanya Asia akan menggunakan gaya bahasa aku-kamu jika ia bicara dengan teman perempuan atau orang yang berada di lingkungan terdekatnya, namun Asia terkadang menggunakan gaya bahasa lo-gue saat berbicara dengan teman laki-laki, yang tentu saja itu tidak banyak, Bahkan Asia juga sering menggunakan bahasa yang terlampau formal jika ia sedang bicara dengan orang asing atau di situasi formal.
Naina menyenggol pelan lengan laki-laki di sampingnya. "Lo sih, Wan,"
"Lah? Kok gue sih? Emang kalau dia nggak makan salah gue? Perlu gue suapi?" seru Awan dengan ekspresi sinis seakan tak terima disalahkan. "Lo bukan bayi kan?" tunjuknya pada Asia.
Asia menghela napasnya lagi, Awan selalu saja begitu, laki-laki itu sungguh sangat menyebalkan. Sepertinya ia memang tidak suka berada pada kelompok yang sama dengan Asia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uhibbuki, Almahyra
Spiritual[TELAH SELESAI - REPUBLISH] Alur kisah setiap anak manusia memang penuh misteri. Tidak ada kesedihan yang abadi, juga kebahagiaan yang terus membersamai. Sejatinya perpisahan memang selalu mengundang duka, namun mengapa tak jarang kata 'pisah' bisa...