Happy reading...
•
•
•Sesuai rencana, mereka bertiga akan melakukan aktivitas berupa lari pagi atau joging. Setidaknya itu yang dipikirkan Rea dan Fanny, bukan Andin yang bertujuan untuk melihat para cogan.
Di jalanan menuju taman depan kompleks, banyak orang yang lari pagi juga. Dari yang muda sampai tua, cowok cewek, besar kecil dan ada pula pasangan yang hanya membuat iri. Semua lengkap.
Andin selalu tersenyum jika ada cowok putih, bening, tinggi lewat di dekat mereka. Dan memasang wajah biasa saja jika yang lewat tidak sesuai ekspektasi. Rea dan Fanny sering kali mengingatkan jika ia menyukai Davi, tetapi jawabannya 'gue cuma pengin liat kalau Davi suka apa gak sama gue. Kalau dia suka sama gue dia pasti cemburu gue nglirik cowok lain.'
Melupakan Andin, kini mereka sampai di taman depan kompleks. Suasana nya ramai, banyak juga tenda tenda penjual berbagai macam menu makanan sarapan yang menggoda.
Tetapi mereka lebih dahulu berlari memutari taman selama beberapa kali. Baru memutuskan untuk mencari sarapan.
"Makan apa ya?" Tanya Andin melihat lihat tenda penjual.
"Bubur ayam aja gimana?" Usul Fanny.
"Ayo." Jawab Rea dan Andin serempak.
Namun langkah mereka terhenti saat mendapati seseorang yang mereka kenal tengah berada di depan mereka, ia sedang menenteng kantung plastik yang berisi makanan.
"Davi? Kok Lo bisa disini? Sama siapa?" Ucap Andin dengan sumringah, melihat sang doi ternyata disana juga.
Davi tersenyum, "Iya nih, sama seseorang, kebetulan tinggal di kompleks sini."
"Siapa?" Tanya Andin masih tetap mempertahankan senyum nya.
"Gue belum kenalin ya?" Davi terkekeh sebentar. "Sama pacar gue."
Bagai tersambar petir, Andin berdiri dengan kaku disana. Ia tak menyangka akan seperti ini, Davi telah memiliki pasangan. Lalu apa guna nya Andin selama beberapa bulan terakhir.
Fanny dan Rea melirik Andin dengan was was. Setelah mengetahui sebuah fakta yang tidak terduga sama sekali, cewek itu masih tersenyum, meski senyumnya tidak selebar tadi. "Oh ya? Sejak kapan?" Suara yang biasanya terdengar ceria kini bergetar.
"Dua hari yang lalu." Jawab Davi, kelihatannya ia senang sekali.
"Nah itu orangnya." Tunjuk Davi pada seorang cewek yang berdiri agak jauh. Ia melambaikan tangan, cantik sih.
Mereka membalasnya, Rea dan Fanny saling melirik. Kemudian melirik Andin secara bersamaan. Dia masih saja tersenyum.
"Ya udah kalau gitu, kita cari sarapan dulu" pamit Rea kemudian menarik Fanny dan Andin menjauh dari Davi.
Mereka membawa Andin menuju pojok taman yang sepi. Disana Andin sudah tidak tersenyum lagi, matanya berkaca kaca.
"Andin, Lo baik baik aja ?"
Rea menjitak Fanny yang bertanya demikian, mana ada orang baik baik saja setelah mengetahui orang yang disukai ternyata telah memiliki pasangan.
Andin tidak menjawab, ia menunduk menyembunyikan air matanya yang meluruh.
Rea membawa tubuh Andin dalam dekapannya, mencoba menenangkan Andin."Hiks."
Rea dan Fanny hanya diam, meski hanya isakan kecil yang keluar dari mulut Andin mereka tau jika saat ini hati nya sangat sakit. Mungkin jika Andin tidak bisa menahan diri, ia akan mengamuk seperti orang gila. Kemudian Fanny beranjak lalu pergi begitu saja tanpa pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Teen FictionBaca aja dulu, siapa tau kecantol:) *** Tidak ada yang mengerti jalan takdir. Sama halnya dengan gadis yang kerap kali di panggil Rea itu. Gadis yang sama sekali belum pernah merasakan sendiri tentang rasa cinta. Sampai dia datang, membawa Rea melay...