Jadi begini ya rasanya hamil. Jujur aku belum ngerasain perbedaan ketika ga hamil dan hamil saat ini. Mungkin karena masih 3 minggu juga kali ya.
Hari ini kami berencana kerumah mertuaku, rumah orang tua Jae. Sementara mama sudah aku hubungi lewat telfon saja soal kehamilanku karena mama lagi sibuk-sibuk nya dengan bisnis butik baru dia.
Karena rumah orang tua Jae ada di kota sebelah, kami berencana nginap untuk satu malam karena Jae ga mau ambil risiko nanti kalau kita maksain pulang hari.
"Semua udah siap?" Tanyaku pada Jae yang dari tadi sibuk ngurusin barang-barang ku dan dia.
Aku ga di ijini buat kerja yang memakan banyak tenaga lagi, urusan bersih-bersih rumah pun sekarang dia memperkerjakan ART harian jadi aku ya cukup ngerjain urusan kerjaan aku dan wo dia.
"Udah kok. Yuk!"
Andai aku udah hamil dari dulu, mungkin Jae ga kesiksa begini kali ya. Dia bisa jauh lebih bahagia kayak gini daripada pura-pura bahagia di depan aku.
Aku berasa di momen saat kami jadi pengantin baru lagi. Masih ingat banget waktu itu Jae ga henti-hentinya bersikap manis. Ya walaupun sampai saat ini dia ga banyak berubah tapi rasanya itu beda.
Jae lebih banyak senyum. Kadang kalau aku lagi tidur aku ga sengaja mergokin dia tidur sejajar sama perutku dan meluk aku diam-diam.
Selama hampir berpuluh tahun aku ga pernah yang namanya di cintai apalagi aku dari keluarga broken home sikap manis Jae ke aku ini bener-bener bikin aku akhirnya ngerasain gimana rasanya di cintai.
Walaupun terkadang terbesit ketakutan ku 'itu'. Tapi aku mencoba buat mengenyampingkan hal itu daripada buat aku terus-terusan terjebak di sana dan akhrinya menyiksa aku sendiri.
Sampai di rumah bunda, hari udah menjelang sore. Badanku rasanya pegal banget ga kayak biasanya aku kalau kesini masih seger. Apa mungkin efek aku berbadan dua ya?
Pas aku keluar mobil dibantu Jae, aku bisa liat Bunda udah nyambut kami di depan pintu dengan senyum sumringah.
"Akhirnya sampai dengan selamat. Yuk sayang masuk." Kata Bunda seperti biasanya. Ga karena aku sedang mengandung bunda memperlakukanku hal manis kayak gini, biasanya bunda seperti ini kok kalau aku atau Jae pulang karena kami memang jarang bisa ke sini.
Jae itu semua kakak beradik memang cowo, kata Jae ya wajar bunda tuh sayang banget sama aku karena dari tiga kaka beradik Jae baru Jae yang menikah dan akhirnya bunda ngerasain punya anak cewe.
Kayaknya sifat penyayang Jae juga nurun dari Bunda. Terbukti bunda ga habis-habisnya nyuruh aku makan dulu baru mandi habis itu suruh aku istirahat dulu.
"Ayah mana bunda?" Tanya Jae.
"Oh, Ayah tadi jemput Joy dulu."
"Joy? Joy anaknya tante Ani? Kenapa tiba-tiba jemput Joy?" Tanya Jar yang kebingungan.
"Uhm jadi gini. Kamu tau kan tante Ani itu di masa sulitnya. Sedangkan Joy tahun ini tahun pertama kuliahnya. Tante Ani takut kalau Joy masih tinggal di rumahnya bakal bikin Joy ga fokus belajar. Jadi untuk sementara dia tinggal disini dulu sampai keadaan membaik." Jelas bunda yang Jae iyakan.
Jae pernah cerita sedikit tentang Joy. Sepupu jauh nya itu. Walaupun Joy di keluarganya adalah anak angkat tapi mungkin memang keluarga Jae udah baik dari leluhur, dia jadi anak kesayangan di keluarganya. Aku juga baru tahu kalau keluarganya lagi 'jatuh'.
Setelah selesai makan, mandi dan berbincang-bincang sebentar sama bunda. Aku memutuskan buat berdiam diri di kamar sementara Jae di bawah lagi ngobrol sama Ayah yang baru pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband And Me [END]
FanfictionMemiliki suami yang sempurna luar dalam merupakan ketakutan terbesar-ku. Tidak pernah ada niat untuk menikah karena trauma besar yang kumiliki tetapi Jae adalah obat ketakutan ku selama ini. Tapi...tidak berlangsung lama setelah dia berkhianat sepe...