Part 8 - Pantai

7 3 0
                                    

Happy reading...


Setelah beberapa lama berteriak kesetanan, Andin kembali menghampiri sahabat nya dengan mata sembab. Namun bibirnya menyematkan sebuah senyuman. Dibelakang, Ivan mengikuti langkah Andin dengan menunduk. Entah kecantol setan mana bisa bisanya dia diam.

Bila kau bingung mengapa mereka repot repot untuk menghibur Andin, Karena itu sedikit kekanak-kanakan atau apa terserah.

Saat Andin menjalani hubungan dengan mantan yang kedua, ia dikhianati. Andin mendadak seperti orang gila, bahkan ayah dan ibunya pun tidak bisa berbuat apa-apa melihat keadaan sang anak.

Kamarnya seperti kapal pecah, banyak lukisan atau foto yang hancur berserakan di lantai. Guci dan barang barang yang terbuat dari kaca remuk dan berceceran. Kasur nya sudah tidak terbentuk, korden jendela sudah tidak di tempatnya, ujung nya terdapat sepercik api yang entah datang dari mana. Baju baju berserakan dengan lemari yang terbuka. Saat itu Andin meringkuk dipojokan kamar sambil menangis, ia terlihat begitu hancur. jika ayahnya tidak nekat mendobrak pintu mungkin saja Andin akan membuat bekas luka yang besar di tangannya juga mungkin saja ia akan ikut terbakar. Dipastikan ayahnya mengalami kerugian besar akibat ulah anaknya.

Karena itu lah, sahabat sahabat nya sekuat tenaga untuk menghibur Andin. Intinya dia harus bahagia, setidaknya jika di depan mereka. Tanpa orang lain ketahui, dia memiliki masalah. Yang bahkan orang tuanya tidak tau.

"Makan yuk." Ujar Andin mendapat tatapan aneh dari mereka mereka, kecuali Rea dan Fanny pastinya.

Kaisar menatap Andin tidak percaya, "Serius Lo minta makan? Organ pencernaan Lo sebesar apa sih?"

Andin mendelik, "Bodoamat lah, intinya makan."

Mereka kemudian mencari kedai terdekat, selain menemani Andin mereka mungkin juga ingin meminum apa.

Satria memesan dua buah kelapa muda, salah satunya diberikan untuk Rea. Kemudian, ia menarik Rea pergi ke tebing yang tadinya Andin gunakan untuk melepas unek-uneknya.

Dalam keheningan, mereka duduk meminum air kelapa sambil menatap laut lepas.

Satria meneguk minumannya, "Sebenarnya Andin kenapa sih? Dari tadi gue gak paham."

Rea membasahi bibirnya, "Kan udah dibilangin tadi di bioskop." Enggan membahas tentang Andin saat ini.

Satria menghembuskan nafasnya pelan, "Cerita dong, dari yang gue liat sih, Ivan kayak ada sesuatu."

Rea menoleh, "Maksudnya?"

"Dari tadi tu anak diem aja, terus waktu di bioskop sama tadi siapa yang sama Andin? Siapa yang paling khawatir? Ivan kan?" Ucap Satria menampilkan senyum.

Rea terdiam, benar juga apa yang dikatakan Satria. Ia tersenyum penuh arti, "Sesingkat itu ya jatuh cinta?"

"Terkadang cinta bisa membutuhkan waktu yang sangat lama, membutuhkan penantian yang panjang. Tetapi terkadang hanya karena beberapa kejadian tak terduga atau kejadian sepele, bisa jadi kejadian menyebalkan. Dari situlah perasaan itu muncul, membesar dan membentuk kasih sayang. Kasih sayang yang sangat besar dinamakan cinta. Itu menurut teori seorang Satria Mahardika Giovan." Ucapnya bangga.

Rea tertawa, "Pakar cinta? Mantan berapa nih? Ada ada aja Lo."

Satria mengusap rambut pirang milik cewek disampingnya dengan pelan. "Bukan pakar cinta sih, tau aja. Kalau mantan, mantan gue cuma satu."

Tawa Rea mendadak canggung, "Masa?"

"Seriusan lah. Emang mantan kamu berapa?" Satria masih saja tersenyum.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang