11

200 16 3
                                        

Sementara Jenny pergi ke bawah dulaun untuk membayar, aku masih di kamar mandi di lantai atas untuk sekedar berkaca dan mencuci tangan agar lebih higienis.

Ga lama hp ku yang semula aku letakkan di dalam tas, bergetar dan muncul sebuah pesan pop dari nomor tak dikenal.

Ga lama hp ku yang semula aku letakkan di dalam tas, bergetar dan muncul sebuah pesan pop dari nomor tak dikenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanganku gemetaran hebat ketika melihat isi dari pesan tersebut yang menampilkan Jae dan Joy yang sedang...berciuman.

Itukan... dikamar kami.

Seketika ingatanku ketika memergoki papa berselingkuh dengan mahasiswinya kembali menyelimuti kepalaku.

Kepalaku rasanya sangat sakit apalagi dada ku yang sesak bukan main. Aku hanya berharap ini semua mimpi.

Ga mungkin Jae yang aku percayai berani mengkhianati aku kayak gini. Ga mungkin. Ini pasti editan.

Aku buru-buru menelfon Jae dan tidak di angkat. Aku berusaha menelfon kembali tapi apa daya, selalu keluar ponsel diluar jangkauan.

Aku melihat wajahku yang memerah apalagi mataku yang sudah tak kuasa menahan air mata.

Aku bersusah payah untuk menuruni anak tangga yang entah kenapa rasanya antar anak tangga ini terlalu jauh untuk aku injak sampai akhirnya aku terjatuh menggelinding ke bawah.

Aku merasakan nyeri yang luar biasa di kepalaku yang terseret dan terantuk di anak tangga.

Aku berusaha berteriak namun rasanya sulit sekali. Otot-otot di kepala, leherku apalah itu benar-benar tegang hingga membuatku tidak dapat bergerak sama sekali sampai akhirnya pandanganku menggelap.

----

Dengan berusah payah aku membuka mataku perlahan-lahan. Cahaya yang berasal dari lampu atap ruangan ini menusuk mataku dan terasa sangat silau saat ini.

Tubuhku kaku dan tidak bisa bergerak sama sekali saat ini. Sementara aku bisa melihat Jenny yang terperangah melihatku sambil menahan air mata.

Aku... sudah mati? Engga.

"Mecca! Sebentar ya aku panggilkan dokter dulu."

Jenny pergi berlari ke arah pintu dan ngga berapa lama muncul segerombolan pasukan berbaju putih, biru menghampiriku.

Malaikat ternyata berpakaian begini ya?

Engga. Ca, lo ngigau.

Pria dengan berwajah kecil tengah mengecek keadaanku dengan alat kesehatan di tanganya. Aku yang saat ini tidak bisa bergerak sama sekali hanya bisa pasrah.

 Aku yang saat ini tidak bisa bergerak sama sekali hanya bisa pasrah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perfect Husband And Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang