9

155 16 1
                                        

Aku dan Jae duduk di sofa dengan ekspresi wajah masam melihat ke arah Joy yang sedang duduk tidak bersalah di depan kami.

Tadi, Jaehyun bener-bener marah. Dia sampai melempar sendok yang berisi nasi di atasnya ke lantai dengan keras. Kesabaran Jae beneran udah habis sekarang.

Perkuliahan Joy masih beberapa bulan, lagi  belum apa-apa aja dia udah bikin ulah dirumah ini.

"Kamu ga bisa tinggal disini lagi, Joy. Kamu mau aku carikan kos atau aku bawa pulang kerumah bunda?" Tanya Jae serius pada Joy.

Sorot mata Jae yang tajam bener-bener jarang bisa aku dapatin. Jae ga se marah ini di depanku. Kedua tangan Jae mengepal di atas lututnya.

Aku hanya bisa mengelus-elus pundak Jae untuk sekedar mereda amarah-nya, "JAWAB!"

Joy yang semula menunduk kini menatap Jae ketakutan, "Engga kak, aku mau disini aja!"

Joy bersikeras untuk tetap tinggal disini sementara Jae pusing memikirkan cara yang terbaik gimana caranya biar dia keluar dari rumah ini.

"Kak, kakak kok tega sama aku?! Kakak lupa ya kalo kakak punya utang budi sama keluarga aku? Udahlah anggap aja ini balasanya. Ya kak?" Joy memohon pada Jae dengan mencoba mengeluarkan tingkah imut namun Jae ga tertarik sama tingkah manisnya itu.

"Udah, sayang. Kita ke kamar dulu yuk. Kita pikirin jalan keluar yang terbaik. Kamu belum mandi, baju kotor begini loh." Aku mencoba menenangkan pertempuran di ruangan ini.

Akhirnya Jae mau mengikuti saranku untuk ke kamar dan meninggalkan Joy yang masih aja ga sadar diri di sofa.

Di kamar Jae membanting kemeja kotor nya ke kasur dengan kasar. Aku yang tengah memgambil baju bersih untuk di pakai nya setelah mandi terkejut.

"Jae, ayolah. Jangan marah-marah gini ya. Ga baik di dengar anak kita." Pintaku.

"Sumpah ya kalo ga permintaan bunda aku ga mau ada hubungan sama dia, ca. Dari dulu bikin masalah terus. Kamu kalau dirumah, dia ada buat masalah ga sama kamu?" Tanya Jae.

Kalau aku ceritain keburukan Joy saat ini, Jae makin ga bisa ngontrol emosi nya yang tersulut.

Aku membawa Jae untuk duduk sebentar, "Sebenarnya utang budi apa yang keluarga kamu punya sama keluarga Joy, Jae?" Tanyaku penasaran.

Jujur aku penasaran tapi dilain sisi aku ga mau terlalu kepo sama masa lalu keluarga Jae sendiri karena menurutku setiap orang punya masa lalu yang baik dan buruk. Ga semuanya bisa diceritakan sama pasangan masing-masing.

"Dia pernah pas kecil pernah bantuin bunda waktu rumah kami kebakaran pas aku masih di Jerman, ca. Tapi... persetan dengan utang budi. Aku ga tau lagi mau gimana. Maaf ya kalau dia bikin kamu sakit ati kalau dirumah."

Aku mengerti. Keluarga Joy ada di saat mereka susah dulu. Pantas aja Bunda bersikeras menyuruh Jae membantu Joy saat ini karena keluarga Joy di tengah kertepurukan juga.

----

Jam menunjukkan pukul lima subuh, karena hari ini hari sabtu. Jae yang dari kemarin ga sabaran ngajak aku buat jalan pagi di sekitar komplek.

Sangking excited nya Jae sempet ga bisa tidur dan akhirnya memejamkan mata di jam dua belas an. Yang artinya dia cuma tidur 5 jam tadi.

Kami sengaja keluar rumah pelan-pelan tanpa bersuara, takut anak manja itu kebangun dan malah menganggu momen berdua kami.

Kami memutuskan untuk bersabar dan memberi kesempatan pada Joy untuk tinggal bersama kami dengan syarat tidak membuat ulah aneh lagi dirumah dengan dia maupun aku.

Perfect Husband And Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang