Happy reading...
•
•
•Suasana lapangan hari ini cukup ramai. Kebetulan kelas XII IPA1 dan IPA2 memiliki jadwal pelajaran yang sama, yaitu olahraga.
Rea duduk di pinggir lapangan bersama dengan beberapa teman sekelasnya yang tentunya adalah siswi perempuan. Kini mereka sedang menunggu Sandi-ketua kelas-datang membawa tugas dari pak yoga. Sudah lima menit ia pergi namun sampai sekarang tidak ada tanda tanda ia datang.
"Ck, si Sandi lama banget sih." Seorang siswi menggerutu. Salah satu tangannya dikibaskan di depan wajahnya sendiri.
"Nah, panjang umur tuh anak." Seru yang lain saat melihat sandi memasuki area lapangan.
Seketika pasukan kelas bergerak menemui Sandi, berebut untuk berada di depan. Seakan ada pembagian sembako gratis saja.
"Guys, karena pak yoga sedang ada acara di luar kita di perbolehkan melakukan olahraga apa saja. Tetapi tidak boleh keluar area lapangan, jika ada yang keluar tanpa ada kepentingan atau alasan yang jelas maka dianggap tidak mengikuti pelajaran yang ada. Terimakasih." Jelas Sandi begitu para siswa kelas XII IPA1 berkumpul.
Semua nya membubarkan diri, banyak dari mereka yang menggerutu atau mengumpat. Jika seperti ini maka mereka tidak bisa ke kantin atau bersantai di perpustakaan, karena perkataan pak yoga tidak pernah main main dan Sandi yang menjalankan tugasnya dengan sangat baik.
"Terus kita ngapain?" Tanya Andin.
"Duduk aja lah, males olahraga gue." Ucap Rea sambil berjalan menuju pinggir lapangan.
Rea, Fanny, Andin juga beberapa siswi lain duduk di pinggiran. Hanya siswa laki-laki saja yang sedang bermain basket. Mungkin kelas IPA2 sama sama di bebaskan. Siswa kelas IPA1 dan IPA2 bermain bersama, sedangkan siswi siswinya bergosip bersama.
Cewek cewek itu bergerombol menjadi satu dan membahas topik yang sedang hot. Entah itu gosip kelas tetangga, sekolah tetangga, bahkan sinetron pun ikut mereka bahas.
Namun Rea, Fanny dan Andin tidak ikut dalam lingkaran pergosipan itu, mereka lebih memilih mengobrol sendiri sambil memperhatikan siswa yang sedang bermain basket di depan sana.
"Gue pengen makan seblak." Ucap Andin tiba tiba.
"Ya makan aja sana." Sahut Fanny.
Andin berdiri dan sedikit maju ke batas lapangan. Matanya menelusuri orang orang di depan sana.
"Sandi." Teriak Andin.
Beginilah, jika guru sedang berhalangan hadir maka yang menggantikan adalah ketua kelas.
Sandi yang merasa terpanggil menoleh dan menepi. "Ada apaan?"
"Gue laper, pengen makan seblak." Ucap Andin dengan nada bicara yang di imut-imut kan. Salah satu upayanya untuk mendapat izin ke kantin.
"Terus?"
Sejujurnya Sandi sudah mengetahui apa yang Andin inginkan, tapi mau bagaimana pun ia harus menaati peraturan. Sandi tau betul jika manusia di depannya ini sangat hobi makan. Seperti beberapa waktu lalu saat terlambat, Andin lupa sarapan dan jam pelajaran berlangsung selama tiga jam. Satu kelas pun tau seperti apa keadaan nya waktu itu, bicaranya ngelantur seakan malaikat mautnya telah di depan mata. Dramatis.
"Izinin gue ke kantin ya? Pliis, ya?" Ucap Andin, tangan nya disatukan dan memohon.
"Sorry Din, gak bisa." Ucap sandi.
"Yah.. tolong sekali aja, masa lo biarin gue kelaparan. Nanti kalau gue mati gimana?"
Sandi sudah menduganya, "mana ada. Orang jalanan aja yang gak makan berhari hari masih sehat wal-afiat."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Teen FictionBaca aja dulu, siapa tau kecantol:) *** Tidak ada yang mengerti jalan takdir. Sama halnya dengan gadis yang kerap kali di panggil Rea itu. Gadis yang sama sekali belum pernah merasakan sendiri tentang rasa cinta. Sampai dia datang, membawa Rea melay...