Jimin mengusap wajahnya dengan gusar, sudah dua jam lebih hye jung belum terbangun. Padahal jimin sudah memulihkan kondisi tubuh gadis itu menggunakan kekuatannya.
jika jimin tadi terlambat datang sedikit saja, mungkin setengah krystal jiwa yang ada pada tubuh hye jung sudah di ambil alih oleh iblis sialan itu. Untungnya ia mempunyai filling yang kuat, karna krystal jiwa miliknya dan hye jung saling memiliki ikatan. Ketika gadis itu merasakan sakit atau terancam, secara otomatis jimin juga bisa merasakannya.
Jimin sempat merasa kesal juga sebenarnya, kenapa hye jung bisa melupakan pesan yang ia berikan untuk memanggil namanya sebanyak tiga kali jika sedang dalam bahaya. Gadis itu benar benar ceroboh.
Iblis yang sempat jimin bunuh bernama Hansan, salah satu anak buah dari kerajaan xiver. salah satu kerajaan bangsa iblis yang memang musuh terbesar kerajaannya villios. jimin tidak mengira kalau kaum xiver bisa ada di dunia manusia, ia harus benar benar waspada.
jimin yakin sekali, setelah ini pasti banyak dari bangsa xiver yang mengincarnya, karna dirinya telah membunuh salah satu dari kaum mereka. Meskipun begitu, jimin sama sekali tidak takut, ia hanya takut jika hye jung yang dalam bahaya.
di saat jimin tengah bergelut dengan fikirannya sendiri, tiba tiba saja aku terbangun dengan kepala sedikit pusing. Wajah ku masih pucat pasi, rasa takut dalam diri ku belum sepenuhnya menghilang.
"J-Jimin!" Panggil ku, dengan suara gemetar hampir menangis. Jimin yang mendengar panggilan ku seketika menoleh, dan langsung menghampiriku.
"akhirnya kau bangun juga" ujar jimin, laki laki itu mendudukan tubuhnya di bibir kasur tepat di samping ku.
Aku segera memeluk jimin, menelusupkan wajah ku pada ceruk lehernya. masa bodo dengan gengsi. aku hanya tidak ingin jimin pergi meninggalkan ku, iblis itu sangat menyeram kan.
"Aku takut jimin, jangan pergi" lirih ku mulai terisak, bayangan iblis mencekikku terus berputar di kepala.
"aku tidak akan pergi" jimin berbisik di telingaku setelah membalas pelukan ku. "Aku akan melindungi mu, jadi jangan takut" katanya lagi memcoba menenangkan.
"Itu sakit sekali, dia mencoba mengambilnya" aku malah semakin menangis, rasanya begitu sesak.
"Aku tahu, ku mohon jangan menangis, semua akan baik baik saja. aku di sini" jimin mengeratkan pelukannya pada tubuh ku, bau harum vanilla dari tubuhnya semakin menguar di indra penciuman ku.
Saat aku sudah lebih tenang, aku melepas pelukanku pada jimin, dan beralih mengusap sisa air mataku yang kini sudah berhenti mengalir.
"m-maaf, sudah memeluk mu" aku jadi kikuk sendiri.
"tidak apa apa, tapi lain kali jangan menggunakan bajuku sebagai lap ingus ketika kau menangis"
Oh Shit!
Kenapa dia harus membahas itu, lagi pula aku tidak sadar karna terlalu bersedih, aku jadi semakin malu. Di saat seperti ini pun jimin masih tetap menyebalkan.
aku memalingkan wajah ku ke arah jendela, enggan menatap jimin.
"kau cengeng juga rupanya" jimin terkekeh, ia berdiri lalu melipat tangannya di depan dada.
"Aku tidak cengeng, aku hanya takut!" Aku cemberut sebal menatap jimin.
"Sama saja. aku kan sudah bilang, kalau kau dalam bahaya panggil namaku tiga kali, kenapa kau tidak melakukannya?" Jimin bertanya, dan mengangkat kedua alis nya menunggu jawaban.
"Aku lupa" aku meringis ketika jimin langsung memasang wajah datar.
"Kau memang gadis yang ceroboh! Bagaimana jika aku terlambat datang? Habis lah kau" omel jimin pada ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
First SnowFall [Completed]
Fiksi Penggemar[ #The Winner WWC2020 ] Bagi kim Hye Jung bertemu park jimin adalah sebuah takdir. Si malaikat penyuka vanilla, dan pemilik mata biru safir itu sangat menjungkir balikan hidupnya. Bagaimana jimin menyelamatkan nya dari petaka maut di malam salju per...