Happy reading...
•
•
•
Fanny dan Andin terbahak setelah mendengar penuturan Rea mengenai Tissa yang mengaku sebagai sepupu Audy."Tissa anak IPS 2 ?? Ngadi ngadi tuh anak." Ucap Fanny.
Namun mereka tidak mau memperpanjang masalah badut sirkus yang ngaku-ngaku, karena sudah ada seblak yang menanti untuk di makan. Urusan makanan memang lebih penting dari apapun.
Tepat setelah Rea menyuap suapan terakhir seblak nya, siswa siswi mulai memasuki kelas termasuk Sandi. Karena bel istirahat memang sudah berbunyi.
"Wah, Lo ngapain din?" Seru Sandi saat melihat Andin yang memakan seblak yang tersisa dengan penuh khidmat.
"Lo buta? Gue lagi makan lah." Jawab Andin enteng.
Sebelum sandi mengeluarkan suara nya kembali, Andin lebih dulu berkata, "Gak usah marah marah deh, gue makan karena tadi Rea laper. Kena bola basket sakit tau, jadi Rea laper. Katanya dia gak enak kalau makan sendiri, jadi kita temenin. Lagipula juga udah bel istirahat kok, Iya kan fan? Re?"
Fanny dan Rea serempak mengangguk setuju, tidak ada pilihan lain lagi. Karena perkataan Andin ada benarnya meski sedikit ditambah tambah.
Sandi hanya menghembuskan nafasnya pasrah, "terserah."
***
Koridor sekolah cukup ramai, ini karena bel pulang sudah berkumandang. Maka siswa siswi akan berbondong-bondong untuk pulang. Namun ada juga yang bersantai di kantin terlebih dahulu, ke perpustakaan, atau hanya berjalan mondar mandir."Lo berdua mau langsung ke rumah gue?" Tanya Rea.
"Gue mau ambil baju dulu, ke rumah lo nya sorean aja." Balas Fanny yang diangguki Andin.
Rea mengangguk saja, kemudian mereka kembali berjalan dalam keheningan. Tidak ada topik yang bisa di bahas, karena Andin dan Fanny sudah menyimpan topik topik itu untuk nanti malam saja.
"Eh, jemputan gue udah sampai, Gue duluan ya." Ucap Fanny saat melihat sebuah mobil hitam yang sangat ia kenali sudah terparkir di depan sana.
Sebelum memasuki mobilnya, Fanny sempat melambaikan tangannya kepada Rea dan Andin.
"Eh, gue juga duluan ya Re. Lo gak apa apa kan? Lo pulang sama siapa?"
Rea menoleh kemudian menggeleng. Kebiasaan Andin, padahal ia tau betul jika Rea juga memiliki supir yang mengantar jemput nya.
"Sana Lo pulang aja. Gue gampang nanti." Usir Rea sambil mendorong pelan bahu Andin. Bukan apa apa, tetapi repot jika pertanyaan Andin terus dilayani. Tadi ia dikabari bahwa mobil nya baru saja masuk bengkel untuk servis, jika memberi tahu Andin kemungkinan cewek itu akan rempong+bawel sendiri.
"Ya udah, gue balik." Ucapnya lalu melambaikan tangannya juga.
Kini tinggal Rea, di koridor itu memang masih banyak siswi yang menunggu jemputan. Banyak juga siswa yang lewat, sebagian besar siswa mengendarai kendaraan sendiri, jadi mereka hanya sekedar lewat.
"Re."
Suara itu terdengar oleh Rea, kemudian kepalanya menoleh ke sumber suara. Ternyata si Satria, kirain siapa.
"Lo belum pulang?"
Pertanyaan macam apa itu, jelas jelas Rea masih berdiri di sana berarti ia belum pulang. Emang gak lihat apa, Matanya kemana coba.
Rea menggeleng, "belum, ini baru mau nelfon supir."
"Jalan sama gue yuk?!" Ajaknya dengan penuh keyakinan serta senyum yang mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Teen FictionBaca aja dulu, siapa tau kecantol:) *** Tidak ada yang mengerti jalan takdir. Sama halnya dengan gadis yang kerap kali di panggil Rea itu. Gadis yang sama sekali belum pernah merasakan sendiri tentang rasa cinta. Sampai dia datang, membawa Rea melay...