04. ngobrol.

2.2K 387 27
                                    

"Jay!" teriak gadis berambut pendek sebahu sembari masuk ke rumahnya.

"Jaylany!" teriaknya sekali lagi.

"Bwang~"

"di kamar mandi Lan,"

Lany membuang nafas lega. Ia kira dirinya akan di rumah sendirian. Lany duduk di sofa dengan kedua kaki yang ia selonjorkan ke meja di depannya.

"capek banget," keluhnya karena seharian ia main dengan pacarnya, Seon.

"nah ini anak prawan baru pulang. Nggak di apa apain kan sama Seno?"

Lany mendelik, apa apaan?!

"pacar gue namanya Seon bukan Seno! enak aja." dengan tangan kanan Lany mendorong dahi Jay ke belakang.

"nggak sopan!"

Jay dengan sigap melompat lalu duduk di sofa samping Lany dan mulai melakukan aksinya.

Menjambak rambut, menggelitiki pinggang, sambil mencubit pipi adiknya yang bikin sekarang mereka berdua jatuh tiduran di bawah lantai.

"dasar, pengganggu." gumam Lany sambil menurunkan kaosnya yang sedikit menyingkap.

Jay diam. Mungkin tenaga nya sudah habis untuk menjahili adiknya. Mereka diam dengan pandangan lurus menatap langit langit atap.

"lo umur berapa Lan?"

Lany menatap Jay sekilas lalu memalingkan wajah.

"sama kaya lo. 18 tahun."

Jay berdehem pelan, "kita udah kepisah 10 tahun aja. Nggak kerasa ya?"

Gantian Lany yang berdehem. Sepasang anak kembar ini sekarang hanya tinggal sendiri di rumah yang bisa di bilang mewah dan cukup menampung 30 orang lebih kalau mau sangking luas dan lebarnya.

Jay ingat saat itu neneknya pernah bilang bahwa alasan orang tuanya tinggal di rumah ini karena agar rumahnya muat untuk anak-anaknya nanti. Ayah Jay berniat memiliki 13 atau 15 anak layaknya orang terdahulu namun keinginannya sampai sekarang tidak akan menjadi kenyataan karena mereka hanya di karuniai 2 anak kembar.

Jay tersenyum. Menerka keadilan Tuhan kepada keluarganya. Bayangkan saja jika benar orangtuanya mempunyai anak sebanyak itu lalu berakhir menjadi yatim piatu sepertinya. Memikirkan saja membuat Jay ngeri.

"kak," panggil Lany memecah keheningan.

"kenapa?" tanya Jay lembut. Sifat menyebalkannya sudah hilang entah sejak kapan.

Lany memiringkan tubuhnya guna menatap lurus kearah kakak satu satunya.

"apa kita hidup bakal kaya gini terus?"

Jay menghela nafas lalu ikut memiringkan tubuhnya kearah Lany.

"gue tau harta ayah sama Mama nggak bakal abis sampai kita tua nanti, mungkin. Tapi gue juga pengen kaya temen temen seumuran gue."

Jay diam, ia yakin adiknya belum selesai mengeluarkan uneg uneg nya.

"gue pengen kuliah kaya kak Seon, atau kerja kaya kak Key. Atau malah langsung nikah aja kaya kak Hanbin."

Jay langsung menjitak kepala Lany ke belakang.

"baju masih nge laundry aja gegayaan mau nikah. Belajar beberes rumah dulu yang bener!" wejangan pun keluar dari bibir laki laki yang lebih dulu menghirup udara 20 menit daripada Lany.

"ya, ya gitu lah intinya. Gue bosen kalau kaya gini mulu. Masa udah setahun gue nggak punya tujuan hidup."

Jay mengiyakan dalam hati. Semenjak lulus SMA mereka memang hanya main main saja. Tidur, makan, main dan tidur lagi. Itulah circle kehidupan yang mereka lalui.

"yaudah kita kuliah aja deh. Lu mau ambil jurusan apa? Mau kuliah dimana?"

Lany memutar matanya malas, "gue pengennya langsung kerja nggak usah kuliah yang ada ngabisin duit nantinya."

"kerja apa?"

"kerja bareng kak Key boleh tuh," celetuk Lany yang langsung di tolak mentah-mentah oleh Jay. Pekerjaan Key adalah seorang DJ di bar dan kalau Lany ikut kerja disana yang ada malah pulang pulang sudah berbadan dua lagi dan tanpa suami. Amit amit dah.

Tau sendiri walaupun modelan Lany bakalan songong kalau sama Jay tapi kalau sama orang asing dia pendiem dan sedikit pemalu, jadi Jay was-was kalau adik polosnya ini di manfaatkan orang lain.








-

Salam
Authorsomplak 😴

Kembar | Jay Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang