-Jaehyun POV-
Aku masih ingat waktu kamu tertidur pulas waktu temen-temen kamu presentasi materi paling penting menyangkut UAS kamu. Tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun kamu tertidur pulas di balik teman-teman kamu yang pada fokus sama materi. Aku bisa melihat rasa lelah dari kening mu.
Saat aku bertanya sama Andine, salah satu teman di kelas kamu yang lumayan dekat selama kamu di kampus. Dia bilang, kamu kuliah sambil kerja. Kerja apa aja yang penting kamu sibuk.
Engga pernah terbesit di pikiranku bahwa aku menyukai mahasiswiku sendiri. Apa jadinya kalau orang-orang tahu kalau aku suka sama perempuan muda yang jauh umurnya dariku. Awalnya aku mempertanyakan ketertarikan ku dengan kamu sama diri aku sendiri. Kenapa? Kenapa harus kamu dari banyaknya perempuan di bumi ini.
Fakta mengejutkan yang aku dapatkan. Ternyata kamu pernah telat kuliah 2 tahun. Tapi tetap saja perbedaan umur kita masih begitu jauh di mata orang-orang jika mereka tahu.
Hal yang paling aku sukai dari kamu adalah sisi pekerja keras kamu itu. Kamu engga pernah malu, menyerah sampai di titik terberat pun. Di saat-saat tersulit hidup kamu dulu, Mama kamu yang tengah dilanda masalah ekonomi dan kamu yang harus kuliah. Tapi kamu memilih bekerja untuk menabung tanpa iri melihat teman-teman kamu yang bisa duluan kuliah.
Kekaguman ku makin jadi ketika aku mendapati tengah menghabiskan waktu dengan kucing-kucing yang besar di kampus dan engga lupa, kamu memberi makan mereka yang jarang mendapat makanan enak. Dan cuma kamu yang mengerti mereka.
Aku mengambil kesimpulan kalau kamu jodohku yang saat itu juga tuhan takdirkan untukku. Kamu datang melamar sebagai pekerja paruh waktu di usaha sampingan ku. Kamu bahkan bekerja terlalu bagus sampai aku engga pengen liat kamu kecapean tiap on duty.
Aku bisa melihat ketulusan di diri kamu. Rasanya sangat sakit dan bingung saat aku tau kamu menolak ku mentah-mentah dengan alasan aku dosen sekaligus bos di salah satu tempat kerja part time kamu.
"Mecca itu punya trauma, pak. Orang tua nya udah pisah dari lama, ayah nya yang... maaf suka selingkuh dan main tangan bikin dia berpikir semua pria itu sama. Agak susah buat bapak kalau mau mendekati dia. Saya harap bapak bisa ngerti." kata Jenny malam itu.
Butuh bertahun-tahun aku bisa meyakinkan kamu untuk percaya sama aku bahwa aku berbeda dari laki-laki diluar sana. Aku engga akan menyakiti kamu dan ngelakuin apa yang ayah kamu lakuin ke ibu kamu, ca.
Kamu pernah menangis di kampus. Berlari cepat masuk ke toilet. Dan aku tau saat itu kamu tengah menangis tanpa bersuara. Entah apa penyebabnya yang jelas waktu itu aku ingin sekali jadi sandaran kamu dan tempat melimpahkan semua kesedihan kamu, ca. Kamu ga boleh menanggung itu smeua sendirian. Aku sedih.
Kamu yang selalu kurang percaya diri ketika orang-orang mulai membandingkan aku dengan kamu. Tapi aku ngga pernah sekali pun merasa kamu itu buruk seperti apa yang orang lain bicarakan. Kamu itu sempurna, kamu menyempurnakan kekuranganku. Kamu berarti buat aku.
Aku sering bertanya pada Jenny tentang gimana pandangan kamu sama aku selama kita menikah. Dan aku sedih, kamu selalu ngerasa aku berpura-pura bahagia di depan kamu. Padahal, aku sebahagia itu menikah dengan kamu. Pernikahan kita yang jalan 2 tahun dan belum di karuniai anak pun aku engga mempermasalahkan itu. Sungguh, sayang.
Setiap aku pulang aku peluk, cium kamu itu aku jujur karena aku benar-benar kangen dan ketika kamu membalas pelukanku, rasa lelahku seharian mengajar di kampus hilang seketika. Aku engga pernah memaksa kamu buat 'berhubungan' karena memang kamu ga mau dan aku baik-baik aja.
Aku benar-benar bahagia dan beruntung menjadi suami kamu.
Ketika aku tahu kamu jatuh dari tangga dan kamu keguguran rasanya aku gagal menjadi seorang suami dan ayah untuk kalian. Aku...mabuk malam itu. Pak Dito, Aryan dan yang lain minum habis-habisan karena katanya mumpung libur panjang dan gaji mereka naik. Aku ga bisa nolak karena aku pikir aku bisa tahan minum.
Tapi aku ga tau kenapa sampai dirumah malah tubuhku ambruk. Aku pikir... yang buka kan pintu itu kamu dan kamu juga yang bawa aku ke kamar kita. Kacau. Besok paginya aku mendengar kabar dari Jenny kalau kamu dilarikan ke rumah sakit tapi sayangnya. Jenny yang mengabariku tentang semuanya dan meminta untuk ga usah ke tempat kamu karena kamu baru siuman dan mental kamu belum stabil.
Aku bingung. Aku engga bisa tidur seharian dan aku pun juga langsung mengusir Joy siang itu juga tanpa ampun. Aku ceritakan semuanya pada Ayah dan bunda. Aku takut. Aku takut bakal kehilangan kamu. Aku tau kamu ga pernah mentorelansi yang namanya perselingkuhan. Tapi, kamu salah paham dan aku takut kamu ga percaya sama aku.
Dan benar adanya, kamu ga percaya.
Tiap malam aku menangis, meraung nama mu berharap kamu mendengar dan iba padaku. Dan sampai saat ini aku terus berdoa kalau kita tidak berjodoh di dunia. Semoga kamu jodoh di akhirat-ku. Aku mencintai-mu, Mecca.
100 tahun, 1000 tahun, aku Jung Jaehyun tetap mencintaimu selamanya.
uwaw akhirnya aku bisa nulis cerita sampai habis. cerita ini biasa aja tapi ya semoga menghibur. Cerita sedikit deh awalnya mau buat cerita ini versi pedekate mereka, plot di kampus tapi karena lagi ga ada bayangan gimana aja alur nya dan udah kepikiran momen yang pernikahan mereka jadi langsung gas ini aja.
Tapi kalau aku buat versi pdkt mereka apa seru? kan udah tahu akhirnya mereka bakalan pisah juga? haha.
Makasih ya udah mau baca sampai habis. Makasih banget, jumlah pembaca ga masalah buat aku yang penting kalian yang baca ini sampai habis aku mau bilang makasih banyak-banyak. tulisan aku ga rapih dan masih agak sulit dicerna tapi kalau aku udah pinter nulis bakal aku revisi penulisanya biar enak di baca. hokey? ngokey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband And Me [END]
FanfictionMemiliki suami yang sempurna luar dalam merupakan ketakutan terbesar-ku. Tidak pernah ada niat untuk menikah karena trauma besar yang kumiliki tetapi Jae adalah obat ketakutan ku selama ini. Tapi...tidak berlangsung lama setelah dia berkhianat sepe...