12 - 공격 (Attack)

61 6 2
                                    



Setelah insiden yang terjadi di biang lala, aku jadi banyak diam dan merasa canggung kepada jimin. jimin sudah meminta maaf atas kelakuannya, tapi tetap saja kejadian itu terus berputar bagai kaset kusut di kepalaku.

jimin menyodorkan permen kapas yang baru saja ia beli, aku langsung menerimanya tanpa komentar.

"Kau ingin main apa lagi?" Tanyanya, meskipun sedari tadi banyak sekali gadis gadis yang memperhatikan jimin, bahkan ada pula yang secara terang terangan mengajaknya berkenalan---tapi jimin selalu mengabaikan, dan memasang tampang dingin kepada mereka semua. Perhatian jimin hanya memusat kepadaku, seperti akulah wanita satu satunya di situ.

"A-Aku ingin pu-.."

"bagaimana kalau kita main itu!" jimin memotong ucapanku, lalu menarikku ke arah stand permainan tembak panah.

mataku membulat saat melihat boneka beruang berukuran lumayan besar berwarna madu yang di pajang di depan stand sebagai hadiah utama.

"Kau mau? Aku bisa mendapatkannya untuk mu" ujar jimin, seakan sudah tahu apa yang aku inginkan.

"tidak, aku bisa mendapatkannya sendiri" aku menolak tawaran jimin, aku akan berusaha dengan kemampuanku sendiri untuk mendapatkannya.

"baiklah, mari kita lihat kemampuan mu" jimin tersenyum meremehkan, aku mengerucutkan bibirku sebal. lihat saja, aku pasti bisa mendapatkannya.


aku menghembuskan nafas frustasi karna tidak ada satupun panah yang ku tembak mengenai titik target, sampai beberapa kali aku membayar hanya untuk mengulang--- tapi tetap saja hasilnya sia sia, ternyata tidak semudah apa yang aku bayangkan.

"Apa kau sudah menyerah?" Tanya jimin sambil terkekeh pelan, aku mengangguk pasrah dengan raut wajah kecewa.

"Sini biar aku coba, tapi jika aku berhasil mendapatkannya, kau harus membelikan ku ice cream rasa vanilla" jimin tersenyum jahil ke arahku.

"Kenapa harus seperti itu?" aku protes merasa tidak setuju. "Kau pasti akan menggunakan kekuatan mu untuk mendapatkannya"

"Tidak, ini murni usahaku---bagaimana?"

Aku merotasi bola mata malas, cuma sebatas ice cream itu tidak masalah bagiku. "Baiklah"

Jimin melempar cengiran lebarnya, namun di mata ku itu amat menyebalkan. aku jadi mudah sensitif kepadanya semenjak ia mencium ku di wahana biang lala.

kini jimin mulai fokus mengarahkan tembakan panahnya ke arah depan, mencoba membuat panahnya tertembak tepat di sasaran.

satu tembakan melesat, namun tidak masuk ke dalam lingkaran target. terdengar suara decakan sebal yang meluncur dari bibir malaikat itu.

aku diam diam tersenyum melihatnya, darahku kembali berdesir tanpa aku mengerti.

Saat tembakan kedua di arahkan, akhirnya panah itu berhasil menancap di sasaran. jimin sontak bersorak girang, dan menatap ku penuh rasa bangga.

penjaga stand langsung memberikan ku boneka beruang besar itu, aku segera memeluknya erat dengan bahagia.

"anggap saja boneka itu adalah diriku, yang bisa kau peluk kapan saja jika kau ingin" jimin mengusap puncak rambutku beberapa kali.

"Aish! bisa bisa nya kau berpikir seperti itu" cibirku pada jimin.

"biasanya kan wanita seperti itu, menjadikan boneka sebagai bahan pelukan jika sedang tidur"

First SnowFall [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang