Awal pertama kali aku mengenal jungkook, sewaktu kami berdua baru menjadi mahasiswa. Waktu itu jungkook pernah mengalah, dan memberikan ice americano pesanannya yang memang tersisa satu untukku, kebetulan saat itu aku memang sedang menginginkan ice americano pada saat itu.
Dari situlah aku dan jungkook menjadi dekat, di tambah lagi kami berdua satu jurusan. Sering bertegur sapa lalu mengobrol tentang hal hal kecil.
Jungkook selalu baik kepada ku, aku bahkan bersyukur bisa mempunyai teman seperti dia. Namun sejak kejadian kecelakaan yang menimpaku, jungkook berubah menjadi aneh. cowok itu selalu berkata sesuatu yang membuatku bingung. Seakan ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Dan sekarang aku paham, semua yang jungkook jelaskan pada ku saat di dalam mobil waktu itu--tentang ia yang memiliki masalah hingga sampai berkata yang aneh aneh hanyalah sebuah kebohongan.
Bagai ada godam yang menghantam diriku keras keras, yang menyadarkan ku pada sebuah kenyataan pahit--bahwa jungkook bukanlah manusia.
Dia adalah iblis, salah satu jenis makhluk yang seharusnya aku hindari.
Lagi lagi aku meremat ujung kaus yang jimin kenakan, tidak ingin cowok itu meninggalkan ku barang sedikit pun. Sudah dari setengah jam yang lalu jimin menemani ku, semenjak aku tersadar. mencoba membuat ku tenang--meskipun sepertinya tidak bisa.
"Hye jung-ah, kau harus makan. Aku tidak ingin kau sakit" ujar jimin lembut, malaikat itu mengelus kepala ku beberapa kali.
Aku menggeleng lesu, jangankan makan--untuk bangkit dari kasur saja rasanya aku tidak punya tenaga. Lagi pula nafsu makan ku langsung hilang entah kemana.
"Jimin, apa ini sebabnya kau menganggap jungkook berbahaya?" Tanyaku lirih.
"Hm, aku tidak menyangka dia bisa menjadi teman dekat mu"
"Jungkook selalu baik padaku, tapi kenapa dia harus jadi iblis" nada suara ku berubah menjadi sedih.
"siapa bilang dia baik? dia itu menyebalkan! Aku harap kau tidak lagi berhubungan dengannya" ketus jimin, ia seperti tidak terima kalau aku menyebut jungkook orang baik.
"Aku menyukainya"
Kalimat jungkook itu kembali terlintas di benak jimin, rasanya ia ingin memaki saja. Apa apaan dia, bisa bisanya menyukai gadis miliknya.
Aku tidak menanggapi perkataan jimin, karna fikiran ku masih berantakan. Aku teringat kalau sudah meninggalkan tugas kelompokku, dan juga barang barang beserta ponsel ku di sana. semoga saja sunny membawanya nanti. Pasti mereka sangat bingung karna aku tidak lagi kembali.
"Jimin, tetaplah di sini--jangan kemana mana. aku mengantuk, ingin tidur sebentar" kataku parau, lalu mulai memejamkan mata. aku kembali merasakan usapan tangan jimin pada kepala ku, membuat ku semakin cepat masuk ke dalam alam bawah sadar.
•
•
•
Masih di tempat yang sama, jimin menatap hye jung yang kini sudah terlelap. di telitinya wajah gadis itu lamat lamat, seketika ada perasaan aneh yang jimin rasakan. debaran itu datang lagi, debaran yang bisa membuat aliran darah jimin berdesir.
apakah dirinya benar benar menyukai hye jung? kalaupun itu benar, lalu apakah hye jung juga akan menyukai nya?
Dirinya dan hye jung banyak sekali perbedaan. dunia yang di tinggali juga berbeda. apakah seorang malaikat yang mencintai manusia itu melanggar takdir? walaupun iya, jimin rela melanggarnya.
"Jika hye jung tidak pernah berkata kalau dia mencintai mu, dia bukan milik siapa siapa"
Lagi, perkataan jungkook terlintas lagi di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
First SnowFall [Completed]
Fanfiction[ #The Winner WWC2020 ] Bagi kim Hye Jung bertemu park jimin adalah sebuah takdir. Si malaikat penyuka vanilla, dan pemilik mata biru safir itu sangat menjungkir balikan hidupnya. Bagaimana jimin menyelamatkan nya dari petaka maut di malam salju per...